30.

319 21 4
                                    

Hallo semuanya apakabar?
Kalian rindu alan nggak?
Alan gak sabar mau nunggu habis lebaran😭😭😭🙏
Jadi alan up sekarang😘😘

Selamat membaca





Pagi kembali menyapa kamar bernuansa abu-abu lewat sela-sela jendela yang tertutup tirai putih, dibalik selimut berwarna cokelat seorang pemuda enggan untuk bangun. Hingga suara ponsel berbunyi nyaring menyapa telinganya dan memaksa dia untuk mevmbuka mata. Dia menatap layar ponsel pintarnya melihat siapa yang menelfonnya sepagi ini, terdapat nama Bara🦁❄️ disana dia segera menggeser tombol hijau dan mengangkat telfon teman sebangkunya tersebut.

"Kenapa Bar?" Tanya Samudra dengan nada deepvoice khas bangun tidur.

"Evan masih gak bawa motor." Suara Bara mengalun merdu menyapa gendang telinga Samudra.

"Eehm, terus?" Samudra masih enggan mumbuka matanya.

"Oke, kalau gitu biar Nik aja yang jemput Evan." Panggilan di akhir sepihak oleh Baskara.

Setelah Baskara mematikan telfonnya Samudra baru sadar, dan mengingat yang di katakan temannya dia sedang membantu dirinya supaya lebih dekat dengan Devanka. Samudra bergegas lari ke arah kamar mandi, sebelum beranjak ke arah kamar mandi dia terlebih dahulu mengirim pesan pada temanya.

Setelah rapi dengan seragam lengkap melekat indah di tubuhnya dia beranjak ke meja makan, disana sudah ada sang ayah tengah menyiapkan sarapan untuk kedua buah hatinya.

"Pagi yah, pagi dek!" Sapa Samudra.

"Pagi mas." Jawab ayah dan adiknya.

"Yah, hari ini adik ayah yang anter ya?"

"Kenapa emangnya mas? Biasanya juga kamu yang nganter adek dulu baru nanti kamu berangkat." Sang ayah menatap heran pada putra sulungnya itu.

"Mas mau jemput teman yah, kasian di~" belum selasai Samudra berbicara, sudah lebih dulu di potong oleh sang adik.

"Terus adek nggak kasihan gitu?" Athaya melirik pada sang kakak dengan tatapan marah. Bisa-bisanya sang kakak kasihan pada temannya sedangkan tidak dengan dirinya, sungguh Athaya ingin sekali menendang sang kakak saat ini juga.

"Bukan gitu dek! Cuma sekali aja loh," ucap Samudra memohon pada sang adik, namun sang adik masih bergeming di tempatnya tanpa peduli pada sang kakak.

"Oke mas kasih tambahan uang jajan 10 ribu!" Sambung Samudra.

"30 ribu."

"20 ribu."

"40ribu."

"Ya udah oke, 30 ribu!"

"50 ribu."

"Ayaaah ..." Samudra merengek menatap sang ayah. Sang ayah hanya mengangkat kedua bahunya, karena dia tahu anak bungsunya sangat keras kepala apa lagi berhubungan dengan sang kakak. Dulu Samudra pernah tidak menuruti kemauan sang adik, dan membuat sang adik mengurung diri di dalam kamar tidak mau makan, sampai akhirnya dia di larikan ke rumah sakit karena asam lambung yang dia derita kambuh.

"Oke 50 ribu nih!" Samudra menghembuskan nafas kesal, setelah memberikan selembar uang berwarna biru pada sang adik.

"Maksih mas, mas kalau besok juga masih jemput temennya gakpapa kok! Biar nanti adek di anter ayah atau minta jemput temen adik." Athaya tersenyum ceria setelah menerima selembar uang biru dari sang kakak.

Setelah acara drama di meja makan kini Samudra berjalan ke arah motornya, langkahnya terhenti sejenak karena suara ponsel pintarnya yang bergetar dalam saku celananya. Dia membuka ponsel pintarnya yang terdapat pesan dari sang teman, yang memberikan alamat lengkap Devanka padanya.

Samudra melajukan motornya membelah jalan raya, menikmati indahnya pagi dengan berkendara sambil menyanyi. Sepertinya suasana hati pemuda itu sungguh sangat baik, hingga senyum ceria tak luntur dari wajahnya. Perjalan dari rumahnya menuju rumah sang pujaan hati tidaklah lama, hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk sampai lebih dekat 5 menit dari arah rumah si kembar Yudhistira.

Samudra menepikan sejenak motornya, mangambil ponsel pintar di sakunya guna memastikan alamat rumah Devanka. Setelah memastikan alamatny Samudra kembali melajukan motornya dengan pelan, mencari rumah bercat biru telur asin yang terdapat pohon jambu biji di halaman rumahnya. Beberapa saat dia menyusuri jalan hingga pandangan Samudra tertuju pada sesosok pemuda yang lebih tinggi darinya, yang tengah menunggu seseorang di pinggir jalan dengan seragam lengkap di lapisi cardigan berwarna hitam, dan tas punggung pollo berwarna senada dengan cardigannya.

"Permisi dengan tuan Devan?" Pertanyaan Samudra yang seperti seorang ojol membuat Devanka kaget dan tersenyum geli milhatnya, senyuman Devanka sungguh manis dan menggemaskan di mata Samudra. Padahal senyum pemuda di hadapannya lebih tepat di katakan menawan dari pada manis, apakah Samudra baik-baik? Ah iya Samudra mabuk, di mabuk asmara pada seorang Devanka.

"Kenapa sih lu?" Ucap Devanka dengan menahan tawanya.

"Saya sedang bertanya ini tuan?" Goda Samudra dengan nada yang di buat-buat seolah-olah sedang berbicara pada majikannya.

"Udah deh udah, jangan becanda ayok berangkat!"

"Siap tuan muda." Samudra memberikan helm berwarna putih pada Devanka yang akan naik ke jok belakang motornya.

Mereka meninggalkan area rumah Devanka, Samudra kembali melajukan motor matic hitam kesayangannya, membelah jalan raya yang sudah mulai di padati pengendara motor lain dengan Devanka yang ada di boncengannya.

"Kenapa lu yang jemput gua? Kan gua minta si Nika yang jemput!" Devankan sedikit memajukan tubuhnya dengan tangannya bertumpu pada lututnya, khas para anak muda saat sedang berkendara sambil mengobrol dengan temannya.

"Tadi Bara nelfon gua katanya lu gak bawa motor, trus si Bara nyuruh gua buat jemput lu. Dia gak mau Nika bawa motor sendiri katanya!" Jelas Samudra yang diangguki sang teman, memang Baskara terkenal posesif pada sang adik meski sang adik berperawakan seperti seorang pemuda. Tapi tetep saja bagi Baskara sang adik, tetaplah adik perempuan kecilnya yang harus dia lindungi.

"Eh tunggu, lu manggil Aska gimana?" Tanya Devanka yang terkejut dan heran, pasalnya si waketos itu tidak akan pernah mau di panggil dengan nama lain selain Baskara atau Aska. Devanka sungguh terkejut dengan panggilan yang di berikan Samudra, ini nyata atau hanya dia yang salah mendengar.

"Bara kenapa?" Samudra menatap Devanka dari kaca sepion yang menunjukkan wajah heran, dahi Samudra berkerut melihat tingkah pemuda yang dia bonceng. Dia merasa heran kenapa wajah Devanka seperti itu bukankah Baskara sendiri yang bilang, kalau dia dan sang adik bisa memanggilnya senyaman mereka.


Byersyambyung ...


Pay pay sampai jumpa lagi👋👋
Jangan lupa vote dan koment ya🙏
Karena vote dan koment kalian ada
penyemangat alan😘😘😘

My Onyet (BxB)Where stories live. Discover now