𓊈62𓊉 Kuntilanak Laki-laki

6 1 0
                                    

*Tante Arsya POV

Anakku bilang dia melihatnya. Melihat orang yang ku cintai itu. Aku bersikeras, bagaimana pun caranya aku harus melihatnya, bertemu dengannya dan aku ingin mengatakan segala perasaanku padanya.

Aku sudah menahan perasaanku sendiri selama beberapa tahun, dan aku harap semua yang ku inginkan ini berjalan dengan mulus.

Namun hidup tak selalu mudah, seperti apa yang di bayangkan. Bagaimana pun, aku tak akan membiarkan seorang pun mengusik perasaanku ini. Mengusik cinta milikku, meskipun orang itu adalah Dinda sekalipun.

Ia sudah mengambil apa yang menjadi milikku, dan aku mengikhlaskan itu. Tapi itu dulu, sekarang.. aku tak akan membiarkan dia menghalangiku.

Aku.. tak akan membiarkanmu menghalangiku..

Adinda Maharani!!

*Tante Arsya POV End

.

.

.

.

Beberapa anggota osis sedang menyelesaikan tugas di rumah Ciko. Ada aku, Maxim, Ciko, Rara dan Dara. Dara bukan osis sih, tapi ia di mintai Maxim untuk menghandle tugas Teya. Kata Maxim, dia pintar dalam menghandle keuangan. Iya sih, mukanya kayak gambar di duit lima ratusan kertas. Di kelas juga dia di percaya sebagai bendahara. Soalnya galak. Teya harus pulang duluan karena sakit perut. Tamu bulanan katanya.

Sebelumnya mereka memintaku menjadi imam shalat maghrib dan isya di rumah Ciko. Bundanya sangat baik dan menyambut kelelahan kami dengan makanan dan minuman. Ia pun meminta kami untuk jangan segan dan malu di rumahnya. Kalau mau tidur, tidur saja katanya.. Ia bahkan menggelar tikar di teras, menyalakan obat nyamuk bakar dan memberikan kami bantal.

"Aduh bunda.. anak-anakmu ini sedang menyelesaikan laporan, bukannya mau piknik." Keluh Kun sambil menatap datar ke arah bunda Ciko yang baru saja masuk dalam rumah, tapi jari telunjuknya malah ia masukkan ke cangkir teh milikku. Bisa juga basa-basinya, padahal aku yakin dia suka sekali di hidangkan makanan seperti ini. Kun menghisap telunjuk bekas celupan teh tersebut, dan melakukan hal tersebut beberapa kali. Demi apapun aku tak mau lagi meminum teh itu, biar dia sendiri saja yang menghabiskannya. Masa' aku mau minum daki tangan kuntilanak.

"Gam, ini masih ada yang salah gak?" Tanya Rara sambil menyodorkan bukunya padaku. Saat aku hendak mengambilnya, Maxim langsung merebut buku itu bahkan sebelum aku sempat menyentuhnya.

"Biar gue yang liat!" Sergap Maxim hingga membuat Rara terkesiap. Aku menghela napas dan membiarkannya. Rara nampak bingung, ia menanyaiku karena kebetulan ia duduk di sampingku, si Maxim malah menyebrang, membiarkan tubuhnya melangkahi beberapa laptop kami hanya untuk mengambil buku dari Rara.

"Teh Maximus rasa apa ya?" Gumam Kun sambil berpindah ke cangkir milik Maxim hingga membuatku menyelis ke arahnya, namun ia tak sedang menatapku sama sekali. Ia langsung menyelupkan jarinya juga ke cangkir Maxim hingga membuatku mengernyit masam.

"Aah!!" Desahnya sambil menjulurkan lidah seusai menyesap jarinya. "Rasa cemburu yang membara." Gumamnya sambil memasukkan jari kakinya juga ke gelas Maxim. "Kayaknya kurang di aduk!" Tukasnya seraya memutar-mutar jempol kakinya. Aku langsung meringis geli. Sumpah ya, ini setan benar-benar tak ada sopan santunnya sama sekali.

Tiba-tiba saja Kun bersin beruntut sebanyak tiga kali. Baru kali ini aku melihat dan mendengar suara setan bersin. Suaranya tak lebih bagus dari suara bersin Yeppo. Kalau mau tau siapa Yeppo, dia adalah kucing kudis sebelah rumah.

"Haah- sepertinya ada yang menyebut nama saya." Keluh Kun sambil mengusal hidungnya. Memangnya siapa yang mau nyebutin nama dia?

"Max, udah kelar nih laporan keuangannya." Dara mulai bergumam sambil menyodorkan bukunya pada Maxim karena mereka duduk berdekatan.

【 COPY K.U.N 】ADGAMWhere stories live. Discover now