🥀MDW-Ribut Besar🥀

506 26 0
                                    

Lily lekas berlari ke arah toilet, segera ia tutup pintunya rapat-rapat

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Lily lekas berlari ke arah toilet, segera ia tutup pintunya rapat-rapat. Gadis itu terduduk lesu ke lantai, bersandar di tembok putih. Suara isakan tangisnya mulai terdengar pelan, betapa perih hatinya atas perlakuan kasar dari sang suami. Lily berusaha untuk bangkit berdiri, dilihatnya di kaca ada pemandangan wajahnya yang semrawutan. Rambutnya yang tergerai bagaikan habis diacak-acak segerombolan orang, kedua mata berwarna merah dan terlihat bengkak. Ujung hidung juga berwarna sama, darah yang keluar dari lubang hidungnya masih turun hingga mengenai bibir pucatnya.

Drasss

Keran air di wastafel ia putar, menghasilkan air yang jernih. Dibasuhnya segera darah yang keluar dari hidungnya, beberapa kali ia membasuhnya sampai benar-benar tidak keluar lagi. Setelah memastikan darahnya sudah tidak keluar lagi, segera ia mengambil tisu dan mengelapkannya, supaya tidak ada bekas air yang tersisa.

Sementara di luar, secara pelan Gave berjalan ke depan pintu toilet. Didekatkannya kuping ke depan pintu, barang kali mendengar suara Lily yang sedang bergumam di dalam sana. Namun yang didengar hanya suara air yang mengalir. Meskipun hubungan mereka tidak baik-baik saja, sebetulnya Gave ada merasa sedikit cemas, takut terjadi sesuatu yang tidak-tidak pada istri kecilnya itu.

"Pake acara mimisan segala, dia itu sebenarnya punya gejala sakit apasih? Bikin orang khawatir aja, ntar dia kenapa-kenapa ujung-ujungnya aku yang disalahkan. Ck, istri tidak berguna. Hah, sudahlah, ngapain juga mengurusi dia. Dia sudah dewasa, bisa jaga diri sendiri," gumam Gave, teramat pelan. Lekas ia menjauh dan membaringkan diri ke kasur. Menarik selimut sampai sedada, perlahan kedua matanya mulai menutup.

'Cklek!

Suara pintu terbuka, menampilkan Lily dengan wajah sendunya. Pertama yang ia lihat adalah suaminya yang nampak sudah tertidur lelap. Gadis itu membuang nafas panjang, ia menutup pintu tersebut secara pelan, agar tidak menimbulkan kebisingan yang dapat membangunkan suaminya. 'Padahal aku sudah berharap kalau dia khawatir denganku, tapi kenyataannya dia sama sekali tidak peduli. Disini, aku terlalu berlebihan, padahal sudah tahu akan bagaimana ujungnya,' batin Lily, sembari memijit pelan dahinya.

Kakinya melangkah menuju suaminya tertidur, untuk memastikan bahwa lelaki itu memang sudah tidur atau hanya berpura-pura tidur. Lily mengibaskan tangannya tepat dihadapan wajah Gave berulang kali, tapi tidak mendapatkan reaksi sedikitpun. Menyadari kalau suaminya benar-benar sudah tertidur, Lily hanya bisa menghela nafas beratnya. Karena pertengkaran mereka tadi masih melekat di hati gadis itu, untuk sekarang ia tidak mau satu ruangan dengan suaminya. Jadi ia memilih ingin tidur diluar saja, padahal bisa saja ia pulang, tapi ia sudah berjanji kepada ibu mertuanya untuk menemani Gave di rumah sakit sampai besok. Mau tidak mau Lily harus menepati janji itu, baru saja tangannya menggapai ganggang pintu, suara dering ponsel terdengar menggema dalam ruangan putih tersebut.

Spontan Lily menoleh ke belakang, suara dering telpon itu tidak lain berasal dari handphone sang suami. Lily tidak langsung menghampirinya, ia melirik ke arah Gave yang sama sekali nampak tidak bergeming dari tempatnya. Kedua matanya masih tertutup sempurna, suara bising memecahkan kesunyian malam itu sepertinya tidak berhasil membangunkan Gave yang sedang terlelap dalam mimpi. Lily masih menunggu hingga telpon tersebut mati dengan sendirinya, sebetulnya Lily penasaran siapakah kiranya seseorang yang sedang memanggil itu. Tapi urung ia lakukan untuk memecahkan rasa penasarannya, bisa saja saat ia mengecek orang yang sedang menelpon tersebut, suaminya menangkap basah dirinya. Maka sudah dipastikan pertengkaran akan berlanjut lagi.

Jujur saja Lily sudah capek dengan pertengkaran di antara mereka yang terus saja terjadi. Padahal perhara rumah tangga mereka belum sampai sebulan, tapi masalah terus berdatangan. Baik itu masalah kecil maupun masalah besar. Keributan di antara mereka juga tidak lain ialah Gave yang memulainya lebih dulu, dan Lily yang terpancing karenanya. Bagi gadis itu, ia sepertinya harus bisa ekstra sabar lagi menghadapi sang suami. Tidak mungkin baginya api di balas api. Mungkin lain kali ia tidak akan melawan ataupun menanggapi suaminya yang sedang mengoceh kasar kepada dirinya.

Lagi, Lily tidak jadi menggenggam knop pintu, lantaran suara dering panggilan masuk kembali terdengar. Suara panggilan tersebut masih saja menggema, tanpa diangkat oleh pemiliknya. Lily menjadi gelisah sendiri dibuatnya, bisa saja suara nyaring itu membuat penghuni kamar disebelahnya terganggu dari masa istirahatnya. Oleh karena itu Lily memberanikan diri untuk mengecek ponsel suaminya, ditundanya untuk membuka pintu. Sekarang ia mulai melangkahkan kakinya dan dalam hitungan beberapa detik ia sudah sampai di depan meja, dimana benda pipih itu berada.

Sebentar Lily menoleh ke arah sang suami yang sudah tertidur pulas, barulah ia melihat ke arah layar ponsel. Terpampang jelas nama Varel yang tengah memanggil itu. Keningnya mengernyit, berfikiran bahwa seseorang itu teman Gave. Ragu untuk mengangkatnya, Lily hanya diam saja sampai kedua kalinya panggilan itu mati.

'Tring!

Selang beberapa detik panggilan tak terjawab berakhir, satu pesan pun masuk dari si penelpon tadi. Lily kembali melihatnya, disitu terdapat pesan yang berisi: "Pak, saya sudah ada didepan. Karena saya nggak dibolehi masuk karena waktu kunjungan sudah habis, jadi saya titipkan makanannya ke Pak satpam."

"Makanan?" ucap Lily , disertai akan peilipis yang mengernyit heran.

"Bukannya Gave sudah makan tadi, buat apalagi dia nyuruh orang buat mengantarkan makanan?" tanyanya pada diri sendiri. Sebetulnya Lily ingin membangunkan suaminya, tapi tak mungkin baginya untuk melakukannya.

'Tok!

'Tok!

'Tok!

"Permisi, saya satpam, ingin mengantarkan makanan dari Mas Varel. Apa benar ini ruangan dari Pak Gave?"

"I-iya ...," jawab Lily, kemudian cepat-cepat berlari kecil menuju pintu. Segera dibukanya pintu tersebut, didapatinya seorang laki-laki berkumis tipis dengan memakai seragam satpam yang lengkap. Dimana ditangannya lagi memegang sebuah tote bag berwarna biru laut yang berisikan sekotak makanan berserta sebotol minuman air putih.

Senyum terbit di kedua sudut bibir satpam. "Maaf Mbak menganggu waktunya, ini saya hanya mengantarkan makanan dari Mas Varel. Sebelumnya ini memang betul ruangan Pak Gave?" tanyanya ramah, Lily hanya mengangguk kecil.

"Ini Mbak makanannya." Satpam bernama Beno tersebut menyerahkan tote bag itu kepada Lily, segera Lily menyambutnya.

"Terimakasih Pak."

"Iya, sama-sama." Habis berkata demikian, satpam itu beranjak pergi. Lily pun menutup pintu kembali, lalu medekati suaminya.

"Gave," panggilnya, namun tidak ada jawaban.

"Gave," ucapnya lagi. Berulang kali ia memanggil, tetapi tidak mendapatkan respon. Mau tidak mau Lily menggoyangkan tubuh suaminya agar bangun, dan ternyata caranya itu berhasil.

Gave beberapa kali mengedipkan kedua matanya, guna menyesuaikan cahaya. Ia memandang kesal ke arah istrinya yang sudah membangunkannya dari tidurnya yang nyenyak. "CK! APALAGI, GANGGU SAJA!" ketusnya.

"Maaf, tapi ini makananmu baru nyampe," balas Lily, sembari menunjukkan tote bag kepada suaminya. Gave pun menatap ke arah benda itu, terus berdecak pelan sebentar.

"Itu memang buatmu bodoh, sudahlah aku mau tidur. Jangan ganggu, awas saja kalau kau membangunkanku lagi!" ancamnya, kemudian berbalik badan, membelakangi Lily dan menarik selimutnya sampai leher. Tanpa tahu bahwa Lily tersenyum tipis karenanya. Hal sekecil ini saja sudah membuat suasana hati Lily membaik.

 Hal sekecil ini saja sudah membuat suasana hati Lily membaik

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Buat yang nunggu update, maaf ya slow banget baru bisa up. Habisnya di Rl banyak banget kesibukan :)

My Doll Wife [End]✓Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt