"Gimana maksudnya?"

"Gu... Gue harus apa bu..."

Wah! Rian dan Glen dibuat takjub kesekian kalinya. Lagi-lagi untuk pertama kalinya mereka melihat seorang Iqbal sampai tak bisa menjelaskan seperti ini hanya karena seorang gadis.

"Buat bisa dapatin Acha?"

"Buat Acha suka lagi sama lo?"

Senyum Iqbal tanpa sadar langsung mengembang bersamaan dengan anggukan kecilnya setelah mendengar pertanyaan Rian dan Glen yang bergantian.

"Iya," jawabnya seperti anak kecil yang tebakannya dijawab dengan benar.

Rian dan Glen menghela napas panjang. Jujur, mereka sendiri juga tidak memiliki jawaban pasti akan hal itu. Pasalnya, selama enam tahun ini mereka berdua menjadi saksi nyata bagaimana perjuangan Acha melupakan seorang Iqbal.

Dan, mereka juga sangat yakin Acha sudah tak memiliki perasaan ke Iqbal.

Sementara Iqbal menunggu dengan sabar, melihat kedua temannya yang terlihat berpikir serius membuat Iqbal merasa gusar.

"Bal, gue perjelas lagi posisi lo. Biar lo lebih paham. Oke?" Rian membuka suara terlebih dahulu.

Iqbal pun mengangguk, bersiap menyimak dengan baik.

"Gue yakin Acha udah nggak suka lagi sama lo. Dia nggak benci sama lo dan masih mau ketemu sama lo saat ini aja, lo harus sangat bersyukur. Dan lo juga tau, dia gadis yang sangat baik."

"Gue tau."

Rian terdiam sejenak, mengambil napas pelan. Tatapannya berubah lebih serius.

"Kalau udah tahu, jangan sakitin Acha lagi."

"Iya."

"Kalau udah tahu, jangan buat Acha nangis lagi."

"Gue akan berusaha," jawab Iqbal sungguh-sungguh.

"Kalau lo beneran udah tahu, jangan buat Acha ngejar lo lagi."

****

Acha mengikat rambutnya ke belakang, kaki dan kanannya sejak tadi tak bisa diam, pekerjaannya cukup banyak di rumah sakit. Bahkan Acha sampai melewatkan sarapannya karena ia telat bangun dan hampir telat datang ke rumah sakit.

"Dokter Acha, tolong ke kamar 302."

"Baik Dokter."

Acha mengambil stetoskop di mejanya, kemudian berlari kecil menuju ruangan tersebut. Acha menemani Riana sang dokter senior untuk memeriksa seorang pasien yang baru saja dipindahkan dari UGD yang didiagnosis mengalami gagal jantung.

Selagi Dokter Riana memeriksa, Acha membaca laporan diagnosa dari UGD. Setelah Riana memberikan arahan kepada keluarga pasien, mereka berdua keluar dari ruangan tersebut dengan helaan napas berat.

Baik Acha dan Riana sama-sama tau kondisi pasien itu dalam keadaan tidak baik.

"Dokter Tomi sudah datang?" tanya Riana ke Acha.

"Belum Dokter. Sepertinya baru nanti sore datang."

"Kondisi pasien itu..." Riana sampai tidak tega untuk melanjutkan.

Acha mengangguk, paham ucapan seniornya.

"Pasien tadi memang sempat di zona merah dua hari Dok. Keluarganya memilih tidak menaruhnya di ICU karena takut kalau ditinggal sendiri di sana kondisinya semakin memburuk," jelas Acha.

MARIPOSA : MASA SEANDAINYADär berättelser lever. Upptäck nu