🥀MDW-Selingkuh🥀

512 23 0
                                    

Di rumah, Lily sudah selesai beres-beres rumah

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Di rumah, Lily sudah selesai beres-beres rumah. Baik jendela maupun lantai terlihat bersih, serta barang-barang yang tertata dengan rapi ditempatnya. Dibukanya kulkas untuk melihat bahan-bahan makanan, dan ternyata hanya tinggal sedikit bahan yang tersedia. Rencananya ia hari ini akan berbelanja di supermarket terdekat. 

"Ya ampun, aku lupa meminta uang belanja." Lily menepuk pelan jidatnya. Tanpa pikir panjang ia mengirimkan pesan kepada suaminya, agar minta kirimi uang. Bisa saja ia langsung menelpon, tapi ia hanya mewanti-wanti saja. Takut jika suaminya itu sedang mengadakan rapat, dan Lily tak sengaja mengganggunya. 

Pesan yang dikirimkan masing centang dua abu-abu, tanda belum dibaca. Sementara itu, Gave baru saja  memeriksa ponselnya, dan melihat isi pesan yang dikirimkan oleh istrinya. Setelah membacanya, rautnya langsung berubah menjadi kesal. Melihat perubahan mimik wajah yang singkat dari lelaki itu membuat salah satu alis Livy terangkat. Sekarang mereka berdua lagi berada di ruangan pribadi Gave. Sesuai janji Livy, ia datang kemari sambil membawakan makanan untuk Gave seorang. 

"Ada apa?" tanya Livy penasaran. 

Sekilas Gave melirik Livy yang lagi duduk didepannya, terus terdengar helaan nafas yang kasar, disertai akan diletakannya benda pipih itu ke atas meja. "Ini, pembantuku meminta uang belanja. Paling tidak suka ngomongnya lewat chat gini, padahal bisa saja tadi pagi meminta uangnya," balasnya. 

"Modus itu, dia pengen chat kamu. Kayaknya dia itu naksir deh sama kamu Gave, kenapa tidak kamu pecat saja dia? Kan banyak pembantu lain, biar aku bantu cariin deh. Yang pasti pembantunya itu profesional, nggak kayak pembantumu yang caper itu. Kesal banget dengarnya, ketahuan banget dia mau cari perhatian ke kamu. Pokoknya kamu itu milik aku satu-satunya!" sungut Livy, tak terima orang yang dicintainya disukai oleh perempuan lain. 

Gave tidak langsung merespon, ia terdiam sesaat habis mendengar tuturan Livy barusan. Karena lawan bicaranya hanya diam dengan pandangan ke lain, membuat pelipis Livy spontan mengkerut. "Kamu kenapa diam aja? Oh, apa jangan-jangan kamu suka ya sama dia?!" tudingnya, sukses mengolah Gave tersentak. 

"Aku suka sama pembantu sendiri? Ya jelas tidak lah, kamu tahu sendiri 'kan tipe perempuan ideal bagiku itu kayak kamu, jauh banget kalau dibandingkan dengan Lily yang kampungan itu. Aku sengaja tidak memecatnya, karena aku ingin membuatnya tidak betah lebih dulu di rumah itu, maksudnya aku akan melakukan berbagai hal yang mengolahnya mengundurkan diri, aku sangat menyukai dirinya dibuat menderita lebih dulu." Senyum sungging terpatri di bibir lelaki itu, disertai dengan alis yang terangkat sebelah. 

Mendengar penjelasan beberapa detik yang lalu, spontan menarik senyum licik di kedua sudut bibir gadis itu. Ia terlihat sangat menyetujuinya, tergambar jelas dari guratan wajahnya. "Ide bagus, aku akan membantumu juga. Kayaknya seru membuat mentalnya kena, iyakan? Hahahaha ...!" Livy tertawa terbahak-bahak membayangkannya. Begitu juga dengan Gave, ia turut tertawa, padahal ia adalah suami sahnya Lily. Tetapi ia malah mengajukan perbuatan licik itu. 

***

Sedangkan di tempat lain, Lily baru saja mengunci pintu rumahnya rapat-rapat, lalu meletakkan kuncinya ke atas kilometer listrik. Pesan yang ia kirimkan ke sang suami beberapa saat lalu sama sekali tidak mendapatkan balasan, yang ada hanya centang biru yang ia dapatkan. Meskipun Lily tahu suaminya tidak mau memakan masakannya, bagaimanapun juga ia harus memasak, karena sudah kewajibannya sebagai istri untuk melayani sang suami. 

Siapa tahu juga Gave pulang larut malam, dan para penjual makanan sudah tutup, sehingga tidak sempat ia makan diluar. Oleh karena itu Lily berjaga-jaga dengan membuatkannya makanan lebih dulu, barang kali saat Lily lagi di kamar tidur, suaminya diam-diam memakan masakannya. Lily juga berfikir, suaminya itu malu makan karena ada dirinya. Bisa dikatakan Gave terlalu gengsi. Setidaknya Lily berfikiran positif, ketimbang negatif, malah yang ada nanti akan terus mengolah hatinya sakit.

Sebuah angkot hampir mendekati Lily yang sedang menunggu di pinggir jalan, cepat ia melambaikan tangan meminta tumpangan. Perlahan angkot dengan ditempeli berbagai macam stiker tersebut berhenti di depan Lily. Gadis itu segera naik, bersamaan dengan penumpang lainnya. Di dalam angkot sudah lumayan banyak orang yang duduk berdempetan, Lily tidak masalah dengan bau apek, lagipula ia sudah terbiasa menaiki transportasi ini. 

Lily memilih duduk di dekat supir, sembari menggenggam erat tas kecilnya di atas paha. Berjaga-jaga, jikalau ada copet. Tak lama kemudian angkot berhenti di tempat tujuan Lily. Ya, dimana lagi selain kantor sang suami. Baginya tidak masalah meminta uang belanja secara langsung kepada suaminya, lagipula sudah memang menjadi hak sang suami untuk menafkahi keluarganya. 

Berbekal keberanian serta senyum yang mengembang, Lily menyapa kedua satpam yang berjaga di depan, setelah masuk ia lebih dulu bertanya kepada resepsionis yang jaga, menanyakan apakah Gave sedang rapat. Dan jawabannya ialah tidak, Lily mengucapkan kata terimakasih sebelum melangkahkan kai menuju ruangan suaminya. 

Sesampainya di depan pintu, Lily ingin mengetuk pintunya lebih dulu. Akan tetapi tanpa sengaja telinganya menangkap suara desahan seorang perempuan didalamnya, degup jantung Lily berpacu lebih cepat. Tanpa basa-basi ia membuka pintu yang tidak terkunci tersebut lebar-lebar. Waktu seakan berhenti, dengan mata mata kepala sendiri Lily menangkap basah suaminya sedang melakukan ciuman panas dengan perempuan lain. 

Gave maupun Livy sontak terkejut, mereka langsung menyudahi ciumannya itu, dan sontak menatap ke arah Lily yang air matanya sudah turun membasahi kedua pipi. Pemandangan sang suami tengah berselingkuh dihadapannya membuat hati Lily retak. "Ma-maaf sudah mengganggu kalian," ucap Lily, sambil tersenyum paksa. Ia pun menutup pintu itu lagi seperti semula, lalu ia segera berlari meninggalkan suaminya yang sedang bercumbu bersama lawan jenisnya. 

Di dalam ruangan, Gave terkejut bukan main. Ia tidak menyangka kalau istrinya tiba-tiba saja datang ke kantornya tanpa memberitahu lebih dulu. "Kamu tunggu disini," titahnya pada Livy yang keheranan. 

"Lho, kamu mau ngejar dia? Ngapain Gave? Sudah kamu disini saja!" Livy berusaha menahan pergelangan tangan lelaki itu, tetapi Gave yang kekuatannya lebih besar berhasil melepaskan diri, dan pergi meninggalkan Livy begitu saja. 

Livy menghentakkan kedua kakinya kesal, sembari mengacak rambutnya. "Apaan sih? Ngapain juga pake acara ngejar segala!" gerutunya pada diri sendiri. 

 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
My Doll Wife [End]✓Where stories live. Discover now