28. Dilema

597 73 0
                                    

 
"Kami sudah memanen sawi kemarin tapi hasilnya tidak terlalu bagus, yah maklum itu hanya bibit sisa"ucap Johan.

Aku hanya tersenyum.

"Se jelek jelek bibitnya hasilnya akan bagus jika kau merawatnya dengan baik"ucapku

"Apa maksud anda tuan?"tanya Johan.

"Tanahnya terlalu basa, sawi adalah tanaman yang tidak boleh di beri terlalu banyak air. Jadi jika kau berlebihan memberinya air, akarnya akan membusuk dan akan membuat kalian gagal panen"ucapku menyentuh daun sawi yang terkulai.

"Lebih baik kau menanam sawi di tempat lembab, tapi buka tempat basah. Sawi itu mudah tumbuh tapi juga mudah layu. Jadi kau harus berhati hati hati"ucapku 

"Begitukah,jadi salah kami. Aku mengerti aku akan memperhatikannya mulai sekarang "ucap Johan tersenyum.

"Aku mendengar suara kak Johan"

"Eh benarka"

Perlahan terlihat 2 anak yang keluar dari rumah.

"Tuaaan "ucap kedua anak itu mulai berlari dan memeluk azkhar.

"Lean vino jangan lakukan itu, itu tidak sopan"ucpa Johan.

"Tidak masalah"ucapku memeluk kedua anak itu.

Growwl

Suara perut kedua anak itu membuatku terkejut 

"Kak, aku lapar"ucap vino.

"Iya kak Daniel belum pulang, jadi tidak ada makanan di rumah"ucap lean.

Aku melihat jam tanganku terlihat jam 4 sore.

"Bagaimana kalau kita masak bersama"ucapku menawarkan.

"Astaga tuan, anda tidak perlu rep—Growl" suara pria Johan ikut menyahut.

"Pfft"ucapku perlahan tertawa.

"Kau juga lapar kan"ucapku tersenyum 

"Ayo kita masak"ucapku menggandeng kedua anak itu.

Kami masuk kedalam rumah, di dalam rumah tidak banyak perabotan. Hanya ada beberapa sertifikat penghargaan yang di tempel di dinding kayu itu.

Aku menggulung lengan kemeja ku.

Dan membuka kulkas kecil itu dan hanya ada telur dan beberapa jagung kering.

Aku juga membungkuk melihat sebuah ember beras, hanya ada sekitar segenggam beras di sana.
Kompor yang di gunakan juga masih kompor yang terbuat dari tanah liat yang di nyalakan dengan kayu bakar.

Aku memasukkan tanganku kedalam sistem penyimpanan untuk mengambil sesuatu
"Tuan, apa ada yang bisa ku bantu?"tanya Johan yang melihatku dari ambang pintu.
Dia sedikit malu malu.
"Bisakah kau membantuku mengupas jagungnya?"ucapku tersenyum.
"Emh aku akan melakukannya"ucap Johan tersenyum.

"Aku juga ingin membantu"ucap kedua anak kecil itu muncul
"Baiklah, tapi hati hati"ucapku tersenyum.
Setelah jagung kering itu di kupas dan di pisahkan dari Bondolnya, perlahan aku menumbuk jagung itu kedalam lesung (tumbukan tradisional terbuat dari kayu) Hinga mulai beruba jadi bubuk.

"Apinya sudah menyala"ucap Johan tersenyum sembari mengangkat sebuah bambu yang di gunakan untuk meniup api agar menjadi besar.
Wajahnya terlihat cukup hitam karma arang.
"Kemari lah"ucapku tersenyum lalu perlahan mengelap wajahnya  dengan tanganku perlahan.
Tapi arang itu malah semakin menyebar di wajahnya.
"Pfft hhaha kakak Johan sekarang jadi hitam"ucap lean keras.
"Hahaha kakak beruba menjadi jin lampu"ucap vino ikut tertawa.

Tawa riangpun muncul di antara kami berempat.
Sekitar berapa puluh menit kemudian.
Nasi jagung dengan telor orak arik yang berbumbu lada itu siap.

menyelesaikan misi malah dapat suami (BL)Where stories live. Discover now