10. mata mata

1K 124 0
                                    

Keesokan harinya
Seorang penyihir berambut biru dengan tudung berwarna ungu datang.
Matanya tampak terkejut melihat kakak boneka, dia pasti mengenali identitas kakak boneka.
Penyihir itu menyembuhkan kakak boneka.
"Kakak boneka kakak boneka, cuma bicara"ucapku tersenyum
"Sa saya C Cedric dan a anda adalah T tuan Saya A Azkhar"ucap kakak boneka
"Heheh, iya ini aku"ucapku tersenyum.
"Kalau begitu saya permisi undur diri, tuan count"ucap penyihir itu perlahan berjalan.
"Ayah penyihir itu sepertinya mengetahui identitas boneka ini"ucap kak Elena.
"Del,jangan sampai menghilangkan bekas"ucap ayah.
"Baik ayah"ucap kak Del.
"Kakak pergi sebentar yah"ucap kak Del menyentuh rambutku.
"Hahah oke"ucapku tersenyum.

Aku dan cerdric terus menghabiskan waktu bersama, aku tak menyiksa Cedric seperti di novel asli.
Meski dia terikat dalam kontrak budak aku tak perna memerintahnya untuk membunuh, karna mulai memasuki musim dingin monster dan bandit mulai menyerang ayah dan kak Del seperti biasa melakukan perburuan.
Ibu dan kak Elena sedang sibuk dalam pengerjaan racun dan obat untuk pembekalan.
Jadi aku lebih banyak menghabiskan waktu dengan Cedric.

__
1 bulan kemudian.
"Lalu sang putri yang tertindas membalas dendam kepada putri jahat"ucap kakak boneka membaca buku.
"Uwaa hebat"ucapku yang duduk di pangkuan kakak boneka.
"Kakak boneka"ucapku
"Yah tuan azkhar?"tanya kakak boneka.
"Apa kakak ingin pergi dari rumah ini?"tanyaku melihatnya.
"Saya tidak mengerti apa yang anda katakan"jawabnya.
"Begituka"ucapku tersenyum.
Tuk tuk terdengar ketukan pintu dari luar.
"Iya siapa?"ucapku tersenyum.
Pintu perlahan terbuka, terlihat seorang pelayan berambut ungu panjang berdiri menggunakan pakaian maid.
"Tuan wanita ini memiliki senjata didalam pakaiannya"ucap Mimi
"Bukankah itu hal biasa untuk pelayan keluarga Febbian"gumamku
"Maaf menganggu waktu anda,Nyonya memerintahkan saya untuk mengantar anda ke rumah kaca. Beliau ingin minum teh bersama anda"ucap pelayan itu.
"Ah baiklah, kakak boneka ayo"ucapku
"Maafkan saya karna lancang, tapi nyonya meminta saya agar anda datang sendiri"ucap pelayan itu.

"Memang benar kalau pelayan keluarga Febbian memiliki senjata yang tersembunyi di tubuh mereka. Tapi pelayan ini memiliki senjata tanpa lambang keluarga Febbian"ucap Mimi.
"Begituka, jadi kemungkinan besar kalau wanita ini seorang penyusup. Dan tugasnya tak lain adalah membunuh ku"gumamku turun dari tempat tidur.
"Kakak boneka, aku akan kembali sebentar lagi yah"ucapku lalu berjalan.
Aku berjalan mengiringi wanita itu.
Srrng
Layar pink muncul di hadapanku terdapat titik merah di antara kedua paha wanita itu.
"Jadi disana dia menyembunyikan senjatanya. Mimi berikan itu padaku"ucapku menjulurkan tangan.
Puk sebuah crossbow jatuh tepat di tangan kananku.

"Jadi kau ini di kirim oleh keluarga mana?"tanyaku.
Trrt
Wanita itu berbalik.
"Apa yang an anda maksud tuan mudah"ucap wanita itu berpura pura gemetar.
"Kau pikir hanya karna aku baru berumur 6 tahun aku takkan bisa membedakan pelayan keluarga Febbian dan bukan. Belati di pahamu itu tidak memiliki lambang BlackRose keluarga Febbian. Siapa yang mengirim mu kesini?"ucapku mengangjat crossbow itu dengan 2 tanganku.
"Pfft, hahaha seper-ssst" panah melesat begitu cepat menggores pipi wanita itu.
"Aku tidak butuh kata kata omong kosong mu itu,pada akhirnya kau juga akan mati"ucapku memasang panah ke Crossbow.
"Sialan bocah"ucap wanita itu berlari
Pussh
Panah itu melesat lagi.
"Jangan meremehkan ku boca sialan"teriak wanita itu mengangkat belatinya.
"Enne"ucapku

Brak
Wanita tadi langsung terkapar dengan 1 kaki yang terpotong.
"Ap?, Ka kakiku"teriak wanita itu keras.
"Enne"ucapku
"Baik tuan mudah"ucap Enne mengambil belati yang tergeletak dengan sapu tangan berwarna hitam pekat.
Lalu menunjukannya kepadaku.
Terlihat lambang 3 pedang di gagang belati itu.
"Jika tidak salah ini adalah lambang keluarga Vielton kan"ucapku
"Benar tuan, ini adalah lambang keluarga dari adik wanita tuan besar"ucap Enne.
"Begitukah, jadi bibi yang mengirimnya untuk membunuhku"ucapku melangkah.
Tup
Mengarahkan crossbow yang berjarak 5 cm darinya.
"Tadi aku meleset, tapi dari jarak sedekat ini aku tidak mungkin meleset lagi"ucapku tersenyum.
Bibirku melengkung dan mata merah yang menyalah.
"Selamat tin"tu tunggu tuan saya saya akan memberi anda informasi. Ja jadi jangan bunuh saya"ucap wanita itu memotong kata kataku.
"Katakan"ucapku memandang wanita itu tanpa sedikitpun berkedip.
"Nyonya vielton sudah mengetahui kalau putra mahkota ada disini, jadi jadi beliau meminta saya untuk mengirimkan surat ini kepada ratu"ucap wanita itu terbata sembari memperlihatkan amplop berwarna merah dengan lilin biru sebagai segel.
"Enne"ucapku
Enne mengambil amplop dan merobek tutup amplop dengan belati yang ia pegang, lalu memberikan selembar kertas padaku.
"Tidak ada yang aneh dengan surat ini"ucapku
"Tuan tuan, apa mungkin ini surat rahasia seperti di film film"ucap Mimi.
"Kalau seperti di film bukanka tulisannya akan muncul saat di rendam air atau di bakar. Bukanka itu sangat menegangkan"ucap Mimi.
Srrt
Aku merobek surat itu.
"Tuaaaan apa yang anda lakukan kenapa anda merobek surat itu"ucap Mimi berteriak keras.
"Berisik"ucapku
"Tuan apa anda sudah menjadi bodoh karna putus asa tuaaan "teriak Mimi memekakkan telingahku.
"Mimi tenanglah"ucapku.
Srring
"Eh?"
Potongan potongan surat itu tiba tiba bercahaya dan menyatuh kembali.
Aku mengambil kertas itu dan muncul tulisan tulisan yang awalnya tidak ada.
"Eh tulisannya ada"ucap Mimi terkejut.
"Sudah kukatakan bukan"ucapku mengambil kelinci melayang yang dari tadi memegangi telingahku.
"Gyub"
"Tu tuan saya tidak bisa bernafas"ucap Mimi.
"Aku mengetahui tempat putra mahkota berada, jika kau ingin mengetahui nya. Kau harus membantuku juga"ucapku mulai membaca.
"Tu tuan tuan"
Puk puk
"Temui aku saat matahari tepat di atas kepala, dimusim semi pertama di sebuah gereja perak didepan patung dewa keadilan"ucapku.

"Patung dewa keadilan"gumamku berfikir
"Tungguh sebentar tuan, kalau tidak salah"ucap Mimi menggeser geser layar.
"Yah saya menemukannya!"

"Patung archus atau biasa disebut dengan patung dewa keadilan. Berada tepat di tengah tengah ibu kota"ucap Mimi

Aku mengangguk
"Kalau di terjemahkan mungkin mereka akan bertemu di sebua gereja yang berada di ibu kota!"ucapku menyentuh daguku.
"Ada apa tuan?"tanya Mimi

"Tidak... Sepertinya aku mendapatkan ide yang menarik!"ucapku tersenyum sembari menempelkan kertas ke ara bibirku.

"Enne!"ucapku
"Siap tuan"ucap enne berlutut di hadapanku.
"Ganti pakaianku dan kakak boneka. Sampaikan juga kepada kepala pelayan kalau aku akan datang keruangan ayah!"ucapku tersenyum.
"Baik tuan mudah!"ucap enne memberi hormat.

menyelesaikan misi malah dapat suami (BL)Where stories live. Discover now