𓊈12𓊉 Ayo Bertukar

8 2 0
                                    

Agam yang terpaku di tempat duduknya hanya terdiam membisu. Menatap Kun dengan wajah dan baju yang hampir memerah. Apakah kalau dia marah, maka dia akan berubah warna? Siluman bunglon kah??

Tapi, dari pengalaman yang ku dengar, kalau kuntilanak merah itu adalah yang terseram dalam jenisnya, juga yang tergalak.

Aku masih tertegun, terlebih lagi setelah mendengar Kun menyebut kalau tidak ada yang boleh menyentuh tuannya, yaitu aku. Dia sampai membelaku seperti itu, padahal ia belum lama ada bersamaku. Sedikit tersentuh sih. Jadi dia harus mendapatkan sesuatu dariku.

"Ini." Ucapku sambil meletakkan botol teh melati yang harusnya ku berikan pada Randy Di hadapan Kun, tapi berhubung Randy juga kabur bersama orang-orang yang lain, jadi ku berikan saja ini untuk Kun.

"Apa? Ini untuk saya?" Tanyanya sedikit kaget dan tak percaya.

"Ya."

"Terimakasih karena udah ngebela gue segitunya, lain kali.. elu gak perlu ikut campur urusan manusia. Bocah kayak gitu, gue bisa atasin sendiri kok."

"Wah, makasih... Rasa melati kan ya??" ucap Kun girang sambil memeluk botol yang baru saja ku berikan. Apa barusan dia tak menghiraukan ucapanku ya?

Berselang beberapa waktu kemudian, beberapa penjaga warung yang sibuk di dapur keluar dari warung mereka. Mereka terlihat heran, pasalnya kantin mendadak sepi. Padahal baru saja ada keraimaian disini. Terlebih lagi kini kantin sudah acak-acak dan berantakkan. Bak baru saja terjadi ****** beliung mini. Mereka pun tersentak dan mengeluarkan beberapa pertanyaan.

"Loh, kemana anak-anak yang pesan makanan tadi?"

"Ngeprank kah?"

"Mana kantinnya berantakkan lagi?"

"Apa ada yang abis tauran?"

"Atau udah bel masuk? Padahal mbok belum denger bunyi bel apa pun."

"Yang lainnya hilang? pergi kemana ya?"

"Kok cuma ada dua orang." Ucap beberapa ibu kantin padaku seraya mengedarkan pandangannya.

Merasa heran dan tak mendapatkan jawaban apa-apa dariku, mereka pun kembali masuk ke dapur dalam keadaan bingung. Tapi tunggu dulu, kenapa dia bilang ada dua orang? Bukankah Kun tak terlihat? Apakah mungkin...

Ada orang lain yang bersamaku?

Aku mulai mengedarkan pandanganku, dan nampak seorang perempuan berdiri di sudut kantin. Ia menatap lurus ke arahku. Aku tak mengerti arti dari tatapannya, yang ku tahu, ia hanya menatap ku tak berkedip.

Setelah aku membalas tatapannya, buru-buru perempuan itu mengalihkan pandangannya dariku, ia pergi dan meninggalkanku begitu cepat, dan lantas tak pernah berbalik sedikit pun padaku selepas kepergiannya. Aku jadi penasaran, kenapa di saat semua orang lari ketakutan, tapi ia masih berada di sana bersamaku. Meskipun dengan jarak dari ujung ke ujung.

"Dia.. Dara kan? Teman sekelas gue?" Gumamku sambil menatap kepergiannya.

"Dia itu.. menatapmu sepanjang pelajaran di kelas tadi." Ucap Kun hingga membuatku tersentak.

"Dara? Liat gue?" Ulangku.

Yang ku tahu, dari semua teman perempuan di kelasku, bahkan di sekolahku, hanya dia yang tak tampak tertarik denganku. Tempat duduknya tak terlalu jauh dariku, tapi diantara teman-teman kelasku, aku hanya tak pernah bicara dengannya. Dengannya saja. Dia itu sepertinya anak yang pendiam dan dingin. Jadi kesannya seperti sombong dan enggan bergaul dengan orang lain.

"Gak.. Gak mungkin.." Kun mengernyit bingung, tak paham maksudku.

"Apanya?"

"Ya, Dara gak mungkin liat gue terus kan." Balasku.

【 COPY K.U.N 】ADGAMDonde viven las historias. Descúbrelo ahora