Rendezvous I

9K 572 21
                                    

Bip bip! Bip bip!
Berulang kali handphone Emma berdering. Namun, si pemilik handphone masih tenang dengan mimpi dan selimut tebalnya yang berwarna putih bersih.

Bip bip! Handphone itu berdering untuk yang kesekian kalinya.
Emma menyerah! Fine!
Siapapun itu yang menelfon sepagi ini, Emma akan membencinya.

"Oh God! Siapa sih yang nelfon pagi begini.." geram Emma sembari meraba-raba handphone yang ada diatas meja samping ranjang.

Emma melihat nomor penelfon yang tak ia kenal. Ia terkejut, baru saja dia sampai di Spanyol dan sekarang ada nomor yang tak ia kenal sedang mencoba menghubungi Emma. Parno deh.
Emma masih saja larut dalam pikiran negatif nya. Bagaimana jika ini adalah pembunuh bayaran? Bagaimana jika ini adalah nomor seorang teroris? Bagaimana jika...
Ah sudahlah, Emma mencoba untuk menghalau pikiran jelek itu dan memencet tombol hijau.

"Halo??" sapa Emma.

"Hola buenos días. Cómo estás esta mañana? Quiero que nos encontramos y discutimos lo que vamos a llevar a cabo más adelante con prontitud" jawab orang yang ada diseberang telfon sana.

"Haaa? What the..." hanya itu yang bisa Emma katakan. Dan orang yang ada ditelfon itu masih mengoceh dengan menggunakan bahasa spanyol nya. Yang ia tahu, memang sedikit orang spanyol yang bisa berbahasa inggris. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa ada satu atau dua orang yang bisa berbahasa inggris, kan?

"I-I'm so sorry. I don't understand what you're talking about" dalam keadaan orang itu masih mengoceh, Emma mencoba menyela nya. Namun tetap saja gagal.

Tidak ada cara lain. Ingin diteruskan pun Emma tidak mengerti pokok pembahasan ini. Dengan nekat Emma menutup telfon itu dan mencoba mengirim pesan singkat.

[Please, speak in English, sir]

Emma segera memencet send dan dalam beberapa menit ia mendapat balasan.

[Can we meet? I'm a man who was sent by your company to help you on your journalist task. Andres]

Membaca pesan itu, Emma menganga. Ternyata orang ini adalah suruhan Pak Frans? Tapi kenapa ia bisa berbahasa inggris di sms ini? Hmm mencurigakan, batin Emma.

Real Cafe Bernabeu

Emma sepertinya akan di marahi habis-habisan oleh penelfon tadi pagi yang diketahui bernama Andres itu.
Emma terlambat 45 menit. Ah Andres pasti sudah menunggu lama.

Emma beberapa kali mengalami masalah pada GPS handphone nya yang menurutnya bermasalah. Atau memang Emma nya saja yang tidak bisa menggunakan GPS di handphone?
Ini nih, malu bertanya sesat dijalan.

Sesaat setelah Emma sampai didepan cafe ini, Emma berdiri terpekur. Cafe itu begitu besar. Membaca namanya saja Emma serasa merinding. Bernabeu? Bukannya itu adalah lapangan bola milik club Real Madrid? Ah bodo lah, ia sekarang harus pergi kedalam atau Emma akan mati larut dalam ocehan Andres yang sudah menunggu lama.

Emma berhasil masuk dan celingak-celinguk mencari tempat dimana Andres berada. Hey? Emma kan belum pernah bertatap muka dengan orang itu. Bertanya satu persatu pada pengunjung disana pun tidak mungkin.
Tetapi saat Emma menoleh ke samping kanan, ia terkagum dengan pemandangan sebuah lapang hijau yang sangat-sangat luas. Jadi, cafe ini menjadi satu dengan lapangan Bernabeu?
Wah! Inikah lapangan milik club El Real yang ayahnya favoritkan? Jujur, sebenarnya Emma tidak tahu menahu dan buta akan bola. Apalagi dengan motogp.

Saat Emma masih terkagum-kagum, seseorang menepuk pundaknya dan refleks Emma menoleh. Kini, Emma memandang orang itu, mendikte setiap inci wajahnya.
Wajah putih bersih tanpa ada noda setitik pun, eh maksudnya jerawat.

New Romantics (Marc Marquez Fanfict)Kde žijí příběhy. Začni objevovat