27

336 28 8
                                    

Tolong berikan alan dukungan, dengan vote dan koment terima kasih🙏



Selamat membaca



Samudra berjalan menyusuri koridor menuju kantin seorang diri, karena ketiga temannya sudah lebih dulu pergi ke kantin, tadi Samudra sempat pergi ke toilet terlebih dahulu untuk menyelesaikan panggilan alamnya. Samudra mencari keberadaan ke tiga temannya, hingga dia melihat Arunika melambaikan tangan padanya, dengan senyum ceria tergambar di wajah gadis itu.

"Lama banget lu Sam?" Ucap Arunika sambil memakan bakso di hadapannya.

"Gak ada 1 jam ya Nik!" Jawab Samudra dengan nada jengkel kepada sang Ketua Osis. Dia berdiri dari duduknya untuk memesan makanan, setelah beberapa saat Samudra kembali dengan seporsi nasi goreng di tangan kanan dan air mineral di tangan kirinya. Dia kembali duduk disebelah Baskara dan berhadapan dengan Arunika, Samudra mulai makan dengan tenang hingga suara cempreng Arunika, mengalihkan atensinya dari makanannya.

"Minggu besok kita main yuk?" Ajak Arunika dengan semangat.

"Mau main kemana?" Tanya Devanka.

"Kepantai gimana?" Samudra dan Baskara hanya mengangguk dan masih fokus dengan makanannya.

"Bang, Sam, lu berdua jangan diem aja mau nggak?" Sambung Arunika.

"Terserah." Ucap Samudra dan Baskara secara bersamaan.

"Yang kembar siapa? Yang kompak siapa?" Goda Arunika sambil tertawa dan merangkul bahu Devanka. Kedua pemuda di hadapan sang Ketua Osis itu hanya memutar malas bola matanya, kalau bukan teman dan saudarinya mungkin Samudra dan Baskara sudah membuang gadis itu di selokan.

Bel masuk telah berbunyi, mereka berempat mulai meninggalkan kantin menuju kelas masing-masing, Samudra dan Baskara sudah duduk di bangku mereka. Hingga seorang guru perempuan sebut saja bu Nia memasuki kelas.

"Selamat siang anak-anak!" Ucap bu Nia.

"Siang bu!" Kompak satu kelas menjawab sapaan sang guru.

"Baiklah keluarkan buku kalian dan buka materi bab 18." Sang guru mulai menerangkan materi pelajaran, Samudra menyimak dengan saksama. Berbeda dengan Baskara yang menyimak dengan santai malah cenderung seperti malas untuk menyimak, pelajaran terus berlangsung hingga tak terasa waktu jam pulang sekolah tiba.

"Baiklah anak-anak sekian dulu untuk hari ini, dan tolong kerjakan latihan pada bab 11 dan bab 12, secara berkelompok dengan teman sebangku kalian ya, saya akhiri pelajaran hari ini selamat siang." Jelas sang guru, setelah mendengar jawaban dari muridnya beliau meninggalkan kelas.

Semua murid beranjak meninggalkan kelas, tinggal Samudra dan Baskara yang ada di dalam kelas. Mereka malas jika harus berdesak-desakan dengan murid lain saat keluar kelas, apa lagi di area parkir nanti, mereka tidak mau motor kesangan mereka lecet.

"Bar, ngerjain tugasnya di rumah gue apa dirumah lu?" Tanya Samudra.

"Terserah." Samudra menghembuskan nafas jengah dengan teman sebangkunya itu.

"Yaudah, kalau gitu dirumah gue aja  hari ini, gimana?" Pertanyaan Samudra kali ini hanya di jawab anggukan kepala oleh Baskara.

Mereka keluar kelas berjalan ke area parkir yang memang sudah mulai sepi, di area parkir sudah ada Arunika dan Devanka yang menunggu mereka. Baskara menatap sang adik dengan menaikan sebelah alisnya, seolah bertanya kenapa adiknya kenapa menunggu dengan Devanka, seakan tahu maksud sang kakak Arunika segera menjelaskan.

"Bang, Evan nggak bawa motor!" Ucap Arunika.

"Terus?" Jawab Sang kakak masih dengan nada dingin.

"Ya siapa tau gitu Samudra bisa ngasih tumpangan?" Arunika dan Devanka menatap Samudra dengan penuh harap, sebenarnya ini kesempatan Samudra untuk bisa dekat dengan Devanka. Kapan lagi dia bisa punya kesemapatan emas seperti ini, tapi sayang belum sempat Samudra menjawab pertanyaan sang ketos, Baskara lebih dulu melempar kunci motor pada sang adik.

"Bilang sama papa, gue ngerjain tugas di rumah Sam!" Ucapan Baskara membuat Samudra menatapnya dengan kesal, bagaimana bisa dia melewatkan kesempatan ini tapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Kalau sampai sang waketos marah dan tidak mau menyelesaikan tugas sekolahnya, Samudra bisa kena masalah karena otaknya yang pas-pasan di banding si kembar Yudhistira. Kenapa si kembar tidak sekelas ya karena otak Arunika lebih cerdas, makanya mereka berada di kelas yang berbeda. Tapi di banding Samudra otak Baskara bisa di katakan lebih encer, dari pada miliknya.

"Oke bang kalau gitu gua balik dulu ya!" Arunika berlalu meninggalkan mereka berdua.

"Motornya mana?" Tanya Baskara, pemuda di hadapannya hanya menunjuk ke arah motor matic  vario 150 berwarna hitam. Dia hanya mengangguk dan mengikuti  Samudra menuju motornya.

Samudra naik keatas motor dan memakai helmnya, yang di ikuti Baskara yang naik di jok belakang Samudra. Mereka melajukan motornya meninggalkan area sekolah, membelah jalan raya yang lumayan panas. Entah kenapa perut Baskara terasa geli, dadanya berdebar tidak karuan, menatap punggung tegap Samudra membuat wajahnya memerah. Seketika Baskara menggelengkan kepalanya, dia berusaha menepis apa yang dia rasakan sekarang.

Mereka akhirnya sampai, setelah 30 menit menempuh perjalanan dari sekolah ke rumah  Samudra. Dia memarkirkan motornya di garasi samping rumah, yang hanya cukup di isi 3 motor saja. Samudra melangkah masuk kerumah, dengan Baskara yang mengekor di belakangnya.

"Mas pulang!" Teriak Samudra.

"Mas, ayah nggak ada di rumah, ini siapa mas?" Athaya keluar dari kamarnya, dan berjalan kearah Samudra dan Baskara kemudian mencium tangan mereka.

"Ini Baskara temen mas, ayah kemana?" Baskara yang mendengar ucapan samudra, langsung tersenyum lembut kepada Athaya, dia mengangguk dan tersenyum manis saat melihat Baskara.

"Ayah kerumahnya pak lik Marset, katanya mau nikahin anaknya yang baru pulang dari taiwan minggu depan mas." Penjelasan Athaya hanya diangguki oleh Samudra.

"Mas, ayah udah nyiapin makanan, mas Sam sama mas Baskara makan aja dulu! Adek mau ke kamar, adek tinggal ya mas Sam, mas Baskara!" Sambung Athaya Setelah mengatakan itu dia kembali masuk kedalam kamarnya.



Tbc...

My Onyet (BxB)Where stories live. Discover now