31

197 20 0
                                    

Kalau ada typo tolong tandai ya🙏
Jangan lupa tinggalkan jejak🙏😉






~ Selamat membaca ~






Detak jam di dalam ruang kelas Samudra terdengar begitu nyaring, sebab semua siswa di kelas itu tengah melaksanakan ulangan harian, yang di lakukan secara mendadak oleh seorang Guru yang terkenal killer di kalangan para murid.

Bel istirahat pertama telah berbunyi Samudra dan Baskara berjalan beriringan ke arah kantin, dimana disana sudah ada Runika dan Devanka yang menunggu mereka. Saat berjalan melewati koridor sekolah tanpa sengaja ada bola basket yang mengarah kepada Samudra, Baskara yang berada di sebelah kanannya reflek menarik Samudra untuk melindunginya, dan membiarkan punggungnya terkena lembaran bola basket yang lumayan keras.

"Bar, lu nggakpapa?" Tanya Samudra sambil memutar tubuh Baskara dan melihat punggungnya.

"Tenang aja gue oke." Setelah mengatakan itu dan tersenyum lembut pada Samudra, dia mengambil bola basket kemudian berjalan ke arah tengah lapangan basket. Matanya menatap tajam satu per satu murid yang bermain basket di tengah lapangan, mereka yang di tatap sang Waketos meresa gugup dan menunduk takut.

"Siapa?" Suara Baskara terdengar menyeramkan di telinga ke sepuluh murid yang tengah berdiri di lapangan.

"Sa-saya ka-kak," ucap seorang siswa dengan bet angka 10 dengan warna hijau di sebelah kiri.

Samudra yang melihat tatapan Baskara langsung berlari kearah ketemannya itu, dia takut Baskara akan membuat keributan meski dia tahu, kalau Baskara bukan tipe orang yang akan tersulut emosi hanya karena masalah sepele. Tapi tetap saja dia takut karena tadi setelah Baskara tersenyum lembut padanya, raut wajahnya berubah seketika di tambah sorot matanya menjadi dingin dan tajam.

"Udah Bar, mereka juga udah minta maaf." Samudra menepuk pundak Baskara.

"Push up." Ucap Baskara dengan suara datar dan tatapannya yang tajam melihat satu per satu siswa di yang ada di hadapannya

"50 kali untuk kelas 10, 60 kali untuk kelas 11." Para siswa kelas 10 itu saling menatap satu sama lain secara bergantian, mereka ingin membantah atas hukuman yang diberikan karena mereka merasa tidak bersalah. Merekapun tidak sengaja melempar bola dengan keras hingga mengarah ke arah Samudra, tapi melihat kakak tingkat yang tadi bermain dengan mereka langsung melaksanakan hukuman tanpa membantah, membuat para adik kelas menerima hukuman tanpa membantah sedikitpun.

Saat mereka semua melakukan hukuman Baskara meletakkan bola basket di depan mereka, dan mengambil ponsel pintarnya menyalakan kamera video dan melatakkannya di depan bola basket tersebut. Setelah memastikan bahwa posel pintarnya bisa merekam semua murid yang sedang melakukan hukuman, Baskara beranjak dari tengah lapangan bersama Samudra dan meninggalkan mereka yang sedang menjalankan hukuman.

Samudra yang menatap punggung tegap dan gagah milik Baskara dengan perasaan sedikit merasa takut dengan ketegasan sang Waketos, namun sialnya dia adalah teman sebangku yang sekarang menjadi teman dekatnya.

"Bar, lu nggak keterlaluan apa ngasih hukuman ke mereka?" ucap Samudra yang berjalan di sebelah pemuda itu. Namun bukannya menjawab Baskara malah memilih diam dan mempercepat langkah kakinya, yang membuat Samudra kesal dengan tingkah teman sebangkunya tersebut.

"Bang, Sam sini!" Teriak Arunika saat melihat sang kakak dan temannya mulai menginjakkan kaki di area kantin sekolah. Baskara dan Samudra berjalan menghampiri Arunika, belum sempat duduk Samudra di kagetkan seorang siswi yang menupuk punggungnya.

"Hai kak Sam, salam kenal aku Lia anak kelas 10 IPA-2," ucap gadis dengan tinggi 150cm yang tengah berdiri di hadapan Samudra.

"Ini ada bekal untuk kakak, mohon di terima kak!" Gadis itu menyerahkan kotak bekal berwarna hijau muda kepada Samudra.

"Makasih banyak ya dek, tapi mohon maaf ya gue nggak bisa terima." Samudra menyatukan kedua telapak tanganya di depan dada, sebagai tanda permintaan maafnya.

"Gue udah janji mau traktir Bara, mungkin lain kali saja ya dek." Samudra bergegas menarik tangan Baskara membawanya ke arah penjual soto yang ada di kantin. Baskara hanya tersenyum menatap Samudra yang menarik tangannya menjauh dari adik kelasnya, setelah selesai memesan makanan mereka kembali ke tempat Arunika dan Devanka duduk, dengan membawa mangkok berisi soto di tangan kanan dan minuman di tangan kiri mereka.

"Sam, kenapa tadi lu nolak bekal dari fans lu?" Tanya Arunika yang sedang duduk disebelah Devanka dan berhadapan dengan sang kakak.

"Gue nggak mau ngasih harapan sama dia." Samudra menatap sebentar ke arah Devanka yang sedang asik memainkan ponsel pintarnya, kemuadian menatap Arunika dengan senyuman.

Baskara yang melihat Samudra yang sempat menatap Devanka dengan tatapan teduh, merasakan sedikit kesal tetapi dia sangat pandai menyembunyikannya ekspresi kesal di wajahnya. Menyadari ada perubahan pada saudara kembarnya Arunika menautkan kedua alisnya, mungkin orang lain tidak akan menyadari perubahan Baskara tapi tidak dengannya. Sepandai-pandainya sang kakak menyembunyikan perasaannya terhadap orang lain bahkan kepada ayah mereka, namun dia tidak akan pernah bisa membohongi saudari kembarnya.

"Nik, kakak lu nyeremin banget cok!" Ucap Samudra di sela-sela makannya.

"Mulutnya." Suara berat Baskara membuat Samudra meringis sambil mengangkat tangannya membentuk huruf v.

"Kenapa Aska?" Arunika bertanya pada Samudra, dan kemudian menatap ke arah Baskara yang masih fokus dengan makanannya.

"Bara ngasih hukuman gak kira-kira," Samudra menjelaskan kejadian yang dia alami saat dalam perjalanan ke arah kantin kepada Arunika, Devanka yang tadi sibuk dengan ponsel pintarnya pun menyimak cerita dari Samudra, sesekali tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Lu baru liat si Aska, belum sang Ketua OSIS." Devanka sengaja menekankan kata ketua osis dengan melirik pada Arunika, yang sekarang tengah menatap tajam padanya.

Meski Arunika seorang gadis tapi fisiknya tidak kalah dengan seorang pria, di tambah selain dia ketua osis dia juga ketua tim voli di sekolahnya. Meski Arunika terkenal humoris tapi soal kedisiplinan tidak diragukan lagi, apalagi saat memberi hukuman kepada pelanggar peraturan bisa dua kali lipat lebih kejam di banding sang kakak.

"Emang apa yang bisa di lakuin si kunyuk?" Samudra seakan enggan percaya bagaimana bisa seorang gadis, bisa lebih menakutkan dari seorang laki-laki.




Bresyambyung ...


tolong dukung alan dengan berikan vote dan koment ya🙏
Karena vote dan koment kalian adalah semangat alan terima kasih🙏😘

My Onyet (BxB)Where stories live. Discover now