EXTRA PART

7.8K 300 29
                                    

"Yak! Begitu!" seru sang fotografer nya bersemangat. Ia masih bermain-bermain dengan kameranya yang menembakkan lampu flash kamera.

"Emma, kau harus lebih terlihat sensual seperti Irina" lanjutnya.
Emma pun dibuat kebingungan.
Ia berkali-kali memperhatikan lalu memperagakan seperti Irina, namun salah juga. Ternyata berpose seksi-seksi basah itu tidak gampang.

Emma berjalan keluar dari depan layar putih dan mengambil air mineral dalam botol nya. Dengan cepat ia meneguknya sampai tak menyisakan setetes pun air di dalamnya.
Irina berjalan menghampirinya.

"Kau sudah melakukan yang terbaik" ucap Irina.

"Demi apapun! Aku tidak akan bisa berfoto se-sensual dirimu. Aku masih kaku dan terlihat idiot saat berfoto bersama mu" Emma menggeleng-gelengkan kepala nya cepat.

"Berusahalah seperti kau menjadi aktris. Terus bekerja keras. Kau akan mengerti dan merasakan pose dan gestur yang kau peragakan" balas Irina menyemangati.

"You're great. Aku harus belajar banyak darimu" Emma membuka tangannya memberi celah pada Irina untuk memeluknya.
Irina pun melakukan hal yang sama. Rasanya aneh saat dua orang wanita ber-bikini saling berpelukan.

***

Emma berjalan dan sampailah ia di depan sebuah rumah bercat putih kecoklatan. Masih tak ada yang berubah semenjak terakhir kali ia kesini beberapa bulan yang lalu.
Tak butuh waktu lama setelah mengetuk pintu, sang empu rumah membukakannya.

"Hai Lucy..." sapa Emma tersenyum.

"Hai... Masuklah" ajak Lucy. Wanita itu mengenakan cardigan berwarna abu-abu kesukannya.

Emma terus saja mengelus-elus rambut Alona. Gadis itu sudah sehat. Ia tidak henti-hentinya terus bercerita pada Emma. Udara sejuk di taman belakang membuat mereka nyaman. Ayunan yang dijadikan mereka sebagai tempat duduk terus bergerak walau pelan.
Hingga pada suatu momen, Alona mengambil sebuah benda dari dalam sakunya.

"Lihatlah Emm.. Siapa ini?" Alona menunjukkannya dengan bangga. Emma terkejut dan membelalakkan matanya. Terlihat disana ada Alona mengenakan jaket pelangi dengan skibo menempel di kepalanya dan ada Marc, pria itu terlihat seperti baru saja selesai bermain motocross.

"Kapan kau berfoto dengan Marc Marquez?" balas Emma dengan nada girang.

"Sudah lama. Sebelum Marc mulai pindah ke Andorra" balas Alona terlihat kecewa.

"Ceritakanlah bagaimana kau bisa mendapatkan foto ini?" Emma mencoba mengalihkan mood.

"Benarkah kau ingin mengetahuinya?" Alona menatap Emma berbinar-binar, Emma pun mengangguk cepat.

"Jadi, waktu itu kak Andres sedang libur dan kami sekeluarga pergi menghabiskan waktu bersama di rumah nenek. Dia menemaniku untuk bertemu dengan Marc saat bermain motocross di daerah sana. Marc sangat baik. Dan kau tau? Dia kenal padaku. Dia juga mengenal kak Andres. Dia menyebut namaku. Dia bilang semoga aku cepat sehat. Sebelum kami berpisah karena Marc sibuk, aku dan dia berpelukan. Aaaa!!!" Alona menceritakannya penuh nafsu. Sama seperti saat Emma pertama kali bertemu dengan Marc.
Emma tertawa akan pemikiran itu.

***

Marc terus memutar-mutarkan handphone nya. Handphone ber-merk apel tergigit berwarna grey dengan sedikit hitam tersebut berputar-putar karena jari-jari Marc tak bisa diam.
Apalagi dengan kaki kanan Marc terus ia gerakkan. Seperti orang yang menahan kencing. Bukan, tetapi Marc menahan rindu nya.

Ia melirik arloji yang ada di pergelangan tangan kiri nya. Sudah pukul 7 lebih 15 malam. Namun masih tak ada tanda-tanda Emma menelfon. Gadis itu sudah berjanji akan menelfon tepat pukul 7.
Marc ingin sekali menelfon duluan, tapi ayolah, Emma kan sekarang sedang sibuk dengan promosi film terbarunya.

New Romantics (Marc Marquez Fanfict)Where stories live. Discover now