𓊈19𓊉 Agam di Incar

7 3 0
                                    

*Author POV

Di antara tubuh yang bergelimpangan, Maxim berjalan lihai menghindari tubuh teman-temannya itu. Tentu di belakang ada Gino yang mengekorinya. Mereka berjalan cepat menuju toilet pria di dekat lapangan upacara.

Tak sekali pun Maxim menoleh ke arah Gino. Ia benar-benar merasa panas dan tujuannya hanya ada pada Agam yang berada di balik pintu toilet itu.

Gino tersenyum sumringah. Ia benar-benar merasa puas karena mampu memperdaya pikiran Maxim. Tak seperti dugaannya, Maxim terlihat lebih mudah memanas hanya karena masalah ini ia sangkut pautkan pada Agam. Di luar dugaan, Maxim ternyata lumayan munafik menurut Gino. Maxim nampaknya masih memendam rasa ketidaksukaannya atas kehadiran Agam. Memanas hanya karena dugaan sepihak dari Gino. Gino menilai kalau Maxim masihlah menyimpan dendamnya pada lelaki tampan yang berusaha merebut jabatan Maxim, dan merebut kekasih Gino itu.

"Max.. lu kok ke toilet?" Tanya Gino sambil berlari kecil, mengikuti langkah terburu-buru dari Maxim.

Maxim tak bergeming. Ia pun nampaknya tak tertarik membalas perkataan Gino. Gino tidak tahu kalau orang yang sedang mereka cari berada di dalam sana, pun Maxim tak ingin mengatakan apa-apa padanya.

"Max!!" Seru Gino ketika melihat Maxim menarik gagang dan mendorong pintu toilet. Gino terhenti di belakang tubuh Maxim yang tengah berdiri di tengah-tengah pintu, namun ia bersikeras untuk melihat sesuatu yang berada di dalam sana.

Ia mengedarkan pandangannya, dan seketika pupil matanya membesar, mendapati sosok lelaki berkulit putih yang sejak tadi mereka cari.

Itu Agam. Ia seorang diri berada di dalam toilet, menghadap ke cermin namun tak serta merta memandang dirinya sendiri. Ia menundukkan wajahnya. Tatapan matanya kosong, dan ia tak bergerak sedikit pun ketika mendengar suara pintu toilet yang terbuka.

Tangannya terkepal kuat, kadang ia membuka kepalannya dan kemudian ia kembali mengepalkannya lagi. Ia melakukan hal itu berulang-ulang, dan tentu saja Maxim nampak mengernyit menatapnya.

"Ngapain lu disini? Lu gak liat apa? Di luar sana temen-temen kita pada kesurupan?! Lu mau melarikan diri dari tanggungjawab?" Protes Maxim. Namun, perkataannya tak lantas di balas oleh Agam. Agam lebih memilih terus menunduk dan mengerjapkan matanya dengan perlahan.

Agam hanya bergumam kecil, namun suaranya tak terdengar jelas. Merasa kesal karena tidak di hiraukan Agam, Gino pun masuk dan menabrak tubuh Maxim yang menghalanginya. la segera menghampiri Agam dari dekat.

"Woi!! Gak usah belagak budek deh lu!! Gue tau!! Elu dalang di balik semua ini! Elu yang udah bikin kesurupan massal ini terjadi!!"

"Sebelum lu nginjek kaki di sekolah ini, hal mistis kayak gini gak pernah terjadi!!"

"Dan semenjak kemunculan elu!! Hal-hal ini terjadi!! Elu udah ngerepotin semua orang di sekolah ini!!" Pekik Gino lagi. Namun Agam masih saja memunggungi. Ia tak gentar sedikit pun oleh bentakkan amarah Gino.

"Gino bener!! Gue sependapat!!" Sambung Maxim.

"Sebelum lu muncul!! Ini gak pernah terjadi! Dan gue gak pernah suka sama kehadiran seseorang yang bisanya cuma bikin orang susah dan buat keributan!!"

"Apalagi lu sampe buat onar di ranah sekolah kayak gini!" Maxim mengambil jeda, bermaksud untuk menghirup sedikit napas ke paru-parunya.

"Sebagai ketua osis, keselamatan dan kepentingan siswa dan siswi adalah prioritas utama buat gue, jadi.. siapa pun yang mengusik dan mengganggu ketentraman kami..."

"....Gak layak buat sekolah di sini!!" Timpal Maxim dengan tatapan penuh kebencian, hingga membuat Gino tersenyum bangga. Ia bangga mendengar kalimat itu keluar dari mulut Maxim. Karena Maxim telah membantunya menyerang Agam. Mereka berdua terdiam, menunggu reaksi yang akan di berikan Agam.

【 COPY K.U.N 】ADGAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang