𓊈35𓊉 Siswi yang Menghilang

6 2 0
                                    

Perkataan nenek tadi pagi di ruang tamu begitu membekas di hatiku dan menghantui pikiranku. Aku berdiri sambil termenung di dekat sumur sambil memandangi pantulan wajahku dari ember yang sudah ku isi air dengan penuh. Airnya bening, namun wajahku nampak keruh.

Ternyata, peristiwa itu memang benar adanya. Bahkan aku baru saja mendapatkan fakta baru mengenai peristiwa beberapa tahun silam, yang katanya telah merenggut nyawa para siswi. Sampai sekarang kasusnya di tutupi begitu saja. Bahkan kasus yang menimpa Kun pada akhirnya ikut tertutupi juga.

Aku menengadah ke atas langit yang kini tertutupi pohon-pohon tinggi dengan daun rimbun, membuat suasana kian teduh dan sedikit gelap karena tak mendapatkan cahaya matahari langsung.

Ku letakkan telapak tanganku ke atas sumur dari semen kasar. Ku biarkan kulitku merasakan dinginnya semen basah tersebut. Aku berusaha untuk tak perduli, tapi lagi-lagi rasa penasaranku ini terlalu menggelitik perutku, hingga aku merasa mulas dan ingin sekali memecahkan kasus itu.

Aku menghela napas kasar. Masih ku pandangi atas langit dan dedaunan sekitar. Daun yang bergoyang lembut karena tiupan semilir angin yang membuat kulit tubuhku yang tergores menjadi gigil karena tak tertutupi sehelai baju pun. Aku hanya memakai boxer selutut untuk menutupi bagian tertentu tubuhku yang tak layak untuk ku telanj*ngi.

Aku memejamkan mata, membiarkan hembusan angin meniupku pelan. Membuat rambut yang menutupi dahiku memperlihatkan dahi suci yang selama ini ku tutupi.

Seketika aku merasa sesuatu mencengkram kedua tangan yang ku letakkan di atas sumur. Seperti kulit yang basah dan dingin. Angin mendadak berhembus kencang. Diselingi dengan wewangian khas melati. Aku pun terperanjat dan membuka mata. Dengan segera ku tundukkan pandanganku, menatap apa yang kini telah menyentuhku.

Aku pun terperanjat. Mencoba mundur beberapa langkah ke belakang. Ternyata.. ini adalah kedua tangan yang keluar dari dalam sumur. Ia mencengkram dan menggenggam erat tanganku.

Apakah hantu di pantai itu muncul lagi??

Aku segera melepaskan kedua tanganku yang ia tarik, namun aku hanya berhasil melepaskan tangan kiriku saja. Kukunya berwarna biru keunguan, ia melekatkan kukunya di permukaan kulitku. Tentu aku tersentak dan panik. Aku tak mau tubuhku di tarik ke dalam sumur seperti ia menarikku ke dalam laut.

Aku berusaha melepaskan cengkramannya, namun kekuatannya besar sekali. Aku berdzikir di dalam hati sebelum akhirnya ia melepaskanku.

Tubuhku terhempas ke belakang, hingga aku jatuh terduduk. Aku lantas memandang ke arah sumur, melihat tangan-tangan itu masih menggelantung di atas sana.

"Agaaam~" ku dengar ia memanggilku dengan suara falsetnya. Aku pun beranjak. Ya.. aku kenal suara ini. Aku berjalan perlahan dan hati-hati, mengintai ke dasar sumur. Lambat-laun tiba-tiba saja kepalanya muncul.

"Kamu rindu saya tidaak???" Tanyanya sambil keluar dari sumur dan menyeringai. Menampakkan wajahnya yang terkesan menjengkelkan. Ternyata itu Kun! Dia hampir membuat copot jantungku.

Tanganku langsung reflek dan mengambil ember yang tersangkut di kayu. Ku pukul kepalanya dengan terlebih dahulu membaca bismillah.

Beltaak!!!

"Aaaarghh!!" Pekiknya hingga tubuhnya tercebur masuk ke dalam sumur. Aku langsung mengintainya, melihat keadaan apa yang akan ia tampakkan di dalam sana.

Ia membiarkan tubuhnya tergenang air dengan kening yang memerah akibat pukulanku tadi. Air menelan tubuhnya sampai leher. Ia menyentuh kepalanya sambil menatap kasar ke arahku.

"Kamu ini orang gila?!! Suka sekali memukul hantu!!" Pekiknya dari bawah sana, membuat suaranya kian menggema. Aku tersenyum senang menatapnya.

"Kan udah gue bilang, kalau muncul.. jangan nakutin orang, setan!!" Balasku hingga ia terbang cepat keluar dari dalam sumur.

【 COPY K.U.N 】ADGAMOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz