15. Justine dan miranda

868 96 0
                                    

"Bukanka sudah berkali kali ku katakan padamu, untuk mnceraikan betina itu dan mencari wanita lain"ucap paman pertama dengan kasar
"Betina, kau...!"ucap paman kedua dengan wajah begitu murka
"Kenapa?, Apa aku salah sebut?. Hahah. Tapi itu benar bukan, sapi betina yang tak mampu menghasilkan susu saja akan di singkirkan (jual), kenapa kau masih mempertahankan betina ini!"ucap paman pertama dengan keras.

"Pria itu benar benar bajingan!"teriak Mimi keras
"Kata bajingan saja belum bisa menggambarkan sifat tercelah nya!"ucap Mimi menggerutu.
"Kau bajingan!"tiba tiba seseorang mengadakan pedangnya kepada leher paman pertama
Dan orang itu benar saja
"Kakak boneka????"
"Kata bajingan saja belum bisa menggambarkan sifatmu yang menjijikan!"teriak kakak boneka keras.
"Kau... Siapa?"ucap paman pertama dengan wajah tajam.

"Apa kau tidak tahu malu, menghina wanita padahal istirimu juga seorang wanita!"ucap kakak boneka keras.
"Astaga astga, kenapa malah jadi begini!"gumamku menepuk kepalaku.
"Tuan, sepertinya hipnotis budaknya terlepas karna tidak tahan mendengar kata kata sampah itu!"ucap Mimi bersemangat.
"Mimi.... Haaaah!" Aku bahkan tak mampu berkata kata lagi.
"Siapa kau?"ucap paman melihat nya
"Ah aku ingat ka–"turunkan pedangnya!"ucapku.
"Hah?"ucap kakak boneka menatapku dengan tajam.
"Ku katakan turunkan pedangnya!"teriakku sembari melemparkan gelas yang ku pegang berisi teh hitam ke wajah pria itu.

Aku turun dari kursiku
"Aku tidak suka mainan yang tidak patuh!"ucapku dengan mata tajam lalu berjalan keara pintu yang terbuka.
"Dan aku juga benci orang yang ingin membunuhnya!"ucapku keluar dari pintu.
Brak 4 gelas yang awalnya di pegang oleh empat orang berpakaian hitam dan merah itu terjatuh.

"Haaah, seharusnya dia tidak akan di hukum sampai mati!"ucapku memangku kepalaku.
"Hahah, tuan anda seharusnya melihat wajah anggota keluarga anda. Mereka berempat menunjukan wajah yang begitu lucu!"ucap Mimi menatap layar Sembari tertawa keras.
"Mimi, bisaka kau memberikan ini kepada protagonis!"ucapku memberikan sebua botol kaca berwarna hitam.
"Tuan,Apa ini?"tanya Mimi mengambil botol itu
"Itu obat serbaguna... Seharusnya dia akan di cambuk oleh ayah dan kak Delion atau bahkan di racuni oleh ibu dan kak ellena!"ucapku
"Lalu kenapa tidak anda memberikannya?"tanya Mimi
"Kewarasannya mulai kembali, dia pasti akan menjadi waspada kepadaku. Lebih baik kau saja memberikannya!"ucapku
"Begituka, saya akan melakukanya!"ucap Mimi bersemangat.

Setelah itu aku kembali ke kamar kak Delion yang ada di lantai 2 dan Mimi akan pergi ke ruang bawah Tanah untuk mengantarkan obat.
_____
Suara cambukan terdengar keras mengenai daging yang empuk.
Tak lama kemudian suara suara itu meredah dan orang orang yang di ruangan itu pergi, meninggal seorang pria berambut perak itu sendiri dengan rantai mengikat kedua tangannya yang bersatu ke tembok bata itu.
"Sial, aku pasti akan membunuh keluarga ini, terutama anak itu. Aku pasti akan mencabik cabiknya sampai tak tersisa!"ucap pria itu dengan geram.
"Apa kau yakin ingin mencabik, azkhar?"terdengar suara lembut anak kecil dari luar pintu.
"Siapa itu!"teriak dia keras.
Clak pintu terbuka..
Terlihat seorang anak kecil yang memiliki rambut merah mudah dengan mata hijau mudah. Dia memakai celana pendek biru dengan rompi biru mudah dan dasi tali berwarna merah di lehernya.
Menurut penampilan anak itu berusia 6-7 tahunan.

"Siapa kau?"ucap pria itu waspada.
"Kau tak perlu waspada, aku hanya mengikuti perintah tuanku untuk mengantarkan obat ini!"ucap dia menunjukkan botol obat.
Anak itu mendekat dan membuka obat itu
"Ini akan terasa sakit, tapi tahanlah!"ucap anak kecil itu mulai memakaikan obat di bekas cambukan itu.
"Siapa yang mengirimmu?"tanya protagonis.
"Bukankah kau sudah tahu?"ucap Mimi
"Tidak mungkin, mana mungkin iblis itu yang mengirimmu!"ucap protagonis keras.
Crak

Mimi mengoleskan salep dengan keras.
"Jangan panggil dia iblis, jika tanpa dia bisa saja kepalamu sudah tidak ditempatnya sekarang!"ucap Mimi dengan wajah kesal.

"Dia memang terlihat seperti orang yang jahat, tapi sesungguhnya dia adalah orang yang paling mudah tersakiti dari semua orang!"ucap Mimi memasangkan perban.
"Bagaimana bisa kau berkata begitu?, Jelas jelas dia adalah orang yang sangat kejam!"ucap protagonis
"Karna... Aku sudah mengenalnya sejak dulu!"ucap Mimi tersenyum.

"Dulu sekali waktu kami masih kecil, dia pernah menolongku yang hampir mati karna di tuduh mencuri. Dia orang yang baik sampai sampai kebaikannya lah yang membuatnya terluka!"ucap Mimi tersenyum pahit.

"Oke semuanya selesai!"ucap Mimi menepuk nepuk lututnya yang terkena debu.
"Sisanya tinggal!"ucap Mimi menarik kalung yang melekat di leher protagonis.
"Hei, apa yang kau lakukan. Kau akan terkena hukuman!"ucap protagonis terkejut
"Meski tidak memberitahuku, tuan selalu ingin melepaskan kalung budak ini darimu!"ucap Mimi tersenyum perlahan melepaskan kalung itu.

Mimi mengganti kalung budak menjadi kalung kamuflase.
"Sekarang kalung yang menjeratmu sudah selesai, kau memiliki 2 pilihan sekarang,Kabur lewat lorong bawah tanah ataupun tetap tinggal di keluarga Ous Febbian. Tapi aku berharap jika kau akan tetap tinggal di keluarga ini untuk sementara agar kau bisa menilai kepribadian tuan dengan matamu sendiri!"ucap Mimi Tersenyum.

"Jika dia tahu, bukankah kau akan dihukum"ucap protagonis.
"Itu tidak masalah, balas budiku tidak akan terbayar bahkan dengan nyawaku sendiri!"ucap Mimi tersenyum.
"Karna beliaulah, aku masih bisa bernafas sampai sekarang!"ucap Mimi tersenyum.
"Dan kuharap penyataan mu tentang tuan akan berubah setelah kau memahami beliau!"

___
Aku berdiri di lobi, menatap luar jendela yang begitu sepi.
Terlihat seorang wanita berambut pirang dengan gaun merah dengan sarung tangan berwarna putih selengan nya.
Ia menutupi wajahnya dengan kedua tangannya, namun dari sela sela jarinya terjatuh tetes demi tetes air mata yang coba ia tahan.
"Tuan saya kembali!"ucap kelinci merah mudah muncul tiba tiba.
"Tuan apa yang sedang anda lihat?"tanya Mimi duduk di atas kepalaku.
"Mimi dia.."ucapku menunjuk.
"Ah dia adalah Miranda Lan Febbian istri dari paman kedua anda!"ucap Mimi.
"Jelaskan Riwayat hidup Miranda di novel aslinya!"ucapku
"Menurut cerita aslinya, Miranda adalah seorang Saintes dari kota suci 'Perus'. Miranda dan Justine bertemu secara tak sengaja saat negosiasi perdagangan. Awalnya hubungan mereka hanya bertukar surat dengan tujuan perdagangan, namun kelamaan mereka berdua saling jatuh hati.
Karna saintess adalah keberadaan yang suci dan keluarga febbian di anggap sebagai keberadaan yang sangat kotor, cinta mereka sangat di tentang oleh pihak gereja"

"Tapi cinta mereka sudah semakin dalam. paman anda, Justine Lan Febbian memilih kawin lari dengan Miranda. Tapi pernikahan itu tidak membuahkan hasil, Miranda sudah perna hamil sebanyak 4 kali namun ketika kehamilannya mencapai 3 bulan ia selalu mengalami pendarahan hebat dan berakhir keguguran. Orang orang gereja mulai menyebar rumor kalau itu adalah kutukan yang diberikan tuhan karna Miranda telah mengkhianati tuhan (saintess= pendamping tuhan)."ucap Mimi membaca

"Kenapa gereja di cerita cerita selalu senglek si!"ucapku memegang kepalaku.
Tapi....
Aku menatap wanita yang menangis itu dan berjalan.
"Tuan apa anda akan menghampiri wanita itu?"tanya Mimi.
"Yah!"ucapku melangkah.
"Kenapa?, Wanita itu tidak banyak di bahas di novel asli!"ucap Mimi.
"Aku tahu!"ucapku
"Tapi... Di cerita aslinya dia adalah wanita yang sangat menyukai anak anak, karna ketidakmampuannya memiliki anak, dia selalu menyayangi anak anak. Dan dia juga"ucapku terhenti
"Tuan?"tanya Mimi.
"Dialah orang yang paling sedih setelah keluarga azkhar saat kematian azkhar!"ucapku.

"Kenapa kau harus lahir dari rahimku!"
"Aku tidak suka melihat seorang ibu menangis!"ucapku tertawa.

menyelesaikan misi malah dapat suami (BL)Where stories live. Discover now