lanjutan Bagian delapan

28.1K 870 3
                                    

-->

"Maaf, karena udah berani-berani gendong putri Om siang tadi." Bagas menunduk, hal itu sungguh diluar kendalinya.

"Yah ... kalau Sarah tidak pingsan, mungkin Om udah marah-marah," kata beliau serius. "Sewaktu kamu ijin ngegandeng tangan Sarah saja, sebenarnya Om keberatan. Walaupun, tangan kalian terhalang sarung tangan."

Bagas terdiam, sedangkan Om Daud menghela napas. "Hhh ... Om sadar, masukanmu yang Om setujui itu salah. Om juga yakin lama-lama orang pasti akan tahu tentang kebohongan ini. Tapi ... Om, berterimakasih padamu, Nak." kata beliau seraya menepuk pundak Bagas. "Setidaknya untuk sementara ini, Sarah akan terhindar dari gunjingan tetangga dan teman-temannya."

Pemuda jangkung itu bimbang sekarang antara harus bangga atau mengutuki kebodohan atas idenya untuk pura-pura jadi pengantin di pelaminan tadi siang. Ia jadi merasa tidak enak hati pada Om Daud. Semua ini gara-gara kakaknya. Rusak sudah nama baik keluarga besarnya. Kini haruskah ia meminta maaf atas nama kakaknya pada ayahnya Sarah ini? Atau ... Bagas bingung sendiri. Saat ini Om Daud pasti sangat marah pada Arfan. Ia takut bila membahas kakaknya sekarang akan membangkitkan emosi Om Daud kembali.

Lama mereka diam, sibuk dengan pikiran masing-masing. Om Daud memijat keningnya sebelum menoleh memandangi pemuda yang duduk termenung disampingnya ini.

"Bagas?" panggil Om Daud.

"i-iya, Om." Bagas agak terkejut.

"Sudah jam sebelas," tunjuk Om Daud pada jam tangan berwarna hitam yang dipakai Bagas. "Mau pulang? Atau ..."

"Disini," jawab pemuda itu cepat. "Bagas mau nginep di sini," terangnya tegas tanpa ragu. Ia tidak ingin pulang sebelum bertemu dengan Nadine dan menjelaskan semuanya pada gadis itu.

"Kalau begitu, ayo." Om Daud berdiri mengajak Bagas kemudian berjalan menuju pintu ruangan tempat Sarah dirawat.

Bagas bengong di tempatnya. Apa? Ah ... Kalau tidur di dalam sana, ia tidak bisa bebas mencari Nadine, pikirnya. Tapi, bagaimana menjelaskannya? Jangan-jangan Om Daud salah mengerti.

"Di luar dingin, Nak." Seulas senyum terlihat di wajah lelah Om Daud. "Tenang saja, Om juga akan tidur di sini."

Nah, betulkan? Tebakannya benar. Pasti Om Daud menyangka dirinya ingin menunggui Sarah. Memikirkan itu membuat Bagas jadi salah tingkah.

lelaki paruh baya bertubuh agak gendut itu kembali tersenyum kecil sesaat karena melihat roman aneh di wajah Bagas. Timbul sesal di hatinya, mengapa dulu ia lebih memilih menjodohkan putrinya dengan Arfan yang terlihat lebih kalem dibanding adiknya ini.

"Ayo-ayo. Nanti, Om jadi bisa tidur sebentar karena ada kamu juga yang jagain Sarah," katanya seraya membuka pintu.

Bagas mengaruk-garuk rambut ikalnya yang tidak gatal. Kembali dirinya dirudung bingung. Kalau ia menolak masuk, alasan apa yang bisa dipakainya?

"Hhh ..." Kasihan juga Om Daud kalau ditinggal. Beliau pasti tidak akan bisa tidur. ya sudahlah, pikirnya pasrah. Ibaratnya sambil menyelam minum air. Menemani dan membantu Om Daud menjaga putrinya sekaligus berharap dapat bertemu dengan Nadine secepatnya.

Ah ... Hari ini sangat menguras pikirannya. Dengan langkah gontai Bagas masuk ke ruangan itu.

Jodoh PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang