9. tak mampu bicara

1K 130 0
                                    

"Mimi jelaskan ending dari novel ini"ucapku menyentuh wajah protagonis pria di hadapanku
"Dalam novel asli keluarga Febbian akan hancur dalam kurun waktu 5 tahun, sang male lead yang di siksa habis habisan oleh keluarga Febbian akhirnya bisa melarikan diri, di tengah perjalanan male lead akan bertemu dengan seorang gadis petani yang tak lain adalah protagonis wanita.
Protagonis wanita merawat protagonis laki laki dengan sangat tulus dan akhirnya mereka jatuh cinta.
Saat protagonis pria akhirnya mengambil peran sebagai seorang kaisar,keluarga kaisar akan menyerang keluarga Febbian dan orang pertama yang mati dalam keluarga Febbian adalah anak bungsu yang masih berumur 11 tahun Azkhar Febbian.
Pertumpahan dara terjadi dan pada akhirnya semua orang di keluarga Febbian mati dengan mengenaskan."jawab Mimi.
"Begituka 5 tahun yang akan datang keluarga ini akan hancur"ucapku menatap pria didepanku.

"Jika tak salah ingat, Tugas kali ini adalah menghindarkan keluarga Febbian dari kehancuran kan. Jika aku membunuhnya bukanka artinya Kehancuran itu tidak akan terjadi"ucapku memegang leher berwarna putih pucat itu.
Trring
Sebuah layar berwarna ungu muncul di hadapanku.

"
Tittle:Akhir buruk untuk keluarga Tyran
Host: Azkhar
No ID :1000001
Misi :Selamatkan keluarga Febbian dari pembantaian.
Peringatan
Tidak di perbolehkan membunuh karakter penting seperti protagonis pria dan wanita.
Jika melanggar Host akan mendapatkan Hukuman
"
"Sepertinya aku benar benar tidak bisa membunuh protagonis"ucapku melapaskan tanganku dari leher pria itu.
"Kakak boneka bisaka kau memberi tahuku siapa namamu?"tanyaku dengan senyuman.
Tapi dia tak bicara.
"Eh aneh sekali kenapa dia tidak bicara" ucapku memiringkan wajahku.
"Rantai itu tuan penyebabnya"tunjuk Mimi kepada rantai yang terpasang di lehernya.
"Rantai ini?"ucapku
"Benar, jika dari informasi novel"ucap Mimi mulai menggeser geser layar berwarna Pink.
"Saya menemukannya"ucap Mimi menunjukan layar padaku.
"Karna terbuat dari artefak yang biasa digunakan untuk mengikat budak, rantai ini memiliki sihir yang membuat seseorang yang memakainya tak bisa membantah perintah,Tak bisa menggunakan sihir,tidak bisa kabur dan juga membatasi ingatan"ucapku membaca.
"Padahal tidak di katakan kalau kalung ini menyebabkan tidak bisa bicara, tapi kenapa boneka ini tidak bicara?"ucapku.

"Tunggu tidak mungkin begitu kan"ucapku menarik dagu pria ini.
"Buka mulutmu"ucapku
Sraak dia membuka mulutnya.
Benar saja
"Sialan, seharusnya aku tahu"ucapku
Dia kehilangan sebagian lidahnya.
Lidahnya seperti di potong dengan sebua benda tajam karna potongan itu begitu rapi.
"Ayah?, Tidak luka ini terlihat sudah lama. Ayah baru menangkapnya beberapa hari yang lalu, luka baru tidak akan sembuh begitu cepat apalagi kalau area mulut yang sering terkena liur"ucapku
"Mimi"ucapku melihat kelinci pink yang melayang di udara.
Mimi mendekati pria itu.
"Benar tuan, luka ini kemungkinan sudah ada sejak 2 bulan yang lalu, tapi kenapa aneh sekali?"ucap Mimi mulai menggeser layar.
"Aneh?"ucapku
"Benar tuan, dalam novel asli tidak ada yang menyebutkan kalau lidah protagonis terpotong. Ah tunggu"ucap Mimi berhenti menggeser dan menunjukan layar padaku.
"Saat putra mahkota sedang berburu ratu mengirimkan Assain untuk membunuh putra mahkota. Tapi putra mahkota melawan dan akhirnya sampai di istana dalam kondisi penuh darah. Karna serangan itu putra mahkota mengalami beberapa luka dan juga kehilangan kemampuan berbicara"ucapku membaca.

"Meski di novel tertulis kalau protagonis kehilangan kemampuannya untuk berbicara, tapi tidak ada satupun teks yang menjelaskan kalau lidahnya di potong"ucapku
"Kenapa ratu ingin membunuh putra mahkota?"tanyaku
"Itu karna putra mahkota ada anak dari permaisuri yang merupakan istri kedua sang kaisar, di katakan dalam novel kalau wanita tidak bisa menjadi penerus tahta berikutnya kecuali jika benar benar tidak ada penerus pria dan ratu hanya memiliki seorang anak perempuan. Jadi bisa di katakan masuk akal kalau ratu mencoba membunuh putra mahkota "ucap Mimi.

"Emh aku mengerti sekarang"ucapku.
"Kakak boneka mulai sekarang namamu adalah Cedric yah"ucapku tersenyum.
Kakak boneka mengangguk, yah meski mengatakan kalau mulai sekarang tapi pada nyatanya itula nama aslinya.
"Mulai sekarang, kakak adalah temanku jadi mari kita bersama"ucapku dengan senyuman lebar sembari memegang tangan kakak boneka.
__
Malam hari yang begitu gelap, petir menyambar dengan keras. Hujan turun begitu deras aku berjalan sendirian dengan membawa sebatanh lilin.
Melewati lorong yang gelap.
"Tuan kita akan pergi kemana?"tanya Mimi bertanya tanya
"Kau akan tau sendiri nanti"ucapku tersenyum.
Tuk tuk mengetuk sebua pintu yang lebih besar dariku.
"Ayah apa kau didalam?"tanyaku.
"Azkhar, yah masukla"ucap suara dari dalam.
Aku masuk dan terlihat seodang pria berambut hitam berdiri.
Grrtum petir menyambar keras, mata ayah terlihat begitu merah karna cahaya dari belakangnya.
"Azkhar ada apa, kenapa kau terlihat sedih"ucap ayah menghampiriku.

"Hiks hiks hiks"ucapku menangis.
"Eh apa?,"ucap Mimi langsung kaget.
Ayah menggendongku.
"Ada apa?, Kenapa kau menangis?"ucap ayah menyeka air mataku.
"Ayah hiks hiks"ucapku memeluk leher ayah erat.
"Ada apa?, Katakan pada ayah siapa yang membuatmu menangis"ucap ayah menepuk nepuk punggungku.
"Kakak boneka hiks hiks"ucapku
"Yah ada apa dengan bonekamu?"tanya ayah.
"Lidah kakak boneka tidak ada, aku sangat menyukai kakak boneka tapi karena lidahnya tidak ada aku tidak bisa mengobrol dengannya"ucapku.

Tap tap
Terdengar sebuah suara dari Ara jendela, mata ayah sedikit melirik keara jendela.
"Sudah sudah jangan menangis, ayah akan menangis penyihir untuk menyembuhkan bonekamu"ucap ayah sembari berjalan.
"Benarka"ucapku tersenyum
"Uwaa lihat wajah itu. Tuan kenapa anda tidak merubah profesi dari novelis menjadi aktris. Saya pikir anda bisa mendapat penghargaan Oscar"ucap Mimi mengangguk ngangguk.
Gun
Aku memegang ekor kelinci pink itu.
"Aghhk"
"Tu tuan, to tolong lepaskan ekor saya. Saya sudah terlahir seimut ini. Jika ekor saya lepas keimutan saya akan" "aku tidak peduli"ucapku menarik ekor itu.

Kami keluar dari ruangan itu, dari dalam terdengar beberapa suara.
Itu pasti seorang Assaint yang di perintahkan untuk membunuh ayah lagi.
Ayah menggendongku sampai kekamarku.
Saat di kamar terlihat kakak boneka yang sedang menuangkan coklat panas kedalam gelas.
Dia membungkuk kepada ayah.
"Ayah akan memanggil penyihir itu besok, jadi jangan sedih"ucap ayah membaringkanku di kasur.
Aku mengangguk.
"Selamat tidur"ucap ayah menyelimutiku.
"Selamat tidur ayah"ucapku tersenyum.

Kakak boneka mendekatiku dan memberikan coklat panas.
"Ehm enak"ucapku tersenyum pada kakak boneka.
"Tuan sepertinya rasanya enak, gluk bisa saya cicip sedikit"ucap Mimi menegak liur.
"Berdiri di sudut dinding, aku masih belum memaafkanmu"ucapku menunjuk dinding.
"Tidak tuaaan"
"Emh enak sekali"ucapku tersenyum licik kepada mimi

menyelesaikan misi malah dapat suami (BL)Where stories live. Discover now