𓊈46𓊉 Keterkaitan?

7 1 0
                                    

Apakah ini datanya??

Perasaanku bergejolak, dan kedua tanganku terasa bergetar tak kala membuka sebuah kotak masuk di ponselku. Aku benar-benar tak sabar lagi ingin membacanya. Namun tiba-tiba saja aku mengernyit ketika Rara tak mengirimkan dokumen tersebut ke gmail seperti sebelumnya, melainkan hanya mengirimkannya ke WA.

Aku sedikit meringis sambil menatap ponselku. Instingku mengatakan kalau ini bukanlah dokumen yang ku mau.

Ketika aku mengetuk layar untuk menampilkan pesannya, Kun muncul mendadak di hadapanku dengan posisi kaki di atas dan kepala di bawah. Baju besarnya melorot, menumpuk di antara lehernya. Menampakkan perut putihnya yang masih memerah akibat bekas luka sabetan ekor buaya putih di pantai benteng Toboali kemarin.

Ia menatap datar ke wajahku ketika tubuhku tersentak, membuat ponsel yang ku pegang dengan tangan yang kian gemetar terlepas dari genggamanku.

Prak!!

Suara hantaman ponselku ketika bertabrakkan dengan lantai.

"Agam kaget ya? Kihihihiii...." Ia terkikik, dan seperti biasa.. suara itu selalu membuatku merinding meskipun telah mendengarnya berulang kali.

Aku menghela napas panjang sambil menggeleng pelan seraya menunduk dan memungut ponselku yang terhempas ke atas lantai.

Ku tatap lekat ke layar ponsel. Memeriksa apakah ada retakan atau kerusakan akibat hantaman tadi. Cukup keras sih, dan aku tak mau membuang uang hanya untuk memperbaikinya.

"Kenapa ponselnya di buang?" Tanya Kun belagak polos hingga membuatku menyelis menatapnya bak kilat. Aku tahu ia sedang berusaha menahan senyum jahilnya agar tak keluar di hadapanku.

"Buang embah lu kuntilanak!! Ini jatoh!!" Seruku ketus sambil menghentakkan ponsel di genggamanku ke hadapannya, hingga membuat Kun menggelengkan kepala sambil mendecakkan lidahnya.

"Tidak sopan ya kamu!! Saya ini sudah tiga puluh dua tahun!!"

"Bod* amat!!" Aku mendengus napas kasar sambil kembali menyalakan ponselku yang sempat mati karena terhempas tadi.

Dari arah belakang tubuhku, aku mendengar suara gerekkan pagar besi. Kedengarannya suara itu berasal dari depan rumah. Sepertinya ayah sudah pulang, dan aku harus kembali ke kamar sebelum ia melihatku sedang berdiri di sini. Pasti dia akan curiga karena aku berdiri di dekat ruang kerjanya. Karena biasanya, aku lebih sering masuk ke ruang kerja ibu untuk mengambil pena atau tipX ku yang menghilang di curi teman sekelas. Jarang sekali aku masuk ke ruangannya.

"Gam.. kenapa kabur?? Apa ada hantu??" Gumam Kun panik sambil menyusulku yang tengah berlari menjauhinya. Dia seolah sedang menyaingi lariku yang tunggang langgang. Ia ikut terbang sembarang bagaikan lalat yang lari dari kejaran cicak yang ingin memangsanya.

Padahal satu-satunya hantu di ruangan ini adalah dia sendiri. Kenapa juga dia ikut-ikutan lari? Memangnya dia juga takut pada hantu?? Apa dia merasa dirinya malaikat, dan bukan hantu? Memang terkadang ia suka tak sadar diri!!

Bak setan kesurupan setan - Gimana ceritanya nih? Kun menyusulku dan terbang bak kilat di depanku. Kenapa juga dia takut? Apa karena melihatku lari, dia jadi ikutan lari? Padahal ia tak tahu apa yang ku maksud.

Aku berlari sambil kebingungan sementara Kun terbang bak layangan putus. Kami bersama berlomba menuju pintu kamar. Ia yang sampai terlebih dahulu ke kamarku ternyata masuk dengan cara membukakan pintu. Aneh juga sih, tidak biasanya. Biasanya kan ia akan menembus dinding untuk mempermudahnya sampai ke dalam ruangan.

Kali ini ia menggunakan pintu. Apakah karena ia juga sedang memikirkanku yang berlari di belakangnya, jadi.. untuk mempermudahku, ia membantuku membuka pintu dan mempersilahkan aku masuk sebelum menutupnya.

【 COPY K.U.N 】ADGAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang