33

169 19 5
                                    

Kalau ada typo tolong tandai ya gess  🙏







~ Selamat membaca ~




Langit sudah berwarna jingga kemerahan, menandakan sang matahari telah kembali ke peraduannya. Di dalam rumah terdapat 1 lelaki dewasa, 2 pemuda SMA, 1 pemuda SMP yang masih lengkap dengan seragam masing-masing yang masih melekat di tubuh mereka.

Samudra tengah terduduk di depan sang adik dan menatap tajam kearahnya, sang adik yang tahu jika sang kakak menahan marah karena khawatir berusaha untuk tetap tenang dan menahan air matanya agar tidak terjatuh. Namun pertahanan sang adik tidaklah sekokoh itu tanpa sadar buliran bening membasahi pipi pemuda manis itu, menatap lekat manik tajam sang kakak yang seolah menunggu penjelasan tentang apa yang terjadi padanya.

"Ma-maaf mas!" Suara Athaya terdengar begitu parau dengan tangan yang terus bergetar, menahan takut kepada sang kakak.

"Jelasin!" Mendengar suara dingin dan datar dari sang kakak, membuat Athaya menelan ludah dengan susah payah.

Detik berikutnya Athaya mengambil nafas dalam-dalam dan mulai bercerita, bahwa saat tengah menunggu jemputan sang ayah dia tanpa sengaja melihat seorang balita yang sedang bersama dengan ibunya. Balita itu tengah menunjuk pada salah satu pedagang yang menjual balon, yang tepat berada di seberang jalan tempat Athaya berdiri.

Awalnya Athaya tidak begitu memperhatikan balita itu hingga dia melihat kembali ke arah penjual balon tersebut, dia yang tengah tersenyum melihat balon beraneka warna dan bentuk tanpa sadar mengingatkannya kembali pada sang kakak, yang rela mengambil tabungan yang sudah di kumpulkannya hanya demi menuruti keinginan adiknya.

Athaya terus tersenyum melihat kearah penjual balon tersebut, dia melihat balita perempuan berusia 4 tahun yang tengah melambaikan tangan. Entah dia melambaikan tangan kepada siapa? Athaya menoleh ke arah kanan dan kirinya namun tidak ada siapapun, hingga Athaya menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuknya seakan bertanya pada balita itu, apakah dia yang balita itu maksud. Dengan senyum lebar balita tersebut mengangguk dengan cepat dan terus melambaikan tangan ke arahnya, Athaya pun yang masih melihat ke arah balita itu dengan semangat mengangkat tangannya dan melambaikan tangannya dengan senyum manisnya.

Hingga tanpa sadar balita itu berlari kearah Athaya, yang bertepatan ada mobil pick up bermuatan pasir melintas. Dengan sigap Athaya berlari dan memeluk balita tersebut sebelum terhantam mobil itu, namun mobil pick up itu sudah berada dekat dengan mereka dan menghantam tubuh Athaya, yang membuatnya sedikit terlembar yang mengakibatkan gesekan pada tangan dan kakinya.

Semua orang yang melihat kejadian tersebut langsung berlari ke arah Athaya, untuk melihat kondisi pemuda tersebut dan berusaha membantunya. Di sela-sela rasa sakit pada tangan dan kakinya, Athaya masih berusaha terus memeluk balita perempuan yang dia selamatkan, melindungi kepala balita tersebut dari benturan.

"Ada yang sakit?" Ucap Athaya pada gadis kecil yang ada dalam pelukannya, gadis itu memegang erat seragam Athaya dan menggelangkan kepalanya seolah berusaha meyakinkan Athaya bahwa dirinya baik-baik saja. Hingga detik kemudian seorang ibu muda mangambil alih tubuh gadis mungil itu dari dekapan Athaya yang masih tergeletak di tanah, beberapa orang berusaha membantu Athaya berdiri, namun akibat benturan pada tulang panggulnya membuat Athaya kesulitan berdiri di tambah luka gesekan pada kaki dan tangannya yang mulai terasa perih.

Baskara yang melintas di area sekolah Athaya melihat banyak orang yang berkerumun, dengan rasa penasaran yang besar membuatnya berjalan kearah keruman tersebut. Dia bertanya pada seorang ibu-ibu paruh baya, yang tengah berusaha melihat situasi disana.

"Permisi!" Baskara menepuk bahu ibu paruh baya, yang berhijab coklat dengan gamis berwarna senada.

"Ada apa ya bu?" Sambung Baskara dengan berusaha melihat kedalam kerumunan.

"Ada kecelakaan dek, anak SMP nyelametin balita mau ketabrak mobil tadi," Ucap ibu paruh baya tersebut dengan logat madura yang ketal.

Baskara yang mendengar bahwa yang mengalami kecelakaan adalah seorang SMP, berusaha menerobos kerumunan untuk melihat pemuda itu. Entah kenapa bayangan pemuda manis adik dari teman sebangkunya itu tiba-tiba terlintas di benaknya, tanpa membutuhkan waktu lama Baskara sudah mampu menerobos kerumunan orang yang tengah mengelilingi korban kecelakaan tersebut.

Mata Baskara sontak membelalak dan jantungnya berdebar sangat kencang, saat melihat pemuda manis yang terduduk di pinggiran aspal dengan lengan dan siku kanannya mengeluarkan darah.

"Athaya!" Baskara dengan segera berjongkok di samping pemuda itu.

"Mas yud?" Athaya menatap wajah Baskara yang terlihat sangat khawatir akan kondisinya, dengan penuh pertanyaan bagimana bisa pemuda yang dia kenal sebagai teman kakaknya itu berada di hadapannya.

Alih-alih menjawab atau bertanya lebih lanjut tentang apa yang terjadi pada adik temannya itu, Baskara dengan wajah dingin dan datar namun tersirat kekhawatiran langsung menggendong Athaya, pemuda manis itu sontak mengalungkan tangannya pada leher jenjang Baskara.

"Minggir." Satu kata yang di teriakkan Baskara dengan suara beratnya, mampu membuat Athaya bergidik ngeri mendengarnya. Suara yang berat di tambah dengan sorot mata yang tajam seolah sedang menatap musuh, menambah kesan menakutkan di mata Athaya bahkan orang-orang yang tadi berkerumun langsung menyingkir dari sana.

Baskara menggendong Athaya menuju salah satu mobil angkutan umum yang terparkir dekat tempat kejadian, dan meminta sang sopir segera mengantarkan kedua pemuda berseragam SMA dan SMP itu ke puskesmas terdekat.

Sampai di puskesmas Baskara langsung berlari menuju IGD dengan Athaya di gendongannya, dengan segera para petugas medis melakukan pertolongan, pada pemuda kecil yang sekarang terbaring di brankar IGD.

Baskara terus menatap para petugas kesehatan yang sedang bekerja itu dengan tatapan tajam, bahkan dia tidak berniat mengalihkan pendangannya dari adik temannya itu. Setelah menyelesaikan pemeriksaan sang dokter menghampiri Baskara, dan mengajaknya berbicara mengenai kondisi yang di alami pemuda itu.

"Apa kamu kakaknya?" Tanya sang dokter.

"Iya dok." Jawaban Baskara terdengar sangat datar dan dingin, dengan sorot mata yang masih tajam menatap kearah sang dokter.

"Ada memar di bagian pinggul adek kamu, saya sarankan untuk melakukan pemeriksaan di rumah sakit. Karena peralatan di Puskesmas tidak memadai, saya akan tuliskan surat rujukan jika kamu bersedia?" Penjelasan panjang dari sang dokter langsung di iyakan oleh Baskara tanpa menunggu izin dari Athaya, yang ada dalam benaknya sekarang hanya pemuda manis itu harus segera mendapatkan perawatan.




Byersyambyunh ....




Bagaimana lebaran hari ke dua kalian?
Alan mohon maaf lahir dan batin pada kalian semua🙏

Jangam lupa vote dan komen, karena vote dan komen kalian semangat alan🙏🤍🤍


My Onyet (BxB)Where stories live. Discover now