43

147 22 10
                                    

Yuhu yekan ada lagi hehehe
Padahal alan up double loh kok kalian sepi sih 😭😭😭

Hayuk tinggalkan jejak buat alan!!





~ selamat membaca ~





Detik berganti menit, menit berganti jam, jam pun berganti hari, begitu pula hari berganti minggu dan minggu berganti bulan. Hubungan Pras dan Dwi terbilang cukup harmonis dengan sedikit pertengkaran kecil karena Pras yang suka sekali menjahili kekasihnya, terlepas dari itu semua hubungan mereka sungguh membuat para jomblo dari lahir menangis di pojokan sambil makan rengginang dalam toples kongguan.

Pagi yang cerah dengan udara segar khas pedesaan di tambah suara kicauan ayam di pagi hari, membuat suasana hati menjadi tenang namun tidak dengan pemuda manis yang sedari subuh tadi sudah bolak-balik ke kamar mandi, yang membuat kedua orang tuanya khawatir karena sudah 3 hari ini setiap subuh putra bungsu mereka suka mual dan muntah-muntah.

Saat kedua orang tuanya mengajak untuk pergi ke dokter pemuda itu selalu menolak dengan alasan dia hanya masuk angin, kedua orang tuanya hanya menghembuskan napas lelah dengan sikap si bungsu. Bahkan sang ibu sudah meminta tolong pada putra sulungnya agar mau membujuk sang adik, namun hasilnya sama saja saat menerima telfon dari sang kakak Dwi bersikeras tidak mau dan mengatakan jika dirinya hanya masuk angin agar sang kakak bisa fokus kembali pada pekerjaannya.

"Dek kamu yakin masuk sekolah nak?" Tanya sang ibu sambil mengusap lembut kepala sang putra. Dan terlihat jelas kekhawatir di wajah sang ibu melihat keadaan sang putra.

"Iya buk, adek hari ini ada remidial gak bisa ijin! Nanti adek bisa gak naik kelas." Suara Dwi sangat lemah di tambah wajahnya yang pucat, sang ibu hanya bisa mengalah dan menyiapkan bekal serta susu coklat kesukaan putranya agar dia bisa memakannya saat di sekolah nanti.

Dwi berangkat di antar sang ayah tadinya dia akan di antar Pras, namun sang ayah bersikeras akan mengantarnya tidak mungkin dia menolak sang ayah dan memilih berangkat bersama kekasihnya. Nanti malah sang ayah akan bertanya yang aneh-aneh seperti sang ibu pada waktu itu.

Kini pemuda mungil itu tengah berjalan di koridor sekolah dengan langkah yang berat, entah kenapa tubuhnya terasa lelah dan lemas sangat tidak bertenaga. Kepalanya terasa pusing dan setiap kali makan dia selalu memuntahkannya, perutnya sungguh terasa tidak nyaman.

Saat memasuki kelas Dwi sudah mendapati ke empat temannya tengah menunggunya, dia duduk di bangkunya dan meletakkan kepalanya pada meja menjadikan tangannya sebagai bantal. Ke empat temannya yang melihat Dwi merasa heran karena tidak biasanya dia terlihat lesu seperti sedang sakit, Aryo yang duduk tepat di belakangnya menatap Dwi dengan tatapan tajam dan aneh.

"Wi kalau sakit kenapa masuk?" Tanya Devi teman sebangkunya.

"Aku ada remidial matematika nanti," ucap Dwi dengan sangat lirih. Membuat ke empat temannya semakin heran dengan tingkahnya.

Ke empat teman Dwi dengan setia menunggunya di luar ruang remidial karena di antara mereka berlima hanya Dwi yang mendapat nilai rendah di pelajaran matematika, padahal di ujian sebelumnya Dwi tidak pernah ikut remidial semua itu membuat teman-temannya heran. Mungkin karena sakit jadi dia tidak bisa fokus belajar dan mengerjakan soal ujian, itu yang di pikirkan oleh mereka.

Setelah menunggu cukup lama akhirnya Dwi keluar dengan wajah yang sangat pucat, teman-temannya merasa khawtir dengan keadaannya.

"Wi apa nggak sebaiknya kamu pulang aja, kan remidinya udah selesai!" Ucap Yoga dengan lembut yang di angguki oleh teman-teman yang lain, namun Dwi hanya menggeleng kepalanya kemudian berjalan kembali ke dalam kelasnya. Ke empat temannya hanya bisa saling pandang satu sama lain dengan tingkah laku pemuda mungil itu, mereka segera menyusul Dwi ke dalam kelas dan mendapati Dwi tengah menidurkan kepalanya pada meja.

"Aku mau durian," ucapan Dwi berhasil membuat ke empat temannya semakin heran. Sejak kapan seorang Dwi suka durian jangankan untuk memakannya, mencium baunya saja dia sudah muntah-muntah dan mengeluh kepalanya terasa pusing. Tapi tadi apa dia bilang ingin durian? Apa pemuda itu sedang mengigau atau sedang amnesia?

"Wi, kapalamu kena pukul apa?" Tanya Devi dengan masih memandang aneh pada Dwi.

"Atau kamu habis jatuh terus kepala kamu kebentur dengan keras Wi?" Kini Aryo yang bertanya dengan memegang kepala Dwi mengeceknya apa ada luka pada kepala temannya itu.

"Aku hanya ingin makan durian, kenapa kalian heboh sekali?" Jawab Dwi dengan nada kesal dengan tingkah para temanya.

"Iya bukanya begitu ta .." belum sempat Yoga menyelesaikan ucapannya Dwi lebih dulu pergi dari kelasnya membawa tas yang berisi bekal dan susu, yang masih utuh tak tersentuh karena Dwi tidak ada selera makan dia hanya ingin durian untuk saat ini.

Dwi berdiri di tepi jalan dekat sekolahnya dia sedang menunggu kekasihnya, karena tadi dia sempat menelfon kekasihnya meminta dia agar menjemputnya. Setelah menunggu sekitar 15 menit akhirnya sang pujaan hati datang dengan motor honda 70 yang sering di sebut mungil oleh Dwi, Pras memasangkan helm pada kekasihya sebelum mereka meninggalakan sekolah.

"Sayang!" Panggil Pras yang meresa aneh pada kekasih mungilnya, wajahnya sudah pucat dengan bibir yang kering seperti orang sakit.

"Pengen durian mas!" Membuat Pras menepikan motornya saat itu juga.

"Sayang, kamu serius?" Tanya Pras dengan heran dan menggoyangkan tangan Dwi, yang melingkar epic pada perutnya.

"Iya mas, aku masih mual dan mutah mas kalau makan." Rengek Dwi karena sunggu dia sangat menginginkannya.

"Ya tapi sayang nanti kamu tambah parah, kamu aja biasanya cuma nyium baunya sudah muntah-muntah dan pusing," jelas Pras.

"Mas udah nggak sayang aku lagi ya?" Bibir mungil Dwi bergetar saat mengucapkan kalimat itu, matanya terasa panas membuat genangan bening pada kelopak mata pemuda itu yang membuatnya tidak bisa melihat dengan jelas.

Pras hanya menghela napas dan menuruti keinginan kekasihnya itu, Pras kembali melajukan motornya membelah jalanan dengan tangan kiri masih memegang tangan Dwi. Cukup lama mereka berkeliling untuk mencari pedagang durian namun hasilnya sia-sia, hingga mereka memutuskan untuk pulang dan dalam perjalanan pulang mata Dwi menangkap pedagang buah durian di dekat pom bensin.

"Mas berhenti-berhenti," ucap Dwi dengan tergesah-gesah membuat Pras mengerem secara mendadak.

"Kenapa sayang? Ada yang saki?" Tanya Pras




Byersyambyung ...

Jangan lupa vote dan komet biar alan semangat 😗😗

Kira-kira Dwi kenapa ya?? 🤔🤔

My Onyet (BxB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang