41

135 17 8
                                    

Yuhu  kan ada lagi emang lagi mood banget aku itu😄😄

Pas nulis chap ini aku lagi dengerin lagu lama dari Radja band yang judulnya tulus tapi versi cover ada yang tau??

tolong jangan lupa vote dan komentnya okey 😘😘

Seperti biasa kalau ada typo tandain ya!








~ selamat membaca ~







Pagi yang dingin sedikit berkabut karena sisa hujan semalam membuat pagi ini terasa sangat dingin, seorang pemuda berseragam putih abu-abu mengeratkan pelukannya pada pemuda gagah yang memboncengnya, dengan menggunakan motor megapro pemuda gagah itu membela kabut tipis di jalanan. Mengantarkan sang pujaan hati pergi sekolah, setelah menempuh perjalanan selama 15 menit akhirnya mereka sampai di sekolah Dwi, Pras membuka helm kekasihnya dan merapikan rambutnya sekilas.

Pras menatap hidung Dwi yang merah dan bibir yang kering karena dingin, ingin sekali dia mencium sang kekasih jika saja mereka sedang tidak di tempat umum.

"Mas aku masuk dulu ya!" Dwi berpamitan pada sang pujaan hati, tidak lupa dia juga mencium punggung tangan Pras.

"Udah cocok jadi istri yank," goda Pras yang langsung di hadiahi pukulan pada lenganya.

"Mas lupa aku laki-laki? Harusnya suami dong!" Tawa mereka terdengar sangat bahagia, hingga akhirnya Dwi berjalan masuk ke dalam sekolah karena jam tangannya sudah menunjukkan pukul 7.40, yang artinya 20 menit lagi bel masuk akan segera berbunyi.

Setelah memastikan sang kekasih sudah masuk ke dalam sekolah, Pras kembali memakai helmnya dan melajukan motornya meninggalkan area sekolah, menuju bengkel tempat dia bekerja yang tidak jauh dari sekolah Dwi.

Pemuda manis itu tengah melangkahkan kakinya menuju kelasnya, dia melihat seorang gadis yang sangat dia kenal tengah merapikan buku-buku yang terjatuh di lantai. Dwi menghampiri gadis itu dan membantunya.

"Kenapa bisa berantakan gini sih Dep?" Tanya Dwi pada gadis yang ternyata adalah teman sekelasnya.

"Ini buku seharusnya Aryo yang bawa bukan aku!" Devi terlihat sangat kesal dengan temannya yang bernama Aryo itu.

"Lah trus dia kemana sekarang?"

"Nggak tau tadi aku di suruh beresin buku-buku ini sama kak Arman, sebelum narik si kunyuk itu." Dwi hanya tersenyum mendengar temannya itu mengomel seperti emak-emak. Mereka berdua berjalan kearah perpustakaan untuk menaruh buku-buku itu, Dwi menemani Devi karena pemuda itu tidak tega melihat gadis itu membawa buku sebanyak itu sendirian.

"Lah kamu kok udah masuk Wi? Kata Aryo kemarin kamu sakit?"

"Ehm itu, iya aku demam karena kehujanan," bohong Dwi dia tidak mungkinkan mengatakan yang sejujurnya pada teman-temannya alasan dia tidak masuk sekolah.

"Ini juga kenapa jalan kamu aneh?" Devi menatap tajam ke arah Dwi yang membuat pemuda itu gugup mencari alasan untuk menjawab pertanyaan itu. Belum sempat Dwi menjawab seorang pemuda memukul pantat Dwi, yang sontak membuatnya berteriak.

"Jancok matamu picek!" Suara Dwi membuat kedua temannya merasa heran, kenapa dia seperti itu? Karena Dwi memang suka berkata kasar tapi dia bukan tipe orang yang berkata kasar tanpa alasan.

"Heh, kita lagi di sekolah ya! Nggak lucu kalau aku harus di hukum pagi-pagi, cuma gara-gara kamu ya Wi," Devi sudah jengkel dengan teman-temannya yang membuat pagi harinya seketika berubah menjadi suram.

"Kamu ih kenapa sih Wi? Aku loh mukulnya nggak keras!" Tanya Deni dengan wajah yang keheranan, pasalnya ini bukan pertama kalinya dia memukul Dwi seperti itu dan biasanya pemuda pendek itu tidak sampai berkata kasar.

"Aku kemarin habis jatuh di kamar mandi, jadi masih sakit ini pantatku," ucap Dwi sambil berdoa semoga kedua temanya percaya dengan apa yang di katakan olehnya.

Setelah perdebatan kecil itu mereka memutuskan segera mengantarkan buku-buku itu ke perpustakaan, karena sebentar lagi masuk dan mereka harus bergegas pergi ke kelas sebelum guru datang. Selesai dari perpustakaan mereka bertiga masuk kedalam kelas, namun Dwi tidak melihat Aryo di sana hanya ada Yoga yang sedang meletakkan kepalanya pada lipatan tangannya.

"Yog, Aryo mana?" Devi menepuk pelan bahu Yoga dan membuat pemuda manis itu mengangkat kepalanya menatap ketiga temannya. Dan dia hanya mengangkat bahunya sebagai jawaban bahwa dia tidak tau dimana keberadaan salah satu temannya itu, mereka saling melempar pandangan karena merasa heran kemana perginya Aryo.

Bel istirahat berbunyi namun Aryo juga tak kunjung datang ke dalam kelas, membuat ke empat temannya merasa aneh kemana pemuda itu pergi. Hingga saat mereka berempat memutuskan untuk pergi ke kanti, mata mereka melihat Aryo berjalan dengan aneh menuju mereka dan duduk di bangkunya disertai desissan menahan sakit saat duduk. Dwi yang melihat tingkah Aryo sama sepertinya kemarin langsung menutup mulutnya, membuat Devi yang memperhatikannya dari tadi mersa curiga pada Dwi dan Aryo.

"Yo, kemana aja?" Deni akhirnya mengangkat suaranya saat ketiga temannya masih sibuk memperhatikan Aryo.

"Tadi aku dari ruang OSIS bantu si Arman buat ngerjain tugas," ucap Aryo kemudian dia menidurkan kepalanya di atas meja dengan tasnya sebagai bantal.

"Tugas apa Yo?" Yoga pun di buat penasaran oleh Aryo.

"Kan Arman sebentar lagi selesai masa jabatannya, jadi aku bantuin dia buat merapikan ruangannya. Kalian mau ke kantinkan aku titip susu vanila sam roti ya!" Ke empat temannya yang mendengarkan perkataan Aryo pun hanya mengangguk dan membiarkannya kembali tidur di mejanya.

"Menurut kalian Aryo aneh nggak sih?" Tiba-tiba saja Devi bersuara saat dalam perjalanan menuju kantin, yang membuat Deni dan Yoga seketika menatap penuh tanda tanya ke arah Devi.

"Kamu bener Dep, masa iya cuma bantu bersihin ruangan OSIS ampe jalannya kayak gitu!" Pernyataan Deni di angguki oleh yoga, sementara Dwi yang melihat ketiga temannya sedang berdebat hanya terdiam karena dia faham betul apa yang sedang terjadi pada Aryo.




Byersyambyung ....

Jangan lupa vote dan koment biar alan semangat nulisnya🙏😊😊

Rencana awal cuma 40 chap tamat dan udah sama bonus chapnya ternyata .....🥲🥲


Lanjut nggak nih??
Ayo gess alan butuh dukungan kalian dengan vote dan koment😉😉



My Onyet (BxB)Where stories live. Discover now