𓊈20𓊉 Maxim Beraksi

8 3 2
                                    

*Author Pov

Maxim mengernyitkan dahi hingga kedua matanya menyipit. Ia mendekat dan menjauhkan kertas di tangannya beberapa kali. Berusaha kembali menilik tulisan kacau bak cakar ayam tersebut.

"Apa-apan kertas ini??" Ia mengerutkan dahinya lagi.

"Apa punya Gino?? Tapi.. kok cakar ayam banget sih tulisannya?" Keluh Max yang menggerutu sendiri.

"Tapi kalau di liat-liat lagi..." Ia kembali fokus pada kertas, membuat matanya menyipit.

"......"

"...Tulisannya mirip A... G... A... Μ...?"

"Agam?" Sentak Maxim setelah selesai mengejanya. Ia mengernyit bingung beberapa kali dengan mulut yang ternganga. Melemparkan pandangannya ke atas, lalu kembali menatap segumpal kertas yang kusut tersebut.

"Agam???" Ulangnya. Ia menelengkan kepalanya sesaat, menatap lurus ke arah pintu dan berpikir keras. Maxim pun meringis meski tak merasakan sakit.

"Kenapa Gino ngantongin tulisan dengan nama Agam?"

"Dan lagi, tulisannya jelek banget."

"Ini sih bukan tulisan anak SMA.. lebih ke tulisan bocah atau..." Maxim kembali menatap ke atas kertas yang berada di tangannya tersebut.

"Kenapa gue mikir ini Agam ya?? Kalau di liat-liat lagi, di atas huruf G, ada tangkai panjang.."

"...Apa, huruf D??"

"Jadi, bisa juga di baca Adam?" Ia termenung sesaat. Menyerna spekulasinya sendiri.

"Aargh!! Kok gue sibuk mikirin ini sih?" Keluh Maxim pada dirinya sendiri. Ia mengepalkan kertas itu hingga berbentuk bola dan memasukkan ke dalam saku celananya.

Kini perhatian Maxim terarah pada Agam yang sedang tak sadarkan diri. Lantas ia mengangkat tubuh Agam dari atas lantai kotor dan meletakkan lengan Agam mengalungi leher dan pundaknya.

Ia mulai berdiri seraya menyeimbangkan tubuhnya yang kini harus menanggung berat badan Agam. Ia berjalan perlahan memapah Agam, membiarkan kaki Agam terseret di atas lantai.

"Sial*n!! Harusnya si Gino bantuin juga! Tapi apa yang gue harepin sih.. Dia kan babak belur juga di bantai Agam!" Gumam Maxim sambil menyeret tubuh Agam dan membawanya keluar toilet.

"Coba aja kalau ada Ciko, pasti dia bisa bantuin gue bawa Agam kayak kemarin." Gerutunya lagi.

"Nih orang berat juga ya?!" Keluh Max seolah tak ada habis-habisnya sambil menyelis sekelabat ke arah Agam yang sedang memejamkan matanya. Max nampak kesulitan, namun dari kejauhan, ada seseorang yang menatapnya tak berkedip. Ia berjalan gontai menghampiri Maxim.

"Mau gue bantu Max?" Tanya seseorang yang membuat Maxim menengadah, menatap asal suara yang benar-benar ia kenal.

"Ciko?!" Serunya tak percaya.

"Elu udah sadar?" Ciko mengangguk sambil tersenyum lebar. Ia menggarukkan kepalanya yang tidak gatal.

"Iya hehee, gue gak nyangka bakal kesurupan juga." Maxim mendengus mendengar ucapannya. Jelas saja dia kesurupan, dia kan sasaran empuk para setan. Dia benar-benar menanamkan sikap penakut pada dirinya.

"Kok lu bisa sadar? Padahal tadi kayaknya lu susah banget di sadarin?"

"Iya Max, gue juga gak inget sih.. tapi pas gue bangun, gue liat ada pak ustad. Dia juga udah ngeluarin beberapa setan di badan temen-temen kita yang lain." Maxim menghela napas lega. Bak sudah terlepas dari jerat yang membelenggunya.

"Syukurlah!! Gue dari tadi nungguin pak ustad dateng, tapi lama banget sampenya. Alhamdulillah sih kalau dia udah dateng."

"Ngomong-ngomong..." Ciko mengalihkan pandangannya pada tubuh tak berdaya yang sedang di papah Maxim.

【 COPY K.U.N 】ADGAMWhere stories live. Discover now