𓊈9𓊉 Pertukaran Ludah

8 2 5
                                    

Pemandangan rumahku tampak hening dari luar. Ku dengar suara ibu-ibu yang bergosip sambil berbelanja sayur di sekitar halaman luar rumahku seperti hari-hari biasanya. Tukang sayur suka sekali berhenti dan mangkal di depan rumahku. Aku yang tengah memandang ke arah luar jendela pun menatap kembali penampakkan yang ada di hadapanku.

"Mau tidak?" Tanyanya lagi.

"Jelaskan." Singkatku. Aku juga penasaran dengan tuan dan senjata yang ia maksud.

"Hn.. kamu tahu kan apa itu benda keramat?" Aku mengangguk.

"Benda keramat itu, adalah benda yang memiliki penunggunya."

"Biasa di bilang orang-orang sebagai benda yang angker..." Kun menoleh ke arah luar jendela. Mungkin karena sejak tadi aku memandang ke sana.

"Dan gudang itu adalah tempat saya di bunuh.. jadi tempat itu juga menjadi angker. Karena saya lah penunggunya." lanjutnya.

"Angker apanya? Penunggunya gak serem sama sekali." Gumamku dalam hati. Ia mulai berdiri dan melayang ke arah jendela.

"Tempat angker itu adalah kediaman saya, jadi ketika ada orang lain masuk, saya akan merasa terganggu.. sama hal nya juga dengan para manusia. Jika ada tamu yang datang dan berbuat seenaknya, kalian juga pasti akan merasa terganggu kan?" Aku mengangguk, karena perkataannya itu benar.

"Saya ingat, waktu itu kamu datang sendiri, jam dua belas malam. Awalnya mau saya bunuh, tapi saya ingin lihat apa yang kamu lakukan." Aku menenggak ludah mendengarnya. Jadi dia ini akan membunuh siapa saja yang mengganggunya ya? Beruntungnya aku, dia tidak bisa membunuhku. Entah itu benar atau tidak, setidaknya dia tak membunuh atau mencoba menyerangku ketika pertama kali bertemu.

"Saya lihat kamu menandatangani lukisan saya

dengan tinta darah, lalu kamu juga bersiul dengan lagu yang biasa saya siulkan semasa hidup dulu. Lagu wajib nasional 'syukur'. Kebetulan sekali, cuma itu lagu yang saya suka dan saya tahu." Aku mengernyit. Aku memang bersiul lagu itu, karena cuma lagu itu yang tiba-tiba terlintas di pikiranku. Tak ada yang khusus. Apa siulan itu juga yang menyelamatkanku?

"Saya pikir kamu mengerti saya. Lalu saya biarkan kamu menandatanganinya. Saya ingin lihat apa lagi yang kamu inginkan."

"Besoknya kamu datang lagi, saya pikir kamu mau mengambil saya.. karena kamu sudah mengadakan perjanjian tertulis dengan saya. Tapi ternyata, kamu membawa banyak orang.. tertawa dan berisik.. saya terganggu.. saya masuk ke badan kamu, tentunya untuk membunuhmu.. Kamu lancang dan kurang ajar!!" Geramnya. Aku bergidik mendengarnya, namun Kun tiba-tiba saja terdiam.

"Tapi tidak bisa." Lanjutnya lemas.

"Saya tiba-tiba saja bisa keluar dan menempel padamu. Selama enam belas tahun saya terkunci dan terbelenggu. Ketika saya terlepas, saya ikuti kamu sampai pulang ke rumah."

"Jadi kamu tuan saya. Kamu telah mengadakan perjanjian dengan saya. Saya bisa ikut kamu kemana pun." Terangnya sambil berbalik menatapku.

"Kamu bisa gunakan kekuatan saya..."

"Tapi dengan satu syarat." Aku tertegun mendengarnya. Lambat-lambat ku kernyitkan alis hingga bertautan.

"Syarat apa?"

".... Kita,

Harus menyatu." Aku terperangah mendengarnya. Kedua mataku terbelalak dan terbuka lebar. Aku kaget bukan kepalang.

"Apa maksudnya itu?"

"Me.. menyatu apanya?" Aku memundurkan langkahku darinya.

"Jangan-jangan.. lu ini beneran jelmaan Lucinta luna." Ia mengernyit bingung.

【 COPY K.U.N 】ADGAMWhere stories live. Discover now