It Must Have Been Love

3.7K 248 3
                                    

Perlahan Marc membuka matanya yang berat. Kepalanya begitu pening sekarang, ia tidak ingat akan apa yang telah terjadi semalam. Yang ia tau, dirinya berada di bar hotel dan tidak ingat apapun selanjutnya. Marc menatap tubuhnya, ia tidak memakai baju namun celana jeans nya masih setia ia pakai. Bayangan Emma masih muncul terus membuat Marc menghela nafas berat. Bagaimana keadaan Emma disana? Apakah ia masih marah?

Hari apa ini? Oh race nya kan kemarin. Jadi, Marc bisa pulang? Ada rasa bergemuruh di hati Marc. Kini ia bisa pulang dan menemui Emma di Spanyol. Namun tunggu, ia berada di kamar hotel. Tetapi Marc merasakan ada seseorang disampingnya.
Irina tertidur disamping Marc, gadis itu tidur membelakanginya. Selimut putih tebal menyelimuti tubuh gadis itu sampai ke leher. Dalam hati Marc berpikir, kenapa Irina ada di dalam kamar hotelnya?

Marc pelan-pelan mengintip dari belakang. Namun Irina sudah terlanjur membalikkan badan. Marc mengurungkan niatnya.

"Hay, kau sudah bangun?" sapa Irina bangun dari tidurnya.

"Irina apa yang kau lakukan disini? Kau--" ucap Marc terputus, ia curiga jika Irina sedang telanjang, "--you're not naked right?" tanya Marc hati-hati.

Irina menghembuskan nafas berat dan menunduk. Inilah apa yang mereka lakukan semalam.

"Inilah yang kau lakukan Marc. Ini apa yang kita lakukan tadi malam" balas Irina memandang tajam Marc.

Seakan tidak percaya, Marc berdiri dan mengambil kaos yang tergeletak di lantai. Tidak mungkin jika mereka melakukan hal itu semalam.
Lagipula, apa yang di katakan Irina bisa saja terjadi karena ia tidak ingat apapun.

"Tidak mungkin. Kau berbohong kan?" bantah Marc mengacak-acak rambutnya.
Jika benar, hancurlah sudah hidupnya. Apa yang harus ia jelaskan pada kedua orang-tuanya, atau Emma bahkan media jika Irina membocorkannya?

Irina memandang Marc yang terlihat sangat frustasi. Hmm, ia harus mengutarakan yang sejujurnya.
Marc terus saja berjalan mondar-mandir dan mengacak-acak rambutnya. Irina mengutuk dirinya karena seandainya saja ia tidak berbalik dan menyapa Marc, pasti dirinya sedang mengalami apa yang ia impikan, terbangun di samping seorang Marc Marquez.

"Marc, tenanglah. Kita tidak benar-benar melakukannya" seru Irina setengah tertawa.
Marc mendengar ucapan Irina lalu menoleh padanya dengan tatapan yang tak bisa Irina artikan.

Marc pagi ini tidak berselera untuk sarapan, ia terus menatap Irina yang ada dihadapannya ini. Begitu lahapnya Irina menyantap sarapan makanan hotel itu.

"Kau bersungguh-sungguh kan? Maksudku, kita tidak benar melakukannya?" tanya Marc seakan tak puas.

"Sebenarnya, hampir saja kau melakukannya. Kau dibawah pengaruh alkohol dan kau lepas kontrol. Ya tuhan Marc tenagamu kuat sekali, kau baru melepas bajuku dan aku langsung menghajarmu. Untung aku pernah ikut kejuaraan beladiri di kota ku" jelas Irina kembali menyuapkan sesendok makanan ke mulutnya.

Marc menaikkan satu alis nya, pantas saja wajahnya terasa memar. Ternyata dipukul wanita yang ada didepannya ini.

"Maafkan aku. Aku tidak ingat apa yang terjadi semalam..." ucap Marc tertunduk.

Irina terkejut melihat ekspresi Marc, walaupun tertunduk Irina dapat melihatnya jelas.
Ia harus bisa menenangkan Marc. Irina menggapai tangan Marc dan mengelusnya lembut tepat di punggung tangan.

"It's okay. Ku tau kau sedang menghadapi masalah berat. Hari ini kau akan pulang kan?" Irina tersenyum memamerkan gigi-gigi putih nya yang rapi.

Marc duduk di seat pesawat, ia menoleh kesamping dan menemukan Alex sedang menatapnya tajam. Marc ingin sekali mengabaikan adik gila nya itu. Namun kali ini apa yang dilakukan Alex sangat-sangatlah mengganggu. Marc tidak tahan akannya.

New Romantics (Marc Marquez Fanfict)Where stories live. Discover now