𓊈42𓊉 Persiapan

3 1 0
                                    

*Rara POV

Perasaanku makin tak enak. Entah kenapa aku begitu yakin kalau dia bukanlah manusia. Aku masuk sendirian ke dalam sini, dan tak mungkin aku tidak menyadari saat dia masuk ke dalam meskipun aku begitu sibuk.

Dengan hati-hati, aku melangkahkan kaki beranjak dari kursiku. Aku memperhatikannya dengan seksama. Pundaknya naik turun karena menangis, dan terkadang ia tertawa.

Saat sibuk memperhatikannya, aku tak menyadari kalau kakiku tersangkut kabel dan terjatuh dengan dua telapak tangan dan lutut yang mendarat terlebih dahulu.

Aku meringis sambil segera beranjak. Menepuk kedua tangan dan lututku, lalu kembali menoleh ke gadis tadi. Namun aku terkesiap, ketika tak ku dapati seorang pun di dalam ruangan ini. Kemana dia pergi? Aku menoleh ke sekeliling. Perempuan itu menghilang?

Dadaku seketika memanas. Aku menenggak ludah sambil berjalan cepat menuju pintu dan masih memperhatikan tiap bangku yang ada di dalam. Dia benar-benar menghilang. Jadi.. dia bukanlah manusia. Tapi... hantu??

Aku ketakutan setengah mati saat menyadari itu. Ketika aku hendak berlari, tiba-tiba komputer utama yang ku mainkan tadi menyala. Terdengar suara gemerisik dari speaker, apakah ada yang melakukan sesuatu?

Langkahku terhenti ketika menatap layar infocus besar di depan menyala. Menampakkan suasana sekolah ini pada orde lama.

"Siapa yang nyalain?" Gumamku setengah berbisik sambil menengadah ke atas.

Denting suara piano dan alat musik indah yang tak ku mengerti menjadi backsound video tersebut. Aku terdiam, apa ini ulah teman-teman yang mengisengiku??

Saat perasaan tenang menyelimuti hatiku, tiba-tiba infocus tersebut mati. Aku terkesiap, terlebih ketika melihat tirai lipat mulai bergerak-gerak.

Aku mundur perlahan, dan seketika tubuhku terperanjat ketika mendengar dentuman salah satu kursi yang menghantam lantai. Jantungku berdenyut panjang, dan seketika seluruh tubuhku menjadi dingin bak sedang demam. Tirai tadi bergerak semakin cepat bak ditiup angin kencang dari luar.

Semilir angin dingin menggerogoti tubuhku. Aku bergetar dan ketakutan bukan main. Aku ingin berlari namun tiba-tiba saja kakiku kesemutan, mungkin karena terlalu lama duduk di kursi.

Aku memaksa berlari, ketika mendengar suara langkah kaki dari ujung ruangan menuju ke arahku. Keringat deras mengucur, dan seluruh tubuhku terasa kebas saking gugupnya aku. Napasku kian terengah, dan aku berkeringat dengan suhu tubuh sedingin ini.

Aku berjalan bak seorang robot yang tak memiliki engsel di lutut. Bibirku menggeletak dan mataku mengawasi tiap ruang. Aku merasa mendengar suara tawa yang sayup-sayup, seolah senang melihat penderitaan dan rasa takutku. Air mataku tanpa sadar mengalir, bahkan aku tak memerintahkannya sama sekali.

Ketika hampir sampai menuju pintu yang terbuka, tiba-tiba saja pintu itu tertutup. Aku terperanjat kaget mendengar suara dentumannya. Jantungku berdetak tak wajar, dan rasanya aku ingin mati saja agar terbebas dari rasa takut ini. Napasku terengah, dan ku rasa asmaku akan kambuh sebentar lagi. Ku gapai gagang pintu dengan tubuh yang bergetar hebat. Ku tarik berulang kali, namun sepertinya ada yang mengunciku.

Aku sangat panik dan memukul-mukul pintu sambil berteriak ketakutan. Bibirku menggeletak hebat hingga gigi atas dan bawahku saling terpantuk.

"Tolong!! Siapa aja yang denger gue.. bukain!! Gue kekunci!!" Pekikku dengan sekuat tenaga. Jantungku berdegup tak beraturan. Aku melompat-lompat di tempat saking paniknya. Berkali-kali menggedor pintunya, namun aku yakin tak akan ada yang mendengarnya.

"Toloong akuu~" Gumam suara perempuan yang ku rasa semakin mendekatiku walaupu terdengar begitu halus. Aku panik bukan main. Tubuhku tak bertenaga untuk berteriak dan menggedor pintu lebih kuat lagi.

【 COPY K.U.N 】ADGAMWhere stories live. Discover now