𓊈11𓊉 Senjataku Berfungsi

9 2 15
                                    

Aku pun terdiam di sudut kelas, tepatnya di bangku tempat aku duduk setiap hari. Mataku terdiam pada satu titik fokus, ya.. Aku terdiam menatap Kun yang baru saja mengatakan rasa irinya padaku.

Apa sebaiknya, ia tak perlu di ajak ke sekolah, biar ia tidak merasa sesedih ini? Jujur, baru sehari ia bersamaku, tapi aku tak pernah melihat raut sedih dan memelasnya seperti tadi. Nampaknya hal ini cukup mengusik perasaannya. Aku tak cukup paham apa yang tengah ia rasakan, karena aku tak pernah meninggal sebelumnya.

"Mm, Kun.. gimana kalau besok, elu gak usah ikut.."

"Tapi terimakasih yaa.." Ucapnya memotong tiba-tiba.

"Karena ikut denganmu, saya jadi bisa merasakan suasana di sekolah lagi. Yaa, walaupun guru dan teman-teman disini tidak bisa melihat saya." Ucapnya sambil duduk bersila dan melayang tepat di hadapanku. Ia tersenyum, setelah memotong ucapanku.

Padahal baru saja aku ingin melarangnya ikut ke sekolah denganku, tapi sepertinya aku tak perlu mengatakan hal seperti itu. Tadinya ku kira ia akan bersedih, ternyata dia malah berterimakasih.

Aku menghela napas lega, disertai dengan benda yang tiba-tiba jatuh ke pundakku.

"Gam! Lu udah sekolah lagi?" Tanya seseorang yang rupanya sedang menepuk pundakku. Aku pun menoleh ke arahnya.

"Udah Max." Sahutku datar sambil menatap lelaki yang ternyata adalah Maxim itu. Ia mengusap dada dan menghela napas lega. Ku lihat Ciko dan Zaki ikut menghampiriku.

"Kemarin lu gak masuk, kata wali kelas lu sakit." Aku mengangguk, itu ibu yang mengabari bu Yuyun. Memangnya ada masalah dengan itu?

"Kemarin harusnya hari terakhir lu, jadi kita khawatir banget selepas peristiwa tanda tangan di gudang dan pas elu kesurupan. Tapi untungnya elu gak kenapa-napa, gue sampai nelfonin elu kemarin sore. Tapi gak lu angkat.."

"Iya, kita kira kemarin lu udah.." Aku mengenyit tajam membalas tatapan mereka. Membuat mereka terdiam seketika.

"Udah mati?" singkatku. Mereka tampak menenggak ludah sambil saling melemparkan pandangan satu sama lain. Menatap Maxim yang sepertinya mampu menjelaskan maksud mereka tanpa menyinggungku.

"Bukan gitu Gam, kita gak bermaksud buat nyumpahin elu kok. Kita cuma khawatir dan merasa bertanggungjawab aja atas apa yang udah terjadi ama lu, lagian lu juga murid baru di sini, jadi emang lu gak tau apa-apa."

"Terus kalau dari peristiwa yang udah-udah, siapa pun yang masuk gudang, dan mengganggu lukisan angker itu, tiga hari kemudian pasti.." Maxim menggantung kalimatnya. Ia tahu kata-kata itu cukup kasar untuk di ucapkan.

"Yaa, gue gak mau nerusin. Yang penting elu gak apa-apa sampe hari ini." Tambahnya.

"Kalau seandainya Kun gak mau ikut gue, pasti kemarin hantu ini emang bener-bener ngebunuh gue deh." Gumamku dalam hati sambil menatap Kun yang terdiam dengan pupil mata yang melebar ketika menatap Maxim dan teman-temanku ini. Seperti kucing yang melihat mainan yang bergerak, lagi pula kenapa dia memasang wajah lucu begitu??

Kriiiiiiiing...

Suara bel tanda masuk telah berdering keras. Teman-teman yang sebelumnya berada di luar untuk nongkrong pun segera masuk kembali ke dalam kelas. Yang masih sibuk duduk di bangku orang lain pun mulai kembali duduk ke bangku mereka masing-masing, begitu juga dengan Maxim, ciko dan juga Zaki.

"Sudah masuk kan?" Tanya Kun semangat.

"Saya juga mau duduk di bangku saya."

Gumamnya hingga membuatku mengernyit. Apa maksudnya, ia sedang mencari bangku kosong untuk tempatnya duduk? Setan kan suka menduduki atau mendiami tempat-tempat yang kosong.

【 COPY K.U.N 】ADGAMWhere stories live. Discover now