11. berburu

1K 121 0
                                    

Seorang pria berambut perak yang memiliki mata emas yang indah sedang memakai pakaian perpaduan biru dan putih.
Serta seorang anak kecil berambut hitam bergelombang yang memakai pakaian serba hitam dengan dasi kupu kupu merah melekat dilehernya.
Pria berambut perak itu berjalan sembari menggendong tuan yang ada didalam dekapannya. Dan anak itu dengan santai duduk sembari memegang rantai yang terkait di leher pria itu.

Semua mata pelayan terpaku kepada 2 sosok yang berjalan di koridor itu.
"Bukanka ini terlalu menarik perhatian!"gumamku
"Tentu saja tuan, anda memiliki wajah lucu dengan mata besar yang memiliki warna pekat. Dan lagi pria yang melayani anda adalah orang itu, seorang putra mahkota Kerajaan ini."ucap Mimi yang duduk di bahu kiriku.
"Emh kau benar juga, pesona protagonis adalah daya tarik!"ucapku menyentuh daguku.
Setelah menaiki tangga, dan sampai kelantai 3.
Didepan sebuah ruangan besar dengan pola abstrak yang terbuat dari ukiran kayu.

"Ketuk!"ucapku pada kakak boneka.
Tuk tuk suara ketukan terdengar.
"Siapa itu? Tuan sedang sibuk sekarang!"ucap seorang pria berambut putih yang memakai kacamata di sebela matanya.
"Dimana ayah?"tanyaku tersenyum dengan mata menutup.
"Astaga, rupanya tuan muda Azkhar. Apa yang anda butuhkan?"tanya pria itu dengan wajah acuh tak acuh.

"Kenapa pria ini bersikap begitu!"gumamku kesal
"Ah pria ini adalah Arnold, sekertaris sekaligus kepala pelayan rumah ini. Di cerita asli dia adalah orang yang membenci Azkhar, dia berpendapat Azkhar tidak cocok menjadi anak dari tuan rumah!"ucap Mimi melihat layar.
"Haaah, ternyata orang seperti ini memang ada yah!"gumamku menghela nafas.

"Arnold, beraninya kau menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan!"ucapku
"Menyalahkan skill intimidasi!"ucap Mimi cepat.
"Apa kau ingin mati?"ucapku dengan mata merah menyalah.
"Aura membunuh keluar dengan sendirinya, karna emosi anda yang meluap!"ucap Mimi.
"Ekh!"
"Jangan main main denganku Arnold, siapa kau yang berani-beraninya menghalangi jalanku!"ucapku
"Tidak bukan begitu"ucap Arnold terbata.

"Berlutut!"ucapku
"Apa?,"
"BERLUTUT "teriakku keras sambil terus mengeluarkan aura membunuhku.
Brak
Pria itu langsung berlutut ketakutan.

Aku turun dari gendongan kakak boneka, dan masuk tanpa berhenti mengeluarkan aura membunuhku.
Berjalan masuk kedalam ruangan itu.
"Awalnya ku pikir siapa orang yang berani mengeluarkan hawa membunuh di kediamanku, ternyata itu adalah anak kesayanganku sendiri!"ucap ayah berdiri dari kursinya.
Ayah berjalan dan menghampiriku.

"Ada apa Azkhar?, Siapa yang membuatmu mara?"tanya ayah tersenyum.
"Entahlah...."ucapku dihadapan ayahku.
"Ayah. Apa kakak boneka akan dikembalikan?"tanyaku.
"Emh apa maksudmu?"tanya ayah
Aku menunjukan sepucuk surat.
"Ada assaint yang menyamar menjadi pelayan untuk memata matai rumah ini dan merebut kakak boneka dariku!"ucapku dengan wajah marah.
Ayah membaca secarik kertas itu.
"Begitukah, jadi mereka akan bertemu di ibu kota"ucap ayah mengangguk angguk.

"Jadi kamu ingin ayah membunuh orang ini?"tanya ayah.
"Emh, dia harus mati. Aku tidak akan membiarkan siapapun mengambil kakak boneka dariku. Aku tidak ingin orang orang kotor itu menyentuh mainan yang diberikan ayah kepadaku."ucapku menatap wajah ayah.
Ayah sedikit tersenyum.
"Aura membunuh, sifat berani, intimidasi dan keserakahan. Kau memang cocok terlahir menjadi bagian keluarga febbian!"ucap ayah tersenyum
"Baiklah, ayah akan melakukan semua permintaan dari anakku!"ucap ayah tersenyum menyentuh rambutku.
"Terimakasih papa!"ucapku tertawa.

"Tuan anda memang memiliki bakat dalam akting. Apa anda tidak berniat untuk jadi actor saja?. Saya yakin anda akan mendapatkan piala penghargaan!"ucap Mimi mengejekku dengan halus.
"Sepertinya Mimi memang tidak sabar menjadi santapan ku yah, hehe"ucapku tertawa.
"Bercanda tuan, hahah jangan seperti itu. Saya cuma bercanda!'ucap Mimi.
"Emh,...."gumamku.
"Ada apa tuan, kenapa anda tiba tiba diam?"tanya Mimi.
"Aku punya ide lain."ucapku tersenyum.
"Papa!"ucapku menarik celana papa.
"Iya ada apa sayang?"tanya papa.
"Bolehka aku...."ucapku perlahan
"Mendisiplinkan sekertaris itu!"ucapku tersenyum, mata merah ku menyalah menunjukan semua kemarahan yang ku pendam.
"Hooh, bagaimana caranya?"tanya ayah menatapku.
"Hehe, itu rahasia. Besok tolong datang ke arena panahan. Disana aku akan mendisplinkannya!"ucapku tertawa.
"Ayah tak masalah, tapi ingat. Orang itu masih berguna jadi membunuhnya akan sia-sia!"ucap ayah menepuk rambut hitamku.
"Emh.. aku mengerti!"ucapku dengan tawa di wajahku.

menyelesaikan misi malah dapat suami (BL)Where stories live. Discover now