23

366 34 19
                                    

Setelah memberikan kabar pada sang kakak, Pras kembali ke ruang tengah dan duduk di samping Dwi yang sedang duduk di depan TV. Mereka terdiam entah mengapa ada rasa canggung yang Dwi rasakan, jantungnya berdetak lebih cepat dan tidak beraturan, saat duduk disamping Pras dia terus memainkan jari-jari tangannya, untuk mengalihkan kegelisahan yang dia rasakan.

Pras melirik ke arah Dwi yang sedari tadi seperti sedang tidak nyaman, jantung Pras seakan perpacu saat melihat bibir mungil Dwi, di tambah dia hanya mengenakan celana pendek di atas lutut berwarna cream dengan kaos putih tipis. Yang membuat lekukan indah tubuhnya tercetak jelas, Pras dengan cepat mengalihkan pandangannya pada TV, yang sedang menayangkan FTV paling populer pada era 2000-an.

( ada yang tau ftv paling populer tahun 2000an, paling di gandrungi pada masa itu? ala² india tapi versi indo🤭 )

Cukup lama meraka terdiam tanpa satupun kata yang terlontar dari bibir kedua pemuda itu, hingga Dwi akhirnya memberanikan diri untuk membukan suaranya.

"M-mas!" Ucap Dwi entah kenapa dia begitu gugup. Pras yang mendengar pemuda manis itu memanggil dirinya dengan panggilan mas, membuat dadanya semakin berdebar dan wajahnya sudah memerah.

"Menurut mas salah atau tidak, jika kita menyukai seseorang?" Lanjut Dwi, Pras masih terdiam sesaat memikirkan pertanyaan yang di lontarkan pemuda yang sekarang tengah menatap dirinya. Entah kenapa ada sedikit rasa kecewa saat pemuda manis di hadapannya mengatakan, dia tengah menyukai seseorang.

"Menyukai seseorang tidaklah salah, setiap orang berhak menyukai, menyayangi, bahkan mencintai seseorang." Jawab Pras setelah dia sempat terdiam beberapa saat, setelah mendengar pertanyaan Dwi.

"Apa kamu menyukai seseorang?" Sambung Pras , yang di jawab anggukan kepala oleh pemuda manis di hadapannya. Entahlah Pras merasa hatinya sedikit tercubit saat mendengar kepastian, bahwa pemuda manis itu tengah menyukai seseorang. Pras berusaha menutupi apa yang dia rasakan, dengan cepat ia tersenyum menatap Dwi.

"Kalau kamu menyukainya, katakan saja jangan di pendam!" Ucap Pras dengan senyum yang manis menutupi perasaan kecewa di hatinya.

"Tapi kalau dia tidak menyukaiku bagaimana?" Kata Dwi sambil menunduk.

"Katakan saja dulu, untuk masalah dia menyukaimu atau tidak itu bukan masalah besar, yang terpenting kamu sudah mengatakan perasaanmu padanya." Pras memberi semangat pada Dwi, agar pemuda itu tidak terlihat sedih.

"Tapi bagaimana jika yang aku sukai sama sepertiku?" Dwi masih menundukkan kepalanya sambil memainkan jari-jari tangannya, terlihat jelas disana dia tengah gelisah dan sedikit takut.

Pras terdiam dia tidak tahu harus menjawab apa? Apakah dia harus jujur pada pemuda itu tentang perasaan aneh yang dia rasakan? Tapi bagimana jika itu akan membuatnya semakin sedih? Petanyaan-pertanyaan itu terus berputar di kepala Pras.

"Tidak peduli dia seorang lelaki atau perempuan, selama kamu menyukainya dan bahagia kenapa tidak? Kamu berhak bahagia dengan pilihanmu!" Ucap Pras, kemudian dia memegang dagu Dwi agar menatap matanya, dia tersentak melihat mata pemuda di hadapannya mulai berembun dengan hidung yang sedikit merah.

Seakan dia tengah menahan tangisnya agar tidak pecah, sesaat kemudian Dwi menubruk tubuh Pras memeluknya dengan erat sambil terisak di dada bidang Pras. Pemuda jangkung itu masih diam terpaku melihat Dwi tanpa membalas pelukannya, dia masih kebingungan dengan apa yang terjadi, otaknya seakan berhenti bekerja dan jantungnya semakin berdetak kencang saat pemuda manis itu memeluknya dengan erat.

"Maaf, mas maaf!" Dwi masih terus terisak dalam pelukan pemuda jangkung itu.

"Kenapa kamu harus minta maaf dek?" Pras akhirmya membalas pelukan Dwi, mengusap kepala belakangnya, agar pemuda manis itu bisa tenang, sungguh hati Pras sedikit sakit saat melihat pemuda manis yang ada di hadapannya itu, menangis tersedu-sedu dalam dekapannya.

"Ma-maaf a-ku me-menyu-nyukai ma-mas." Ucap Dwi dengan terbata-bata karena menangis.

Pras semakin dibuat terkejut dengan pengakuan Dwi, pemuda manis itu ternyata menyukainya. Pras lagi-lagi terdiam dia tidak tahu harus bersikap seperti apa, ada rasa bahagia di hatinya tapi juga ada rasa ragu yang menyelimutinya. Tentang bagaimana pendapat orang tuanya, orang tua Dwi, dan pandangan orang lain terhadapnya. Terutama Dhamar, pemuda itu sempat menitipkan adik kesayangannya itu padanya, agar dia bisa tenang saat meninggalkan adik kecilnya yang manja itu.

Pikiran Pras terus melayang entah kemana, tapi pelukannya pada Dwi masih enggan untuk dia lepas. Dia masih terus berperang dengan hati dan pikirannya, Dwi masih terus terisak dalam dada bidang pemuda jangkung itu.

Hingga akhirnya Pras melonggarkan dekapannya, sedikit menjauhkan tubuh Dwi darinya, tapi pemuda manis itu masih saja menunduk tanpa berani menatap kedua manik indah milik Pras.

Pras memegang dagu Dwi agar dia mengangkat kepalanya, saat Dwi menatap wajah tampan pemuda di hadapannya. Tanpa aba-aba di mencium kening Dwi dengan lembut, dan penuh kasih sayang.

"Maaf ya, harusnya mas yang bilang lebih dulu, bukan kamu," ucap Pras setelah mencium kening Dwi. Pemuda manis itu sedikit terkejut mendengar ucapan Pras, apa ini nyata? Kalau ini mimpi sungguh Dwi tidak ingin bangun dari mimpi ini. Dia sungguh-sungguh menyukai pemuda jangkung teman dari sang kakak, dia tidak peduli dengan padangan orang. Selama dia bisa terus berasa di sisi pemuda yang telah mencuri hatinya, dan membuatnya seakan gila saat jauh darinya.

"Mas tidak marah?" Tanya Dwi dengan mata yang sembab dan hidung merah karena menangis.

"Kenapa mas harus marah?" Pras balik bertanya pada Dwi, dengan mengangkat sebelah alisnya.

"Kan Dwi menyukai mas Pras!" Ucapnya dengan kembali menundukkan kepalanya.

"Mas di depanmu dek bukan di bawah, kenapa kamu terus menunduk?" Pras kembali memegang dagu Dwi agar dia kembali menatap dirinya.

"Awalnya mas juga tidak tahu, kenapa setiap ada di dekatmu mas selalu merasakan perasaan aneh! Jantung mas berdetak lebih kencang dan tidak beraturan, dan saat kamu bilang menyukai seseorang, hatiku sedikit kecewa." Lanjut Pras dengan tatapan sendu saat menatap pemuda manis di hadapannya.

"Mas apakah mas juga menyukaiku?" Tanya Dwi memastikan bahwa perasaannya, tidak bertepuk sebelah tangan.

Pras tersenyum dan menganggukkan kepalanya, kemudian dia kembali mencium kening, kedua mata dan pipi pemuda manis di hadapannya, hingga akhirnya bibir Pras mendarat epic di bibir Dwi dia menciumnya singkat.

"Maukah kamu menjadi kekasihku dek?" Pertanyaan Pras membuatnya tersipu malu, wajahnya sudah memerah hingga ke telinga.

Dwi mengangguk dengan senyum ceria tergambar di wajahnya, Pras meraih tengkuk Dwi dan kembali mencium bibir mungil pemuda itu, Melumat lembut bibir mungil Dwi yang terasa kenyal dan manis menurutnya.

Byersyambyung...

Apakah chap ini terlalu panjang?
Maaf ya kalau masih acak²an penulisannya🙏
Tolong berikan alan dukungan, dengan vote dan komen🙏😘😘
Terima kasih.

My Onyet (BxB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang