𓊈52𓊉 Kiai

5 2 0
                                    

Lengkingan suara Kun tak hanya menggema di seluruh ruang, tapi juga menggema di telinga dan juga otakku. Aku meringis kesakitan ketika telingaku mulai berdengung, namun ia tak kunjung menghentikan tertawaannya yang tak lucu tapi malah menyeramkan bagiku.

Tubuhku masih lemas dan gemang. Di tambah ulahnya ini semakin membuatku ciut dan meremangkan bulu-bulu tanganku.

Ia lantas terdiam, dan aku tak tau apa yang membuatnya terhenti sebegitu tiba-tibanya. Aku mengerjap dan terkadang mengedip, berusaha mencari raut wajah yang ia tampakkan kini.

Ia memuntal ujung celana pendeknya seraya tertunduk sambil melirikku dari balik bulu matanya. Ia mengawasiku nampaknya.

"Agam ketakutan." Gumamnya sambil kembali mengalihkan pandangannya dariku. Itu seolah menjawab, kenapa ia tiba-tiba berhenti dari tertawaannya itu.

Entah kenapa, ia bersikeras untuk tak membuatku takut dengan sikap hantunya, meskipun ia seringkali mengejutkanku, tapi ia paham betul, kapan aku hanya terkejut dan kapan aku benar-benar merasa takut.

Aku mendesah napas berat sambil tertunduk. Ku angkat satu kakiku ke atas kasur, dan ku gunakan itu sebagai penopang sikutku, karena kini aku sedang menahan kepalaku yang sedikit berputar.

"Biasanya semua mantra, akan berhasil setelah pengucapan ketiga kali.." Aku membuka mataku yang sempat terpejam, dan mengangkat kepala yang sempat ku tundukkan, tak kala mendengar Kun mulai menjelaskan.

"Saya mendengarnya juga.. kamu membaca satu kali, lalu ratusan jenis kami datang dan berkumpul memenuhi ruangan dan rumah ini." Aku bergidik ketika ia menyatakan itu. Selepasku membaca mantra tersebut, ternyata perasaanku itu benar, bahwa memang ada banyak makhluk tak kasat mata di dalam kamarku, dan jumlah itu lebih banyak dari dugaanku.

Beruntungnya aku tak dapat melihat mereka, kalau bisa.. mungkin aku akan kencing di celana saking ketakutannya. Ku akui, seorang anak yang memiliki kemampuan indigo itu sangat luar biasa. Bukankah setiap hari, mereka bisa melihat sesuatu yang menyeramkan begitu..

"Kamu tahu, manusia seperti kamu yang membuat kami merasa tertarik." Aku mengernyit lalu menyelis sekilas ke arah Kun. Apa maksud dari ucapannya itu?

"Satu panggilanmu, membuat kami semua datang. Menyenangkan kan kalau kami bisa berpesta denganmu di dalam sini! Dan lagi, baumu itu... Enak sekali!! Jadi mau memakan darahmu." Ucap Kun sambil menyeringai. Si*alnya, ucapan dan mimik wajahnya itu membuatku merasakan rasa panas di ulu hatiku meskipun hanya sekejap.

"Gue gak akan baca kalau seandainya lu gak nulis sesuatu di samping kanvas." Balasku ketus hingga membuat Kun menatap sigap ke arahku.

"Oh, saya tak meminta kamu membaca dan melihat kanvas saya."

"Itu kanvas gue, tapi lu colong!"

"Sekarang, milik kamu.. adalah milik saya juga." Aku terkesiap dan menatap sinis ke arahnya. Sejak kapan ia punya pikiran seperti itu? Dan nampaknya hantu ini cukup pintar dalam membaca raut wajah tak suka milikku.

"Kita kan tuan dan senjata. Saya melindungi kamu, masa' kamu masih perhitungan pada saya?" Aku menghela napas mengalah. Itu ada benarnya sih. Tapi ia terdengar pamrih. Huh!

"Terus ngapain lu gambarin gue di kanvas?" Ia terdiam sejenak, sambil mendoerkan bibirnya.

"Gambarlah apa yang kamu lihat, bukan apa yang kamu bayangkan." Aku tersentak atas ucapannya. Apa maksud dari perkataannya itu?

"Maksud lu, lu liat gue bunuh orang gitu? Kapan?! Gue gak pernah ngerasa bunuh orang. Bahkan, di dalam mimpi pun gue gak pernah ngelakuinnya!!" Jawabku panik dan tak percaya. Aku bertanya seraya mendesaknya.

【 COPY K.U.N 】ADGAMWhere stories live. Discover now