6

778 62 7
                                    

Di dalam kamar bernuansa abu-abu seorang pemuda tengah tertidur pulas, hingga melewatkan makan siang, hari sudah beranjak sore suara ketukan pintu membangunkan pemuda itu.

Tok tok tok

"Dek, ayo bangun udah sore ini!" Teriak sang ibu membangunkan Dwi, tapi pemuda itu masih enggan membuka mata, hingga terdengar suara knop pintu di putar dan memunculkan sang ibu di balik pintu. Ibu Dwi hanya menggelangkan kepalanya, melihat sang anak yang masih enggan untuk membuka mata.

"Dek, ayo bangun udah sore, itu kamu di cari sama bapak! Cepet bangun." Tangan lembut sang ibu trus mengusap kepala si bungsu, berharap pemuda itu mau membuka mata, karena hari sudah sore dan sebentar lagi waktu makan malam tiba.

"Iya buk, kenapa bapak nyari adek?" Ucap Dwi sambil merenggangkan tubuhnya.

"Ibuk nggak tau, ya sudah sekarang kamu mandi terus ke ruang tengah, bapak sama masmu sudah menunggu." Ujar sang ibu seraya meninggalkan si bungsu yang masih duduk termenung di atas ranjang, selang beberapa saat Dwi berjalan ke arah lemari berplitur coklat dengan dua pintu, untuk mengambil baju ganti dan beranjak keluar kamar, menuju kamar mandi yang berada di belakang rumah.

Setelah selesai mandi Dwi yang mengenakan kaos berwarna abu-abu dan celana hitam selutut, berjalan menuju ke ruang tengah, di mana disana sudah ada ayah, ibu, dan kakaknya yang tengah asik mengobrol santai.

"Lah ini anak perawan baru bangun!" Goda sang ayah saat melihat Dwi, yang tengah berjalan kearah mereka, ibu dan kakaknya pun segera menoleh kearah Dwi.

"Bapak Dwi lanang ya pak~" ucap Dwi dengan nada kesal dan mendudukan dirinya di tengah-tengah ayah dan ibunya, yang sedang duduk di kursi panjang yang terbuat dari anyaman rotan.

"Kamu ituloh udah gede, masih aja manja." Ejek sang kakak yang di hadiahi pelototan dari sang adik.

"Dek, kamu nggak pengen lihat sesuatu di luar?" Ucap bapak sambil menunjuk kearah teras, Dwi pun mengikuti arah yang di tunjuk sang bapak. Dan mata Dwi seketika terbelalak kala melihat, motor bebek Shogun 125 warna biru kombinasi hitam. Dwi langsung berlari ke arah motornya dengan wajah berbinar, bak menang undian saja dia.

Ayah, ibu, dan kakaknya masih setia melihat tingkah si bungsu yang tengah terkagum-kagum melihat motor barunya, dia terus mengelus setiap inci bagian motor itu mulai dari, stang motor hingga ke bagian roda pun tak luput dari elusan Dwi.

"Ini beneran buat Dwi pak?" Tanya Dwi yang masih tidak percaya, kalau dirinya sungguh-sungguh di belikan motor oleh sang ayah.

"Loh dia gak mau pak, kasih ke mas Dhamar saja pak!" Goda ibu dengan nada sengaja di buat kecewa untuk menggoda si bungsu.

"Wah iya itu buk bua~~" belum selesai Dhamar menyelesaikan kalimatnya, Dwi sudah lebih dulu memotong ucapan sang kakak.

"Enak saja ini punya Dwi ya, kan bapak belikan buat Dwi!" Ucap Dwi masih dengan nada kesal dan tampang yang menunjukan permusuhan pada sang kakak, yang di hadiahi tawa dari ayah, ibu, dan kakaknya.

"Inget! bapak sudah belikan kamu motor,belajar yang rajin jangan main terus!" Ujar bapak.

"Siap bos." Ucap Dwi dengan gestur memberi hormat, layaknya seorang prajurit sedang manghadap sang komandan, tingkah Dwi sontak membuat semua orang tertawa.

Setelah makan malam Dwi langsung pergi ke kamarnya meninggalkan kedua orangtuanya dan sang kakak, yang tengah bersantai di ruang tengah yang sedang membahas keinginan sang kakak yang ingin merantau ke Kota Pahlawan.

Dwi mengambil ponsel Nokia 2600 yang terletak di meja belajar, kemudian merebahkan dirinya di ranjang. Dia ingin mengirim pesan pada Devi untuk sekedar menghilangkan bosan, ternyata si Devi lebih dulu mengirim pesan beberapa waktu lalu.

Depi upil

Dwi kamu sudah tidur?

Maaf baru bales, kenapa?

Aku lagi bosan aja ;(

Nggak jelas kamu dep -_-

Ya udah aku mau tidur dulu, sampai ketemu besok :)

Oke-_-

Setelah membalas pesan, Dwi meletakkan ponselnya di sebelah bantalnya dan beranjak tidur, menutupi tubuhnya dengan selimut warna biru bergambar doraemon, tidak lupa memasang alarm pada ponselnya agar tidak kesiangan.

Pagi sudah menyapa sinar sang surya mulai masuk kedalam kamar, lewat cela-cela jendala yang tertutup gorden berwarna putih. Dwi beranjak dari ranjangnya menuju kamar mandi, untuk bersiap berangkat sekolah.

Dwi berjalan ke arah meja makan, seperti biasa disana sudah ada kedua orangtuanya dan sang kakak. Mereka sarapan dengan tenang tanpa ada yang mengeluarkan sepatah katapun, hanya dentingan sendok beradu yang terdengar.

Selesai sarapan Dwi bergegas berpamitan pada kedua orangtuanya dan sang kakak, dia berangkat dengan mengendarai motor barunya, dan helm berwarna hitam sudah terpasang epic di atas kepalanya.

20 menit Dwi menempuh perjalanan kesekolah, hingga dia tiba di area sekolah dan memarkirkan sepedanya di area parkir dekat gerbang, di bawah pohon palem yang sengaja di tanam di area itu.

Dwi meletakkan helmnya di atas motor kemudian berjalan ke arah kelas, belum jauh dia melangkah tiba-tiba seseorang menepuk bahunya. Dwi reflek menoleh kebelakang melihat siapa yang menepuk bahunya, ada dua pemuda berdiri tepat didepannya sekarang, di sebelah kanan pemuda dengan tinggi 176 cm, kulit sawo mateng, alis tipis, bergaya rambut tapper. Dan di sebelah kiri pemuda dengan tinggi 180cm, berkulit sedikit lebih gelap dari pemuda sebelah kanan, namun terlihat sangat tampan dengan rahang tegas, dan sebelah alisnya terdapat sebuah goresan di tengah alis. Gaya rambut undercut menambah kesan gagah pada pemuda itu.

My Onyet (BxB)Where stories live. Discover now