lanjutan bagian tujuh

30.6K 1K 30
                                    

-->

Tangan Bagas gemetar saat menerima tangan Sarah. Hatinya mendadak jadi tidak karuan. Ia teringat pada Nadine.

"Si-siap, Om," Bagas berusaha tersenyum. Dikaitkan tangan gadis itu pada lengan kirinya, sedang tangan kanannya tidak lepas dari tangan kanan Sarah.

"Terimakasih," Om Daud mengecup kening putrinya kemudian menepuk-nepuk pundak Bagas.

Bagas tersenyum tipis kemudian mulai membimbing Sarah untuk menuruni tangga yang ada di depan teras rumah.

Tiada senyum ataupun ekspresi. Bagas merasa tangan gadis manis itu begitu dingin. Mereka berjalan dengan sangat perlahan. Letak pelaminan yang ada di tengah pekarangan menjadi terasa sangat jauh oleh mereka.

Saat ini Sarah merasa kedua kakinya sangat lemas. Langkahnya bagai diseret. Tubuh Sarah sepenuhnya bertumpu pada lengan Bagas. Entah dirinya akan kuat atau tidak.

Kalau bukan ayahnya yang meminta tentu ia tidak mau seperti ini. Kalau tidak sayang pada ayahnya, pasti kini ia tengah berlari sambil menjerit-jerit dan menangis.

"Arfan ... Layakkah aku menyebut namamu dalam hatiku ..." Sarah membatin. Diliriknya tangan lelaki yang tengah menggandengnya kini. Dilihatnya lengan kekar yang menjadi tumpuan tubuh lemahnya ini. Diperhatikannya wajah pria yang kini tengah berdampingan dengannya, melangkah menuju ke pelaminan.

Seingat Sarah walaupun kakak beradik, senyum pemuda ini tidak sama dengan Arfan. Tetapi sekarang mengapa hidungnya, potongan wajahnya, sekelebat terlihat mirip dengan Arfan. Lirikan matanya, lesung pipinya . Sarah semakin membatin. Ia terus menerus memandang Bagas, memerhatikannya, sampai tidak sadar bahwa dirinya tengah berjalan sambil diawasi oleh beratus-ratus pasang mata.

Semakin lama dilihat, Sarah merasa pria yang ada disampingnya ini benar-benar sangatlah mirip dengan Arfan. Tidak, bukan mirip tetapi sama. Ya dia pasti Arfan, dia adalah Arfan, yakin hatinya.

Kini rasa nyeri semakin menyusup kedalam dadanya, hatinya terasa perih. Mengingat apa yang sudah Arfan lakukan kepadanya. Meninggalkannya begitu saja di hari pernikahannya. Sakit, Sarah merasa batinnya sangat sakit.

Arfan ...

Arfan ...

Arfan ...

Sarah kian membatin. Ketika sudah sampai ke pelaminan, tanpa sadar tangan Sarah terulur menyentuh wajah pemuda yang tengah menggandengnya itu.

Bagas yang terkejut oleh sentuhan Sarah yang tiba-tiba segera menolehkan kepalanya.

"Arfan ..." lirih Sarah sebelum akhirnya jatuh pingsan. Ia tidak menyadari dirinya keliru memanggil dan mengenali Bagas.

"Sarah ... Sarah ...!" Bagas panik.

Dalam sekejap kegaduhan menyebar. Orang-orang menjadi panik. Para tamu undangan banyak yang histeris.

Tanpa berpikir lagi, Bagas cepat-cepat mengendong Sarah. Ketika ia akan melangkah matanya tanpa sengaja melihat seorang wanita berhidung mancung berdiri di dekat pelaminan. Mata coklatnya memandang dengan tatapan terluka. Tampak wajahnya memerah dan airmata membasahi kedua pipinya.

"Na-nadine ..." guman Bagas. Ada nada getir dalam suaranya

***

Jodoh PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang