Hm, sekarang lagi ramai ya tentang kasus plagiarisme oleh seorang author famous di wattpad yang memplagiat cerita dari author lain di twitter. Di antara kalian pasti ada yang tahu kan? Atau tidak? Nggak tahu apa yang dipikirkan oleh author famous ini, karena bisa-bisanya memplagiat karya orang lain. Kayak... Nggak habis fikir aja sih, kok bisa sih ngejiplak? Buat apa?
Bukan cuma itu saja, banyak banget orang-orang kebelet nulis tapi nggak ada ide dan malah nyuri cerita orang.
Bayangkan cerita yang kalian buat dengan susah payah malah disalin oleh orang lain dan di klaim sebagai pemiliknya? Gimana perasaan kalian? Marah kan?
Untuk siapapun itu, kalau ingin berkarya jangan pernah memplagiat cerita orang lain ya sayang, percaya sama diri sendiri kalau bisa berkarya dengan kemampuan kita. Keep strong💪
Waduh malah kebanyakan kata-kata saya, oke... Gas ke cerita...
Pada malam harinya, Gave baru pulang ke rumah. Ekspresi lelah tergambar jelas di wajahnya saat kakinya melangkah masuk ke lantai rumah, ia melepaskan jas dan duduk di sofa, sambil memijat batang hidung.
Setelah mendengar suara mobil yang berhenti di halaman rumah, Lily berinisiatif membuatkan teh hangat. Dengan senyuman lembut ia mendekati Gave di ruang tamu, lalu meletakkan secangkir teh hangat ke atas meja kaca persegi panjang.
"Diminum dulu teh-nya." Lily duduk di sebelah sang suami, sambil masih mempertahankan senyuman penuh kasih.
Gave melirik dingin ke arah Lily sebentar, tanpa mengucapkan apa-apa ia meminum teh hangat tersebut. Melihat suaminya yang mau menerima minuman bikinannya, senyum Lily kian melebar.
"Aku berterimakasih padamu karena sudah membelikanku mesin cuci, jadi aku tidak terlalu kelelahan lagi," ucapnya, sembari meraih tangan Gave dengan lembut.
Dahi Gave mengkerut, segera ia menarik tangannya dari pegangan tersebut. "Jangan kamu pikir kebaikan sekecil itu bisa membuatmu seenak jidat menyentuhku!" tegasnya, menatap Lily tajam.
Atas reaksi barusan membuat Lily tersentak, kemudian ia menghela nafas panjang sebentar dan tersenyum kembali. "Maafkan aku kalau aku terkesan lancang. Kamu pasti sangat capek, aku sudah menyiapkan sarapan malam untukmu, ayo makan," katanya, sembari menatap Gave penuh harap.
Pria itu menatap sinis ke arah Lily, namun ia menurut dan beranjak ke ruang makan, karena kebetulan juga perutnya sangat lapar.
Melihat Gave yang sudah duduk di kursi, Lily memasukkan nasi beserta lauk pauk ke dalam piring, lalu meletakannya di depan sangat suami.
"Selamat makan," ucapnya ramah, disertai dengan senyuman tulus.
Gave menatap ke arah Lily yang berdiri didekatnya dengan tatapan kesal. "Ngapain masih disini?! Pergi sana!" ketusnya. Kedua bola matanya terlihat melotot tajam, membuat Lily kesusahan menelan ludah.
YOU ARE READING
My Doll Wife [End]✓
RomanceStory 7 Lily Ainsley Abigail, seorang gadis dari anak sang pembantu dinikahkan dengan anak dari seorang yang memiliki kekayaan berlimpah. Kalingga Gave Nagendra, adalah putra sulung dari marga Nagendra, yang dijodohkan dengan Lily. Dikarenakan adany...