𓊈5𓊉 Bencana di Mulai

8 2 0
                                    

Sayup-sayup aku membuka kedua mataku. Nampak sedikit buram. Aku kembali mengerjapkan mataku untuk mendapatkan penglihatan normalku. Langit-langit berwarna putih? Dan ada sebuah lampu di sana. Ku alihkan pandanganku ke samping, ada sebuah kipas angin kecil yang di letakkan di atas lemari kayu dengan ketinggian sepinggangku.

Ruangan yang cukup kecil. Hanya pas untuk sebuah tempat tidur dari ranjang yang berderit ketika tubuh ku hendak bergerak. Dan sisa dari space kosongnya hanya mampu menampung sebuah lemari yang kecil dengan sebuah kipas angin kecil di atasnya.

Aku menggerakkan tubuhku yang terasa lumayan sakit dan pegal. Membuat ranjang ini berderit-derit bising. Aku mencoba mendudukkan tubuhku di atasnya.

"Udah bangun?" Tanya seseorang dari balik dinding. Ia pun menampakkan wajahnya dari balik bingkai ruangan yang tidak memiliki pintu. Seorang gadis berwajah jutek dengan rambut yang ia gerai lurus. Ia mengenakan kacamata dengan bingkai tipis, membuatnya terlihat lebih cantik.

Aku hanya terdiam. Tak menjawabnya. Ku lihat kini baju seragam sekolah yang aku kenakan telah terbuka kancingnya. Aku mengernyit dan membenarkan bajuku. Namun ketika aku menundukkan kepala, aku merasa sedikit pusing. Kepalaku berat sekali.

"Kepala gue.." Keluhku sambil mencengkram rambutku.

"Jangan nunduk-nunduk dulu dong! Lu baru aja sadar." Ucapnya seperti sedang memarahiku.

"Siapa sih?"

"Lu di UKS.. jadi menurut lu gue siapa?" Balasnya.

Aku pun terdiam. Ku cium aroma minyak angin dari tubuh dan juga dahiku. Ku lihat perempuan ini sedang mengenakan rompi merah, dengan tulisan PMR. Sepertinya dia anggota PMR atau ketuanya.

Lalu aku kembali teringat, sebelum aku berada di sini, aku dan juga teman-temanku sedang berada di gudang untuk melihat tandatanganku di lukisan angker tersebut. Saat tahu bahwa tanda tanganku malah ada di atas cermin, seketika itu juga pandanganku menjadi gelap.

"Oh, tadi gue pingsan di gudang?"

"Terus.. mana temen-temen yang lain?" Tanyaku hingga membuat perempuan ini mengernyit.

"Lu gak sadar apa? Lu kan kesurupan tadi di gudang." Ucapnya dengan wajah yang serius. Aku langsung menyembur tawa yang tak bisa ku tahan. Geli sekali mendengar kalau barusan aku kesurupan.

"Apaan sih. Ngaco!" Balasku hingga membuat ia mengerucutkan bibirnya.

"Mana mungkin sih gue kesurupan. Nih, denger ya.. seumur-umur, gue tuh gak pernah yang namanya kesurupan. Aneh-aneh aja. Kalau lu bilang gue pingsan, ya pasti gue percaya." Ia mendengus kesal. Wajah putihnya kian memerah. Sepertinya dia marah pada perkataanku barusan.

"Lu kira gue bohong apa?"

"Gue gak bilang gitu."

"Eh! Denger ya!! Buat apa juga gue bohong sama lu! Lu emang kesurupan di dalam gudang. Maxim yang bilang dan bawa lu kesini dalam keadaan pingsan! Gue tau Max! Dia gak mungkin bohong sama gue!"

"Udahlah, terserah." Ucapku sambil beranjak dari atas tempat tidur, dan perempuan itu hanya menatapku dengan heran.

"Mau kemana lu?"

"Ke kelas lah!" Sahutku datar.

"lih, nyebelin banget sih!! Lu tau gak!! Sebenernya sekarang kelas gue lagi ulangan! Tapi gara-gara lu kesurupan dan pingsan di sini, jadi lu harus di temenin!" Ucapnya kesal. Maksud perempuan ini apa sih? Dia mau apa? Kenapa perempuan suka menggunakan kode-kode yang tak di pahami. Apa dia mau aku mengucapkan terimakasih? Atau apa?

Aku melembutkan pandanganku dan melengkungkan senyumanku. Terdiam menatapnya beberapa saat, hingga ku rasa raut wajah galaknya kini perlahan berubah.

"Makasih ya.. Lu udah mau nemenin gue." Ucapku hingga membuatnya salah tingkah. la menggaruk-garukkan kepalanya. Dan seketika ia membuka kaca mata yang sedang ia kenakan. Berpura-pura membersihkan kacanya.

【 COPY K.U.N 】ADGAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang