𓊈6𓊉 Kesurupan?

9 2 0
                                    

Aku terdiam. Bukan pasal ketakutan atas apa yang barusan ia katakan, tapi aku tidak mengerti, dan tidak dapat mencerna maksud dari kalimatnya itu. Maksud dari ceritanya itu. Sulit... jalan ceritanya rumit.

"Maksud lu apa sih?" Tanyaku heran.

"Gue rasa lu cukup pinter buat nangkep apa maksud dari ucapan gue tadi." Balas Maxim padaku. Aku kembali terdiam beberapa saat, sampai akhirnya aku menyembur tawa yang sempat tertahan. Maxim dan yang lainnya hanya mengernyit heran menatapku. Mungkin saja mereka bingung kenapa aku tertawa seperti itu.

"Jadi.."

"Jadi lu percaya cerita begituan?" Balasku lagi padanya, hingga ia sedikit melongo menatapku.

"Max.. Max.. ini udah zaman apa sih? Kok lu masih jadi manusia jahiliyah aja? Percaya yang begituan." Ucapku lagi sambil kembali tertawa menahan sakit yang ada di perutku. Maxim terlihat geram. Ia mengerekatkan giginya menatapku.

"Jadi menurut lu, luka-luka di wajah dan badan kita ini becandaan juga?" Ucapnya hingga membuatku terbungkam. Benar.. tubuh mereka luka-luka, dan apa penyebabnya?

"Btw, emangnya kalian kenapa?" Maxim langsung berjalan menghampiriku.

"Elu!!" Ia menunjuk wajahku dengan jari telunjuknya.

"Tadi kesurupan, dan elu nyerang kita semua!!" Balasnya dengan penuh amarah yang ia tahan. Seketika aku terdiam. Dari raut wajahnya. Ia benar-benar sangat marah. Ia pun menurunkan telunjuknya dari hadapanku, sambil membuang wajahnya ke arah lain.

"Kesurupan?" Gumamku. Dan aku kembali teringat dengan perkataan yang di ucapkan Lian padaku di Uks tadi. Berarti dia tidak berbohong mengenai aku yang kesurupan di gudang?

(Flashback)

*Maxim POV

"Jelas-jelas gue nandatanganin lukisan.. bukan cermin.. cowok berambut putih.. matanya hijau, bajunya putih. Dia ngangkat sebelah tangannya yang di lumurin darah.. bukan cermin kok."

"Buktinya apa dong?" Kami kembali menertawai Agam.

Agam terdiam.

"Pantulan makhluk halus yang sebenarnya."

"Berarti.. saat bertatapan itu, kami emang lagi..."

"Dia ngomong apa sih Max?" Bisik Ciko padaku. Aku hanya menggeleng pelan sambil terus menatap Agam.

Tiba-tiba saja ada sesuatu yang aneh. Tubuh Agam seolah tersentak kaget, padahal saat itu tidak ada yang mengagetinya. Aku langsung mengernyit bingung. Aku menyadari ada yang tidak beres pada Agam.

Ku lihat Agam tertunduk. Ia menatap lantai sambil terpejam, dan menggeliatkan tubuhnya. Seperti lelaki yang baru selesai buang air kecil. Aku pun mendekatinya, karena sejak tadi gestur tubuhnya sedikit aneh.

"Gam.. Lu kenapa?" Tanyaku sambil menepuk pundaknya.

Akhirnya Agam mengangkat kepalanya. Ia menatapku, dan mata kami pun bertemu. Ku lihat, mata hitam kecoklatan Agam tiba-tiba saja berubah menghijau. Putih matanya pun kian memerahkan urat-uratnya.

Ia menatapku, tidak.. itu lebih tepat di bilang sedang melotot ke arahku. Aku langsung tersentak dan melepaskan tanganku di pundaknya. Aku terkejut. Tiba-tiba saja aku merasa bulu kudukku berdiri.

la langsung menyeringai ketika melihat respon dan wajah ketakutanku. Aku pun memundurkan langkahku menjauh darinya.

"Max.. itu.. itu Agam kah?" Tanya Ciko dengan suara yang kian gemetar. Ku rasa tidak hanya aku yang sedang merasakan sensasi menakutkan dari tatapan Agam, tapi Ciko dan yang lainnya juga, semua orang yang sedang berada di dalam ruangan ini.

【 COPY K.U.N 】ADGAMWhere stories live. Discover now