𓊈15𓊉 Besok Senin

8 2 0
                                    

Aku mematung tepat setelah kami sampai pada lantai utama dan pintu lift pun terbuka. Aku terdiam, menyerna perkataan Kun barusan.

Dia bilang kalau ada bau ayah, tepat saat wanita yang sebaya dengan ibuku keluar, baunya pun memudar. Orang yang berada di dalam lift ini tidak banyak, hanya ada beberapa. Dua di antaranya adalah sepasang kekasih yang sebaya denganku.

Entah kenapa, dari umurnya, kemungkinan besar wanita tadi adalah teman ayahku. Aku tidak mau berburuk sangka dengan menghakimi kalau dia adalah selingkuhan ayahku. Karena aku paling tahu.. Ayahku bukanlah orang yang seperti itu.

Yang jelas, mereka sudah dewasa, bahkan tua untuk mengikuti hawa nafsu yang mereka sembunyikan di balik nama cinta. Aku tak perduli hubungan mereka, tapi jelas kalau ini serius, mereka akan menyakiti ibuku.

Dan keperdulianku berikutnya adalah, untuk apa teman ayahku ini mengikutiku? Apa yang dia mau? Bahkan beberapa kali aku memergoki ia sengaja berada di dekatku. Dari mana dia memulainya?? Dari rumahku? Ya, sepertinya dari rumahku. Kalau tidak, dari mana dia tahu kalau aku akan keluar bersama Kun. Ke bioskop. Lalu naik lift setelah menunggu lama saat filmnya habis.

"Gam!!" Seru Kun padaku. Tentu suaranya membuatku terkejut. Seketika lamunanku membuyar. Aku mengerjap dan menatapnya.

"Pintunya tertutup lagi!" Ucapnya.

Aku pun menatap lurus ke hadapanku. Ku lihat pintunya kembali tertutup. Tidak ada lagi orang lain di dalam lift ini kecuali aku dan sesosok hantu. Aku mengernyit, sambil menekan tombol ke lantai bawah berulang-ulang.

"Kenapa gak bilang sih, kalau pintunya udah kebuka? Kita kan turun di lantai utama, tadi udah sampe!" Keluhku kesal.

"Salah kamu! Kamu melamun!"

"Terus siapa yang tekan lantai dua?"

"Saya."

"Ck!" Aku mendecakkan lidah, dan menjauh dari tombol lift.

"Saya kira kamu suka naik pintu ini seperti saya!!"

"Kan ajaib! Masuknya di mana, keluarnya di tempat lain!" Gumamnya berbinar-binar saking senangnya.

"Yaudah lah.." desahku mengalah.

***

*Author POV

Wanita yang habis menabrak Agam di meja tiket nampak tersandar di dinding. Ia berusaha mengatur napasnya yang kian cepat dan menderu. Ia meletakkan satu tangan ke dadanya. Mendongakkan kepalanya ke atas, sambil menghela napas beberapa kali.

"Dia ngeliat aku?" Gumamnya dalam hati. Wajahnya kian memerah, entah karena merasa panas atau merasa was-was.

"Dia!! Gak salah lagi!!"

"Aku udah ngikutin dia beberapa minggu, dan dugaanku bener."

"Memang dia!!"

Jantungnya berdegup kencang. Bahkan ia berdebar untuk hal yang tak ia ketahui. Atau itu memang hal yang telah ia duga kebenarannya.

"Gimana.. Apa aku ketahuan?!" Gumamnya lagi.

Ting!!!

Suara pintu lift terbuka. Seseorang berdiri lurus memandang ke arah wanita yang kepayahan bernapas ini. Wanita ini ternganga, namun ia enggan beranjak.

Kedua matanya terbelalak, terlebih ketika melihat pemuda yang berada di dalam lift keluar dari dalam sana. Ia mematung, rasanya ia benar-benar ingin lari dari ruangan ini.

"Anak itu? Balik lagi?" Gumamnya dalam hati.

"Aku harus ngapain?" Lanjutnya panik.

Pemuda berparas tampan dan bermata indah itu menatap dengan dingin. Ia berjalan perlahan, melangkahkan kakinya dengan berat, tapi langkah lambatnya itu begitu cepat bagi wanita yang ketakutan ini.

【 COPY K.U.N 】ADGAMWhere stories live. Discover now