𓊈48𓊉 Dia?

3 2 0
                                    

Aku terdiam membiarkan pandangan beberapa mata yang sejurus menatap lekat ke arahku. Bahkan mereka sampai menghentikan langkah dan obrolan mereka hanya untuk terfokus kepadaku.

Suasana di depan kelas X4 senyap seketika. Bahkan aku tak cuma dapat merasakan hembusan angin kencang, namun juga bisa mendengarkan suara desirannya.

Aku menghela napas sambil mengerjap. Kenapa juga aku selalu jadi pusat perhatian di manapun aku berada, bahkan meskipun aku tak pernah melakukan apa-apa.

Rara dan Dara terdiam dengan raut wajah bingung sambil terus menatapku. Mungkin benar apa kata Kun, mereka bingung aku sedang memanggil siapa. Di akhir kalimat, nama mereka berdua terdengar sama.

Aku yang sempat menghentikan kakiku di tempat, kini mulai melangkah dan berjalan perlahan ke arah mereka. Aku mulai bisa mendengarkan bisikkan orang-orang di sekitarku meskipun tidak begitu jelas.

Pandanganku sejurus pada Rara, karena memang aku ada perlu padanya. Dara yang masih terpaku dengan tangan yang menggenggam dua tali ransel yang ia kenakan mulai mengerjap. Mungkin ia tahu kalau aku tak membutuhkannya.

"Ra.. nanti jadi kan?" Tanyaku sambil berhenti tepat di hadapan Rara. Sengaja membuat kalimat yang menggantung seperti itu agar tak ada yang tahu apa maksud dan tujuanku. Termasuk beberapa pasang telinga yang sengaja menguping pembicaraan kami dan kuping tersebut juga termasuk milik Kun.

Rara mengangguk. Paham agaknya. Memang itu yang ku mau. Cuma ia yang boleh tau apa niatku. Walaupun mungkin, orang-orang malah akan berpikiran hal yang tidak-tidak. Tapi aku benar-benar tak perduli dengan hal itu. Lagi pula nanti Kun juga akan tau apa keperluanku pada Rara, meski tak akan tahu apa tujuanku yang sebenarnya.

"Jadi dong, Gam.." Balas Rara sambil tersenyum dengan wajah yang berbinar. Aku jadi ikut tersenyum saking manisnya dia.

"Jadi apa sih?? Jadian ya??" Tanya Kun penasaran hingga membuat Dara tiba-tiba saja berbalik dan hendak pergi dari hadapan kami. Mungkin karena ia tahu, kalau ia tak di butuhkan di sini.

"Nanti selesai jum'at k-" Rara menghentikan ucapannya ketika melihatku menarik lengan Dara untuk menghentikannya yang hendak pergi dari hadapan kami.

Rara lantas terkesiap dan menatap ke arah genggamanku. Begitu juga dengan Dara, ku rasa ia tersentak ketika kulit tanganku bersentuhan dengan kulit tangannya yang terasa lembut.

Kun tersenyum puas menyaksikannya. Dara langsung menoleh ke arahku dan menatap sejurus ke arah genggamanku padanya. Ia kembali menengadah hanya untuk memandangi wajahku. Terang saja ia mendongak. Tinggiku 178cm sementara ia, sepertinya sekitar 155cm. Mungil sekali memang.

Aku tak lantas membalas tatapan Dara yang sedang memandangku dengan dahi yang mengerut.

"Iya, selesai jum'at. Nanti gue temenin kalau perlu." Balasku pada Rara. Raut wajah Rara nampak heran. Aku dapat melihat beberapa kerutan di dahi yang sengaja ia buat. Apa mungkin ia risih karena aku tak membiarkan Dara pergi dari hadapan kami?

Kini pandanganku teralih pada Dara yang nampak meringis. Apa genggamanku terlalu kuat padanya? Ia memberontak terus sih. Heran!

"Lepasin!!" Keluhnya sambil berusaha membuka jari-jari tanganku dengan satu tangannya yang terbebas.

"Sakit Pe'ak!!" Sentak Dara hingga membuat Rara tercekat. Ya, selain Iren, cuma anak ini yang berani menyebutku seperti itu.

"Nih." Ucapku sambil menyodorkan botol minumannya dari tangan kiriku - tangan kanan menggenggam lengan Dara - sambil menatap lekat ke arahnya. Dara yang sempat memberontak langsung mematung seketika.

Dara terdiam sambil menatap botol minuman yang kini ku sodorkan begitu dekat ke hadapan wajahnya. la sedikit menjuling dan memundurkan kepalanya.

"Ketinggalan di kelas!" Singkatku sambil melepaskan botol tersebut ke dalam pelukannya. Buru-buru ia menangkapnya agar tak terjatuh ke atas lantai.

【 COPY K.U.N 】ADGAMحيث تعيش القصص. اكتشف الآن