Met Gala I

5.5K 382 1
                                    

"You're so beautiful, Cinderella" puji Lucy mengatakan bahwa Emma layaknya cinderella kali ini.

Memang tidak bisa dibantah, Emma malam ini tampil sangat memukau. Alona memandang Emma dengan tatapan berbinar-binar. Dalam pikiran gadis kecil itu, jika ia besar nanti pasti akan menjadi secantik Emma kali ini.

Khusus kali ini, Lucy merelakan kamarnya dirubah sedemikian rupa sehingga bisa menjadi ruang make-up bagi Emma. Emma sangat terharu terhadap perjuangan yang dilakukan Lucy kali ini. Walaupun ia tahu, jika Andres disini pasti akan sangat senang bisa diajak mendatangi Met Gala.

Emma berputar-putar di depan cermin, dan memandang dirinya yang dibalut dengan gaun berwarna monochrome, yaitu hitam dan putih.
Gaun itu sangat panjang. Gaun yang khusus dipilihkan oleh ibu nya dan Lucy. Gaun yang membuat Emma kini terlihat sangat-sangatlah seksi. Mereka benar-benar mempunyai selera yang sama. Sama-sama tinggi dan berkualitas.

Tok tok!
Suara ketukan pintu membuat semuanya tersadar. Bahwa acara red carpet met gala segera dilaksanakan.

"Miss Watson, acara show-off red carpet akan segera dimulai. Sebaiknya kita bergegas" ucap sang supir yang ditugaskan untuk menjemput beberapa artis terkenal. Emma tersanjung dengan apa yang dilakukan panitia Met Gala tahun ini padanya.

Emma menoleh pada Lucy. Lucy mengangguk dan menyemangati Emma.

"Tunjukkan pada mereka jagoan!" balas Lucy menyemangati.

"Kau pasti yang tercantik disana, Emm" celetuk Alona masih memperhatikan Emma.

"Haha kau ini" Emma mengelus lembut rambut pirang Alona, "Aku sebaiknya pergi. Kalian hati-hati dirumah" pamit Emma.

"Kami akan melihatmu di televisi" seru Alona saat mereka mengantar Emma sampai depan pintu. Hanya dengan anggukan dan senyuman Emma menjawab pernyataan si gadis kecil einstein.

"Kau sangat menawan kali ini, Miss Watson" puji sang supir sembari membukakan pintu mobil limosin.

"Terimakasih banyak..." balas Emma memasuki mobil dengan anggunnya.

Beberapa meter lagi, ia sampai di red carpet. Ini dia. Pertama kalinya bagi Emma, tampil diatas red carpet dalam acara yang mendunia.
Rasa gugup dan gemetar sudah meliputinya kali ini. Tiba-tiba saja, pikiran Emma membawanya ke masa-masa dimana Marc selalu menguatkan diri sendiri, dengan meneriakkan kata 'aku bisa'. Emma akan tunjukkan, perjuangannya tidak akan sia-sia. Ia akan menunjukkan sisi terbaiknya malam ini. Dan juga sisi feminim dan keseksiannya.

Mobil berhenti, baru Emma memegang gagang untuk membuka pintu. Ucapan sang supir menghentikannya.

"Biar aku saja yang membukakannya, Miss Watson. Sebelum itu, aku ingin ucapkan, semoga beruntung. Btw, aku adalah fans beratmu" ucap sang supir itu membuka topinya yang sedari tadi dipakainya.

Emma terkejut dengan wajah supir itu. Benar-benar tak pantas bila disebut sebagai supir. Pantaslah bila disebut sebagai model yang menyamar menjadi supir.

Pria itu berlari dan mulai membukakan pintu. Emma berdiri dengan dibantunya dengan menggenggam tangan Emma.
Saat Emma berhasil keluar, tak tanggung-tanggung ribuan jepretan kilat flash kamera menyerangnya.

Emma bahkan antara percaya dan tidak percaya jika kini para paparazzi itu saling menyerukan namanya. Benarkah ia bisa seterkenal ini?
Emma merasakan momen dan atmosfer itu, momen dan atmosfer dimana semua orang-orang menyerukan namanya, memuji gaunnya, memandangnya dengan mata berbinar-binar.
Atmosfer dimana ia bisa menikmati nikmatnya sebuah perjuangan kerja keras.

"Lihat Mama. Emma begitu cantik" puji Alona menatap layar kaca dengan mata berbinar-binar.

"Ya. Tidak sia-sia kita mendandaninya. Ya kan sayang?" Lucy mengecup puncak kepala Alona.

Serbuan kilat flash kamera itu tak henti-hentinya menyerang Emma. Seperti tak ada lelahnya para paparazzi memencet tombel shutter.
Entah sudah berapa lama, namun ia melihat pihak panitia memberikan kode padanya untuk melanjutkan jalannya untuk menuju ke dalam gedung untuk mengikuti jalannya acara.

Saat Emma mulai memasuki gedung. Ia terkejut dengan beberapa teriakan wanita-wanita. Terlebih lagi, tadi ia mendengar sebuah deru mobil berhenti. Pasti ada seorang artis pria yang sedang digilai kaum hawa, batin Emma menolak untuk membalikkan badan melihat siapa yang datang setelah dirinya.

Baru saja Marc menapakkan kaki di red carpet. Sebuah teriakan memekakkan telinga terdengar. Ditambah dengan jepretan kilat flash kamera paparazzi yang menyerbunya tanpa henti.
Marc akan menunjukkan sisi terbaiknya malam ini. Marc terlihat sangat tampan, elegan dan royal dengan tuksedo hitam.

************
"Selamat malam. Di malam acara Met Gala tahun ini, kami ingin mengucapkan terimakasih kepada semua para tamu yang hadir. Dengan semua gaun-gaun dan tuksedo yang menawan dari kalian. Dan yah, acara Met Gala tahun ini mengedepankan tema 'The Future Elegan'. Semoga apresiasi yang kami berikan, menjadikan anda lebih berkreatif dan tetaplah menjadi icon fashion bagi dunia internasional. Terimakasih" sambutan dari Direktur acara Met Gala ini dilanjut dengan suara tepukan tangan para hadirin yang menggema ke seluruh ruangan.

Emma berkali-kali menunggu dimana nominasi yang mencantumkan namanya untuk dibaca.
Ia berharap menjadi best fashion tahun ini. Namun di tengah acara, Emma terkejut akan suatu hal.

"Dan tamu kehormatan pria terbaik goes to..." ucap Gwyneth Paltrow. Sang aktris senior Emma di Inggris sana.

"Marc Marquez!" lanjut Gwyneth yang disusul suara tepukan tangan dan teriakan.

Haaaaaaa? Marc? Marquez? Marc Marquez? Tamu kehormatan pria terbaik? Loh loh? Semua pertanyaan itu terus berputar-putar di kepala Emma.

Emma menoleh ke kanan dan ke kiri mencari dimana Marc berada. Hingga akhirnya seseorang berdiri dari duduknya dan berjalan setengah berlari menuju panggung.
Emma terpana dengan senyum yang Marc terus tunjukkan saat berjalan menuju keatas panggung. Dengan tuksedo hitam dan dasi kupu-kupunya.

'Marc, you nailed it! You nailed my heart!' batin Emma.

Marc menerima piala berwarna silver putih itu. Sebelum berpidato, ia menatap piala itu. Marc seperti tidak percaya.

"Buenos noches! Selamat malam semuanya. Terimakasih untuk perhargaan hebat ini. Aku merasa sangat tersanjung. Terimakasih kepada seluruh panitia Met Gala. Aku dedikasikan piala ini untuk para sahabat-sahabat #Iam93 yang selalu mendukungku di arena balap. Sekali lagi, terimakasih banyak" ucap Marc singkat.

Emma tak henti-hentinya menatap Marc bahkan sampai kepergiannya di belakang panggung.
Shailene yang ada disamping Emma mencoba menyadarkannya.

"Hey, kau terpesona dengan pembalap itu?" celetuk Shailene menatap Emma penuh arti.

"Diamlah Shai..." balas Emma berpura-pura mengutak-atik handphonenya walaupun cuma menggeser-geser menu saja.

New Romantics (Marc Marquez Fanfict)Where stories live. Discover now