7

703 68 18
                                    

"Hai! Kamu Dwi kan?" Ucap pemuda dengan gaya rambut undercut.

"I-iya ada apa ya?" Jawab Dwi dengan nada gugup karena takut, pasalnya mereka berdua lebih tinggi dari Dwi yang tinggi tubuhnya hanya 165cm.

Dwi berpikir apakah mereka kakak kelas? Apakah di hari ke dua masuk sekolah dia sudah akan dirundung? Dia trus berperang dengan pikirannya, membuat kedua pemuda yang ada di depannya sekarang menautkan ke dua alis mereka, dan saling bertukar pandang seolah bertanya ada apa dengan pemuda yang ada di depan mereka.

"Kenalin aku Deni Wicaksono." Ucap pemuda dengan gaya rambut undercut itu.

"Aku Aryo Dimitri." Ucap pemuda dengan tinggi 175cm itu.

Dwi hanya menganggukkan kepalanya pelan, masih dengan rasa takut dan penasaran kenapa mereka menghampirinya.

"Kita satu kelompok loh! Masa kamu nggak tau?" Suara lembut pemuda tampan dengan gaya rambut tapper itu.

"Ehm m-maaf aku tidak tahu, nanti rencananya aku ingin bertanya pada Devi." Ujar Dwi masih dengan nada ketakutan, karena setahu Dwi memang mereka 1 kelompok dan kebetulan di kelompok Dwi beranggotakan 5 orang, 4 siswa dan 1 siswi yaitu Devi. Padahal mereka satu kelas tapi Dwi hanya mengenal Devi, itupun karena Devi yang mengajaknya berkenalan lebih dulu.

"Nggak usah takut gitu kita satu kelas, jadi jangan bikin kita seolah-olah adalah preman yang mau malak kamu!" Ucap Aryo dengan nada kesel dan memanyunkan bibir mungilnya.

"Udah sekarang kita ke kelas." Deni merangkul bahu Dwi dan Aryo, mereka berjalan bersama menuju kelas.

Sampai di kelas mereka melihat Devi, dia tengah berbincang dengan seorang pemuda, yang tingginya sama dengan Dwi, rambut pemuda itu di potong mangkok, berwajah sangat imut untuk ukuran seorang anak laki-laki di tambah bibir tipis berwaran pink, dan nama tag di sebelah kanan bajunya bertuliskan Yoga Wiraguna.

"Hai, Pagi semua!" Sapa Devi dengan senyum mengembang di wajah cantiknya. Mereka saling menyapa dan mengobrol perihal tugas yang di berikan anggota Osis pada mereka, sebelum mereka semua berkumpul dan berbaris di tengah lapangan dengan atribut yang sudah di tentukan.

Kegiatan demi kegiatan dilakukan, mulai dari pengecekan barang yang harus dibawa peserta MPL, kelengkapan atribut, dan PBB. Hari sudah semakin siang dengan langkah gontai dan wajah lelah, semua murid mulai meninggalkan area sekolah, begitu pula dengan ke lima remaja yang kini sudah mulai akrap satu sama lain.

"Kita mampir makan bakso dulu yuk!" Ajak Devi kepada ke empat temannya.

"Boleh tuh, aku juga lagi pengen bakso pedes." Ucap Dwi

"Jangan terlalu pedes! nanti sakit perut besok kamu bolos." Aryo memperingati Dwi, yang di peringati sontak melotot dan memajukan bibirnya, yang membuat Aryo terkekeh gemas.

Mereka berjalan bersama menuju ke tempat parkir, ke lima remaja itu menaiki motor mereka masing-masing, dan mulai meninggalkan area sekolah yang sudah mulai sepi.

Sampai di warung bakso yang lumayan terkenal di daerah itu, mereka langsung memesan bakso beserta minumannya karena hari sudah sangat siang, di tambah mereka lelah setelah melewati serangkaian kegiatan MPLS. Mereka menikmati makanan dengan sesekali mereka bercanda, dan mengomentari sikap para senior mereka, yang diiringi dengan gelak tawa.

Selesai dengan acara makan dan mengobrolnya, merekapun mememutuskan untuk pulang karena hari sudah sore dan waktu menunjukkan pukul 15.30. Dwi mengendarai motornya dengan kecepatan sedang 80km/h, dia menikmati perjalanan pulang dengan perasaan senang, karena dia tidak menyangka akan memiliki teman yang baik dan menyenangkan seperti mereka di hari ke dua bersekolah.

Fikiran Dwi masih terpaku pada moment kebersamaan dengan teman-temannya, sesekali dia menyanyikan lagu kepompong milik sindentosca. Hingga saat melewati tikungan Dwi kurang memperhatikan jalan, dia tidak menyadari ada mobil angkot di depannya yang tengah berhenti untuk menaikan penumpang.

Karena kaget Dwi sontak membanting setir motornya ke arah kanan, dia mencoba menginjak rem belakang dan menarik rem depannya, tetapi itu sudah sangat terlambat.

Brakk

Suara benturan antara motor Dwi dan mobil angkot pun tak terhindarkan, dengan kaki kiri Dwi menghantam juga terjepit di antara motor dan bagian belakang mobil angkot tersebut. Orang-orang mulai mengerubunginya, membantu Dwi berdiri namun kaki kirinya terasa sakit dan kebas, dia berusaha menggerakkan kaki kirinya dengan susah payah, dan juga mencoba menahan tangis tapi dia tidak sanggup karena semakin lama kakinya semakin sakit, Namun tanpa dirinya sadari liquit bening mengalir dari sudut matanya.

Beberapa orang sudah meminta bantuan mobil yang lewat, untuk membawa Dwi ke rumah sakit. Di saat dia tengah menahan sakit yang luar biasa pada kakinya, tiba-tiba dia merasakan tubuhnya melayang, sebuah tangan kekar tengah mengangkat tubuhnya ala bridal style, menuju mobil yang akan membawa Dwi ke rumah sakit.

Saat tiba di rumah sakit lelaki dengan gaya rambut sedikit gondrong ala vokalis peterpan, wajah tampan, rahang yang tegas, alis tebal, warna kulit sawo matang sedikit gelap, di tambah tinggi badannya mencapai 180cm, membuatnya terlihat sangat gagah, dia membawa Dwi kedalam UGD memanggil perawat dan meletakkan Dwi di atas brankar yang ada di ruang UGD.

"Mas, boleh tolong hubungi ibu Dwi!" Mata Dwi terlihat sembab dan hidung merah karena menangis menahan sakit, dia mengeluarkan poselnya dari saku, untung saja poselnya tidak rusak atau hilang saat dia terjatuh tadi. Lelaki yang kira-kira seumuran dengan Dhamar kakak Dwi itupun mengangguk, lalu mengambil ponsel Dwi dan berjalan keluar ruang UGD.

Perawat langsung membarsihkan luka di tangan dan kaki Dwi, salah satu perawat membersihkan luka di bagian lengan kanan Dwi, dan seorang dokter memeriksa kaki Dwi yang sedikit robek dan patah pada bagian betis.
Terlihat Dwi menahan rasa sakit, dan terus mengeluarkan liquit bening di sudut matanya, hingga dokter menyuntikan sesuatu pada kakinya dan membuat Dwi tidak lagi merasakan sakit, sebelum melakukan pemindaian sinar X rai dan membalut kaki Dwi dengan gips, dan membalut tangan Dwi dengan kain kasa.

My Onyet (BxB)Where stories live. Discover now