🥀MDW-Bertengkar🥀

529 28 1
                                    

"Gave!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gave!"

Bertepatan dengan terbukanya pintu, Livy sudah lebih dulu pergi, meski menahan sakit di kakinya, lantaran tanpa sengaja kakinya tadi mengenai pecahan pot bunga. Sehingga menyebabkan kaki kanannya mengeluarkan darah.

Tercetak jelas raut gugup di wajah Gave, saat mendapati sang ibu berlari kecil ke arahnya dengan pelipis yang mengkerut tajam. "Siapa yang berteriak tadi?!" tanya Fiona kepada putranya itu, dimana matanya tertuju pada jendela yang terbuka. Dimana gorden berwarna putih tersebut tengah melambai-lambai diterpa angin.

Sementara Lily mengarahkan pandangannya ke toilet. Disitu ia  melihat pintu toilet yang terbuka, serta tidak ditemukannya Livy disana. 'Sepertinya dia sudah pergi,' batinnya.

"I ... itu tadi ada pasien lewat teriak-teriak kayak nahan sakit gitu. Tapi sekarang sudah pergi, aku juga kaget tadi, ku pikir ada apa. Mak---" Belum selesai Gave menyelesaikan ucapannya, Fiona lebih dulu menyela dengan sengaja menggeser tubuh Gave, dan menengok ke luar jendela.

Kedua mata wanita itu terlihat begitu seksama, seperti sedang meneliti sesuatu. Sampai pandangannya berlabuh ke bawah, dan ditemuinya pecahan pot bunga. Pecahan tersebut nampak baru saja, dilihat dari bunganya yang masih segar, namun ada beberapa tangkai yang patah serta bentuk bunga seperti habis kena injak kaki manusia.

Curiga ada seseorang, Fiona melihat ke sekeliling, barang kali menemukan orang itu. Tapi tak kunjung ia temukan, melainkan hanya perawat laki-laki yang lagi berjalan sembari menentang beberapa lembaran kertas, entah apa isinya.

Gave menelan saliva begitu susah, takut jikalau ibunya menemukan Livy. Fiona kembali menatap Gave, sambil memasang wajah curiga. "Serius yang kamu katakan tadi? Tapi kenapa mama lihat pot bunga itu seperti baru saja pecahnya, dan coba kamu lihat sendiri ada jejak sepatu. Apa ada seseorang yang masuk ke dalam sini dan kamu tidak mau kasih tahu ke mama? Apa jangan-jangan orang itu Livy, iya 'kan? Jawab Gave!" hardik Fiona, bernada tinggi, dengan kedua bola mata yang melotot tajam.

Gave berkeringat dingin, namun sebisa mungkin ia menyembunyikan raut kepanikan diwajahnya dengan cara mengembangkan senyum tipis.

"Bukan Ma, tadi ada tiga orang dewasa sama anak kecil yang bawa bola. Waktu dia mainkan bolanya itu, nggak sengaja kena pot bunga, terus yang laki-laki itu yang ngambil kesini. Mama nggak usah khawatir, aku tidak menyembunyikan sesuatu apalagi berbohong," ucapnya berusaha meyakinkan.

Fiona sebenarnya masih tidak terlalu percaya, tapi pada ujungnya ia mempercayai ucapan putranya itu. Fiona pikir Gave tidak mungkin berbohong padanya. Wanita paruh baya itu menghembus nafas panjang sebentar. "Mama percaya sama kamu Gave, tapi jika kamu ketahuan berbohong maka kamu akan tau akibatnya karena sudah berani membohongi mama," ancam Fiona serius, membuat senyum Gave memudar dalam sekejap.

***

Beberapa jam telah berlalu, siang sudah tergantikan oleh malam. Keadaan di luar rumah sakit nampak senyap, angin malam berembus kencang, mengakibatkan beberapa ranting pohon kecil bergoyangan. Terlihat para pengendara mobil maupun motor hilir-mudik di jalan raya.

My Doll Wife [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang