21

303 28 4
                                    

Hai gess, jangan lupa beri alan semangat dengan vote dan koment. 🙏😘😘

Mari kita konser bersama Dwi 🙏😁






Ku t'lah miliki,
rasa indahnya perihku,
rasa hancurnya harapku,
kau lepas cintaku

Yang seakan abadi
Sekalipun kau mengerti
Sekalipun kau pahami
Ku pikir ku salah mengertimu

Ho~o aku,
hanya ingin kau tahu,
besarnya cintaku,
tingginya hayalku bersamamu

'Tuk lalui,
waktu yang tersisa kini,
di setiap hariku,
di sisa akhir nafas hidupku
Oo..ho..oo.ho...


"Dek, kamu mau sekolah apa nggak?" Teriak sang Ibu, membuat acara konser sang anak di dalam kamar mandi buyar seketika.

"Iya bentar lagi selesai bu." Teriak Dwi dari dalam kamar mandi.

Dwi keluar kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk yang melilit di pinggang rampingnya, dia berjalan ke arah kamarnya untuk berganti baju seragam. Setelah selasai berganti baju Dwi keluar menuju meja makan, tapi pagi ini terasa beda biasanya sang ayah sudah duduk manis di meja makan, namun sekarang dia hanya melihat sang ibu yang masih sibuk memindah tumis kangkung dari wajan ke piring saji.

"Ayah mana bu?"

"Ayah pergi ke rumah pak RT, mau titip sawah." Ucap sang ibu sambil membawa piring berisi tumis kangkung yang sudah matang, dan meletakannya di atas meja.

"Titip sawah?" Tanya Dwi dengan sedikit heran.

"Ayah sama ibu kan, mau menjenguk mas mu dek"

"Kan cuma sehari bu, ngapain di titipkan ke pak RT?" Dwi yang masih penasaran terus menatap sang ibu, yang tengah mengambilkan makanan untuknya.

"Ibu sama ayah sepertinya akan pergi 2 sampai 3 hari dek, apa kamu izin saja ke sekolah biar bisa ikut katanya kangen sama mas!" Jelas sang ibu.

"Ehhmm, nggak bisa bu, a-adek a-da ujian iya ada ujian, jadi nggak bisa izin kalau izin nanti adek gak dapet nilai." Dwi berbohong pada sang ibu, sebenarnya ujian Dwi masih sekitar seminggu lagi. Kalau pun izin buat ikut menjenguk sang kakak masih bisa, lagi pula mereka hanya pergi selama 2 sampai 3 hari saja.

Dwi pikir kenapa tidak memanfaatkan keadaan, dia bisa sedikit bebas bermain dengan teman-temannya. Sempat terlintas di pikirannya, selama kedua orang tuanya tidak ada, dia bisa bebas pergi dengan Pras. Dia bertekad akan mengutarakan isi hatinya pada pemuda jangkung yang sering dia panggil monyet itu, dan berhasil membuat hati dan pikirannya Dwi porak-poranda.

"Bu, adek udah selesai, adek berangkat dulu!" Pamit Dwi sambil mencium tangan sang ibu. Kemudian dia berlalu keruang tamu, mengeluarkan motor biru kesayangannya itu.

Dwi melajukan motor biru kesayangan itu menuju sekolah, sampai di area parkir sekolah Dwi memarkirkan motornya dekat pohon palem, saat melepas helmnya mata Dwi tertuju pada sepasang sejoli, yang sedang bercengkrama di area parkir. Dia menatap tajam pada si waketos mengingat kejadian kemarin, saat dia melihatnya dengan seorang gadis. Dwi berjalan menghampiri Aryo, dia sungguh ingin tahu apa temannya, tahu kalau kekasihnya itu pergi dengan seorang gadis.

"Yo." Sapa Dwi dengan nada dingin, kedua sejoli itu menoleh kearahnya.

"Selamat pagi wi!" Sapa Arman dengan senyum tampan yang memperlihatkan lesung pipi di kedua pipinya. Dan hanya di jawab deheman oleh Dwi, Aryo yang melihat tingkah aneh temannya pun mengangkat sebelah alisnya, seakan bertanya ada apa dengan temannya.

"Aku belum mengerjakan PR, ayo ke kelas bantu aku mengerjakannya." Dwi menarik tangan Aryo menuju kelas. Aryo yang di tarik tiba-tiba oleh Dwi, hanya bisa pasrah dengan sikap sang teman.

"Wi, memangnya ada PR?" Tanya Aryo, yang membuat Dwi menghentikan langkahnya dan berbalik menatap temannya, yang sedang kebingungan dengan sikapnya.

"Kemarin kamu pulang sama siapa?"

"Sendiri kan aku bawa motor."ucap Aryo dengan nada bingung.

"Udahlah kita ke kelas dulu, akan aku ceritakan disana," Dwi kembali menarik tangan Aryo menuju kelas.

Saat sampai di dalam kelas Dwi langsung duduk di bangkunya, dan menghadap kebelakang menatap Aryo dengan tatapan tajam yang mengintimidasi. Tapi bukanya garang dia malah terlihat menggemaskan di mata Arya, saat sedang memasang wajah garang pada Aryo tiba-tiba bahunya di tepuk seseorang.

"Hei, kalian kenapa kayak serius banget?" Tanya pemuda manis yang baru saja datang.

"Ga, aku mau mengintrogasi Aryo!"

"Lah aku kenapa?" Tanya Aryo sambil menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.

"Kemarin kenapa nggak pulang bareng waketos?" Tanya Dwi dengan nada yang di seram-seramkan, ala-ala seorang polisi yang sedang mengintrogasi maling ayam. Yoga yang tidak mengerti apa yang terjadi, hanya bisa menatap kedua temannya dengan bingung.

"Kan tadi aku udah bilang Wi! Aku bawa motor sendiri, jadi mana bisa aku pulang bareng Arman. Lagian ya dia juga harus buru-buru pulang, karena dia harus mengantar bundanya pergi." Jelas Aryo pada temannya.

"Yakin Yo? Kalau si waketos itu buru-buru pulang, karena bundanya?" Tanya Dwi masih dengan gaya bak detektif conan, yang sedang memecahkan sebuah kasus pembunuhan tersembunyi.

"Yakinlah, masa iya dia bohong?"

"Kalau dia beneran bohong gimana?"

"Wi, sebenarnya kamu mau ngomong apa sih?" Aryo sudah mulai kesal dengan Dwi, karena dia terkesan berbelit-belit dalam berbicara.

"Oke, kamu jangan marah dulu, dengerin baik-baik oke!" Ucap Dwi sambil menegakkan duduknya, Aryo hanya mengangguk pelan mendengar ucapannya.

"Aku kemarinkan! dijemput sama Pras terus kita mampir ke warung soto. Dan tanpa sengaja aku liat si waketos sama seorang gadis, tapi bukan dari sekolah kita." Sabung Dwi, dia mengambil nafas dan kemudian melanjutkan ceritanya. Aryo dan Yoga masih setia menunggu kelanjutan cerita dari Dwi.

"Dari seragamnya, kalau nggak salah seragam yang di pakai gadis itu, dari sekolah SMAN 2 BAKTI LUHUR." Aryo yang mendengar nama sekolah yang di sebutkan Dwi tadi, wajahnya terlihat sangat sulit untuk diartikan.

Byersyambyung...
😁✌️

My Onyet (BxB)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora