𓊈13𓊉 Kun OTW Weekend

8 2 0
                                    

Jam pelajaran di mulai setelah itu. Semuanya berjalan seperti biasa, dan lagi-lagi Kun menggunakan kepala Randy sebagai tempat duduknya. Berkat perkataan Kun tadi, selama pelajaran, sesekali aku menoleh ke arah Dara. Apakah perempuan itu melihat ku atau tidak.

Ia duduk sejajar denganku. Aku pada barisan pertama bangku paling belakang dekat jendela, ia pada barisan ke empat dekat pintu masuk, tapi duduk paling belakang juga.

Saat aku menoleh, ia segera merunduk, terkadang menoleh ke arah lain. Ia bersikeras untuk menghindari tatapanku. Entah kenapa.

Aku yang jarang melihatnya pun kini menyadari, kalau dia cantik juga. Matanya berbinar dan pupilnya besar. Rambutnya tergerai lurus, ia biarkan salah satu rambut menutupi kupingnya, dan yang satunya memperlihatkan telinganya.

Bentuk wajahnya mungil, begitu juga dengan bibir dan hidungnya. Kulitnya putih kemerahan, rambutnya hitam namun agak kecoklatan di beberapa bagian. Kenapa juga warna rambutnya tidak rata begitu?

"Papan tulis sudah pindah, ya?" Ucap Kun hingga membuatku mengalihkan pandanganku dari Dara.

"Apa pelajarannya, ada di wajah Dara?"

"Apasih!" gumamku mendengus hanya sekedar bisik.

"Hm, Dara barusan ngomong dalam hati.." Aku langsung terkesiap, dan segera menatap Kun.

"Ngomong apa?"

"Ngapain sih, dia ngeliat gue dari tadi?" Jawab Kun meniru perkataan Dara. Logat yang dia sampaikan jadi berbeda dari logat yang biasa ia gunakan.

"Dia gak suka kamu lihat!" Ucap Kun memperjelas.

Aku tersenyum mendengarnya. Gila!! Dia gak suka aku lihat? Padahal rata-rata perempuan lain malah cari perhatian padaku. Mungkin dia salah satu perempuan aneh yang ada di bumi ini.

***

Setelah menyatat cukup panjang, hingga buku ku penuh dengan tulisan dari penjelasan yang ku dengar mengenai materi pelajaran, bel istirahat pun berbunyi. Aku tak lantas bercengkrama atau berbasa-basi pada teman sekelasku, aku segera pergi ke mushola, karena sekarang sudah masuk waktu dzuhur. Kun terbang mengikutiku tanpa bertanya. Apa dia bisa pergi ke mushola?

Namun seraya berjalan sambil menatapnya, beberapa kali aku melihat raut marah dari wajah Kun saat aku melewati beberapa orang. Apakah mereka sedang membicarakan hal buruk padaku di dalam hati? Lalu Kun mendengarnya?

Hm, sepertinya iya.

Saat aku hampir sampai ke mushola, aku mulai mengajak Kun bicara. Sepertinya tidak ada siapa-siapa lagi disini. Wajar saja, mushola selalu sepi, apa lagi jalan menuju mushola, sangat jarang di lewati siswa dan siswi di sini.

"Kun."

"Hn?"

"Ada yang ngomongin gue?"

"Kamu tahu?" Tanyanya takjub.

Ternyata benar kan. Pantas saja Kun sejak tadi kelihatan kesal. Padahal aku yang di gosipkan, tapi ia ikut kesal ketika orang berkata buruk padaku. Sepertinya Kun adalah sahabat yang baik.

"Kelietan kok dari muka lu."

"Muka saya?" Ucapnya sambil menyentuh wajahnya sendiri. Aku hanya menggeleng sambil tersenyum tipis.

"Kamu mau kemana sih?" Tanyanya sambil menurunkan tangan dari wajahnya. Ia menatapku datar.

"Mau shalat!" Ia langsung terhenti. Matanya sedikit membelalak dan kelihatan panik.

"Hah?! Shalat? Menyembah Allah?" Aku mengernyit.

"Iya, kenapa?"

"Saya bisa terbakar kalau kamu lakuin itu!" Ucapnya kalang kabut, sambil terbang ke kanan dan ke kiri. 1

【 COPY K.U.N 】ADGAMWhere stories live. Discover now