🥀MDW-Epilog🥀

1K 25 16
                                    

"Gave, sadarlah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Gave, sadarlah ... sadar Gave, ayo bangun."

Terdengar suara panggilan yang begitu pelan yang menggema di telinga Gave. Suara tersebut makin lama makin terdengar jelas, sontak saja ia langsung membuka mata. Beberapa kali dirinya mengerjapkan kedua mata saat pandangan masih buram. Setelah dirasa jernih, ia melihat jelas wajah kedua orang tuanya yang lagi berdiri disampingnya dengan ekspresi khawatir.

"Dimana ini?" Dahi Gave mengernyit bingung saat melihat ruangan yang bernuansa putih keseluruhan. Jelas, ini bukan kamarnya. Ia tampak terkejut saat melihat tangannya terdapat selang infus yang terpasang. Indra penciumannya menangkap bau obat-obatan yang menusuk.

Melihat Gave yang sudah sadar, membuat Fiona juga Daniel bernapas lega. Mereka berdua saling melempar senyum sesaat. Kemudian Fiona mengusap pelan lengan putranya.

"Kamu di rumah sakit. Kamu sudah pingsan hampir empat jam, kamu membuat kami khawatir, karena susah sekali menyadarkan kamu," ucap Fiona, sambil tersenyum tipis. Setelah melewati suasana penuh ketegangan tadi.

Gave dibuat semakin bingung. "Pingsan? Kapan aku pingsan?" tanyanya, masih belum mengerti apa yang sudah terjadi pada dirinya, karena setahunya ia sama sekali tidak merasa kehilangan kesadaran. Gave masih ingat dengan jelas bahwa ia ada di rumah, tepatnya di ruang makan. Tapi, tiba-tiba saja ia terbangun di rumah sakit. 

"Kamu mendadak pingsan saat papa ingin memberitahu keadaan Lily. Sekarang, Lily sudah sadar beberapa menit yang lalu. Dan asal kamu tahu, dia mencarimu. Kami memang sengaja tidak memberitahu dia bahwa kamu pingsan, karena kami tidak ingin membuat dia kepikiran," kata Daniel, menjawab keheranan putranya itu.

"Iya, awalnya Lily mengalami kritis sebentar. Beruntung, Tuhan menyelamatkan nyawanya," timpal Fiona, berhasil membuat Gave terdiam. Tercetak jelas raut wajah Gave seperti sedang mencerna perkataan mereka. 

Gave mengangkat sebelah alis, terus dengan cepat berkata, "Tunggu ... apa mungkin aku tadi bermimpi? Tapi, itu terlalu nyata kalau disebut hanya mimpi buruk." ucapnya, yang mengolah kedua orang tuanya mengernyitkan pelipis. 

"Maksud kamu?" tanya Daniel, penasaran.

"Jadi, Lily masih hidup?" Gave memandang kedua orang tuanya secara bergantian, menunggu jawaban mereka. Ada harapan besar di dalam diri Gave, ia merasa senang kalau dirinya memang bermimpi saja tadi. 

"Tentu saja istrimu masih hidup, Nak," ucap Fiona, sembari tersenyum lagi, yang disetujui oleh anggukan kepala dari Daniel. 

Tanpa pikir panjang, Gave mencabut selang infus di punggung tangannya. Ia langsung berlari keluar ruangan dengan perasaan lega, ia tiada henti mengucapkan kata 'terimakasih' kepada Tuhan, karena masih memberinya kesempatan untuk memperbaiki keadaan.

Kedua orang tua Gave sontak kaget, dan ikutan berlari menyusul putranya dengan cemas. Takut terjadi sesuatu hal, sebab kondisi Gave masih belum pulih sempurna. Namun, saat sedang mengejar, Fiona mendadak mengalami sakit perut dan ingin pergi ke toilet sesegera mungkin. Sialnya, ia tidak tahu letak dimana toilet berada di rumah sakit tersebut, spontan saja ia menarik lengan suaminya agar menunjukkan jalan ke toilet. Mau tidak mau, Daniel membantu mengarahkan jalan menuju toilet, meski masih menaruh rasa cemas.

My Doll Wife [End]✓Where stories live. Discover now