𓊈40𓊉 Membalik Keadaan

4 2 0
                                    

Aku terdiam. Menatap nasi di hadapanku yang tadinya nampak enak, namun sekarang terasa hambar. Aku seolah kehilangan selera untuk makan. Mendadak perutku menjadi kenyang dan kerongkonganku seolah tertutup dan menolak semua makanan yang hendak masuk. Aku menutup rapat kedua mulutku dan mengernyitkan dahi, menatap sesendok nasiku dengan serius, seolah itu adalah musuh.

"Kenapa, nak?" Aku tersentak. Rupanya sejak tadi ibu menyimak tiap perubahan ekspresi yang ku tunjukkan. Aku membalas tatapannya dengan hati-hati.

"Gak kok, bu." Sahutku sambil mengalihkan pandanganku dari ibu. Aku mengaduk nasi di piringku dengan sendok dan garpu. Kelihatannya ibu masih saja menatapku.

"Kamu kelihatannya gak semangat lagi.. kamu punya masalah ya? Atau..."

"Kamu lagi berantem sama ayah kamu?" Seketika aku tersentak mendengarnya. Aku lantas menatap cepat ke arah ibu. Tubuhku gelagapan meski aku telah mencoba untuk bersikap tenang. Kerjapan mataku begitu cepat, bak sedang kelilipan. Jangan sampai aku ketahuan ibu kalau memang sedang bertengkar dengan ayah.

"Santai aja, Gam.. Kamu bisa mengendalikan diri di hadapan semua orang, lakukan itu juga di hadapan ibumu." Ucap Kun memberikan semangat padaku. Aku menggeleng pelan, berusaha menarik dan menghembuskan napas beberapa kali. Kun benar, aku bisa mengendalikan diri dengan baik di depan orang lain, dan seharusnya aku juga bisa mengendalikan diri di depan ibu, walaupun sulit. Mana bisa aku membohongi wanita yang begitu ku cintai.

"Kok berantem sih, bu?" Desahku pada akhirnya. Aku menarik senyum kaku. Seluruh urat tubuhku rasanya tertarik, membuatku menciptakan bahasa tubuh bak sebuah kanebo kering.

"Hihihi.. Agam kayak hiasan patung di toko baju." Ledek Kun padaku. Sial*n, dia malah mengejekku. Tapi... lawakannya itu bisa mencairkan sedikit suasana hatiku. Aku merasa lebih santai dari sebelumnya.

"Jadi... enggak?" Ulang ibu lagi, seolah ingin meyakinkanku, atau justru meyakinkan dirinya sendiri. Aku menggeleng mantap. Nampaknya, ibu sedang berusaha mengorek informasi dariku. Tapi, apa yang ingin ia ketahui?

"Enggak lah." Sahutku datar, sambil kembali menyuapkan nasi ke mulutku. Ibu masih menatapku dengan dahi yang mengerut.

"Kamu.. bohongin ibu?" Tanyanya pelan, namun aku terkesiap. Hampir saja aku menyembur nasi yang baru saja ku masukkan ke dalam mulut. Itu sebenarnya sangat mengagetkanku. Aku hanya terdiam, takut kalau mengeluarkan kalimat maka aku akan menunjukkan kebohonganku sendiri. Si*Inya ibu begitu tahu kelemahanku. Aku selalu tak bisa membohonginya.

"Kamu tau gak??" Aku melirikkan mataku pada ibu. "Bagi orang tua, anak itu adalah sampul transparan.." Aku melirik ke samping sesaat, lalu kembali terfokus pada ibu. Di dalam mulutku masih ada nasi yang belum di kunyah. Aku malah mengulumnya, dan mendengar tiap perkataan ibu dengan teliti. Aku ingin menerka apa maksud dari setiap ucapannya.

"Jadi, walaupun kamu tutupi, tapi.. ibu tetap bisa melihat isi dalamnya." Ucapnya sambil menarik senyum. Aku menuangkan segelas air dari ceret kaca di atas meja. Aku menelan nasiku dengan segelas air. Bahkan aku tak mengunyahnya sama sekali.

"Ibu tahu kok, kamu sedang ada masalah, dan ini semua.. berkaitan dengan hubunganmu dan ayah akhir-akhir ini." Sambungnya lagi ketika aku meletakkan segelas air ke atas meja. Ia ingin mendapatkan info tentang ayah dariku?

Gawat sekali kalau ibu sampai tahu tentang perselingkuhan ayah. Aku tak bisa membayangkan betapa sedih dan hancur perasaannya. Tapi, kenapa ia sangat penasaran, dan benar-benar ingin mencari tahu apa yang tengah ku sembunyikan. Kun juga bilang kalau ibu mulai mencurigai ayah. Apakah ibu juga menaruh curiga padaku, kalau aku dan ayah bertengkar, karena masalah perselingkuhan? Kalau sampai aku salah bicara dan bersikap, gelagatku akan membenarkan dugaannya. Tolong hentikan bu, aku tak ingin kau terluka karena ini. Berhentilah mencari tahu.

【 COPY K.U.N 】ADGAMWhere stories live. Discover now