🥀MDW-Tidur Diluar🥀

483 24 0
                                    

"Hei bangun, ngapain tidur disitu hah?" Gave mendapati sang istri masih tertidur pulas di kursi tunggu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Hei bangun, ngapain tidur disitu hah?" Gave mendapati sang istri masih tertidur pulas di kursi tunggu. Terdapat sebuah kotak nasi beserta minuman yang sudah habis, tergeletak diujung kepalanya.

Jam sudah menunjukkan pukul enam pagi. Hawa dingin di lorong panjang tersebut benar-benar menggelitik tubuh gadis tanpa selimut itu. Nampak tubuhnya gemetar menahan dingin. Warna pucat pasi tertahan dibibirnya. Perlahan namun pasti kedua kelopak matanya mulai terbuka, ketika kakinya di goyang beberapa kali oleh kaki sang suami.

Untuk menyesuaikan cahaya, beberapa kali Lily mengerjapkan mata, sampai pandangannya yang awalnya memburam mulai terlihat jernih kembali. Pertama kali dilihatnya adalah wajah kesal suaminya sendiri, tercetak jelas kedua alis yang saling bertaut, serta sorot mata tajam tertuju padanya.
Segera Lily duduk, sembari mengucek kedua matanya sebentar.

"Ngapain tidur di luar, mau cari perhatian? Supaya aku dikata-katain oleh mereka karena menyuruhmu tidur diluar, begitu?!" ketusnya. Di pagi hari ini kepalanya sudah dibuat mendidih.

"Maaf, aku ketiduran malam tadi," jawab Lily dengan tampang kusutnya, ia menunduk ke bawah sembari menggenggam erat ujung bajunya.

Gave sedikit menjongkokkan badan ke arah Lily, dalam hitungan detik ia langsung menjauh, sambil menutup hidungnya dengan telapak tangan.

"Asal kamu tahu, badanmu itu bau busuk. Seperti habis berenang di kolam sampah. Apa kamu tidak malu kalau sampai keciuman oleh orang lain?! Bau badanmu itu benar-benar menusuk, bau keringat dan apek bercampur jadi satu! Cepat mandi sana! Dan kotak makanan itu juga dibereskan, kamu ini jadi perempuan jorok sekali. Lihat kotak bekal itu, sampai dihinggapi lalat, menjijikan. Pokoknya aku tidak mau tahu, kamu harus dalam keadaan bersih sebelum orang tuaku datang kesini!" bentaknya, berupa perintah.

Lily hanya menganggukan kepala tanpa mengiyakannya, tanpa berani menatap langsung mata sengit sang suami. Saat Gave ingin kembali masuk ke dalam ruangannya, Lily langsung bangkit dari duduknya dan memanggil namanya. Sontak saja lelaki itu memalingkan badannya ke belakang, menghadapi istrinya lagi.

"Apalagi?!"

"I---itu aku tidak membawa pakaian ganti," ucapnya terbata-bata.

Mendengarnya, membuat Gave menepuk jidatnya, dan berdecak kesal. "Astaga Lily! Lama-kelamaan kamu itu kubunuh juga!" kesalnya, tak tertahan.

Hal itu mengakibatkan Lily langsung terdiam seribu bahasa, kepalanya semakin menunduk ke bawah, sambil menahan gemetar di kedua tungkai kaki. Betapa dingin kedua telapak tangannya, baginya perkataan suaminya barusan seperti sebuah ancaman yang nyata, bukan hanya main-main semata.

"Maaf," katanya, bernada amat pelan. Namun karena suasana masih amat sunyi, masih dapat didengar oleh Gave.

"Kamu itu benar-benar membuatku selalu darah tinggi!" Gave mendorong jidat Lily menggunakan jari telunjuknya, mengolah Lily menjadi sedikit terdorong ke belakang karenanya.

"Bereskan itu! Lalu segera mandi. Ingat, mandinya itu pakai sabun! Aku akan menelpon mama untuk membawakanmu pakaian!" tegasnya, kemudian masuk ke dalam ruangannya, dengan menutup pintu lumayan kencang, sehingga menimbulkan suara nyaring. Lily tersentak kaget atas perbuatan itu.

Gadis itu membuang nafas panjang sebentar, lalu membereskan kotak bekal beserta botol kotor tersebut. Dan memasukkannya ke dalam tote bag, rencananya ia akan mencucinya nanti kalau sudah sampai rumah. Lagipula Gave akan pulang di pagi hari.

'Cklek!

Pintu terbuka, Lily langsung menengok. Didapatinya setengah badan suaminya berada di ambang pintu, menatap dirinya dengan tampang yang begitu datar.

"Orang tuamu nanti akan ke rumah, dan jangan pernah mengadu sedikitpun kalau aku selalu memarahimu. Itu juga karena kamu yang selalu membuatku kesal!"

Lily tidak segera menjawab, terlihat pelipisnya menjadi mengkerut. "Tapi kenapa mereka tidak memberitahuku terlebih dahulu?" tanyanya, heran.

Gave memutar kedua bola matanya malas menanggapi. "Sudahlah Lily, kamu itu pikun atau gimana sih? Ponselmu itu tidak aktif, bagaimana mereka bisa menghubungimu? Otak itu dipake bukan jadi pajangan!" Habis berkata demikian, Gave menutup kencang pintunya lagi.

"Ya ampun Lily, kamu ini bego banget sih!" gerutunya kepada diri sendiri. Menanggapi kebodohannya hari ini. Memang ponselnya dalam keadaan tidak aktif, dikarenakan kehabisan daya, dan lupa membawa charger.

Sebentar Lily memijit batang hidungnya, barulah ia membuang beberapa plastik joyo boyo bekas lauk pauk malam tadi ke dalam bak sampah.

Terdapat salah satu orang yang melintas dibelakang Lily, perempuan berambut sebahu tersebut refleks menutup hidungnya pakai tangan. Beberapa kali juga ia mengibaskan telapak tangannya tepat di depan wajah, sembari melayangkan tatapan sinis ke arah Lily.

Lily yang sadar ada orang dibelakangnya sontak menoleh ke belakang. Ia melihatnya sendiri, bagaimana perempuan itu menatap jijik kepadanya. Setelah kepergian perempuan itu, Lily membuang nafas beratnya. Ia sadar kalau dirinya memang bau, karena belum mandi sejak kemarin. Bukan berarti ia malas untuk mandi, tetapi ia terlalu fokus pada Gave, sampai lupa untuk menjaga kebersihannya.

***

Selepas kepulangan orang tua mereka masing-masing, Gave segera masuk ke dalam kamarnya, dan mengunci pintu tersebut rapat-rapat. Tidak mau membiarkan istrinya mengusik ketenangannya.

Sementara itu diluar, langit mulai menghitam. Awan tebal menggumpal menjadi satu, derasnya angin membuat dahan pohon bergoyangan. Lily buru-buru menutup semua jendela, karena bisa dipastikan bahwa hujan sebentar lagi akan turun begitu lebatnya. Terlebih lagi suara petir mulai terdengar bersahut-sahutan, serta kilatan yang begitu jelas terpancar di langit.

Di bulan November ini sudah mulai memasuki musim hujan. Musim yang lebih banyak disukai orang daripada musim panas. Tak lama kemudian tetes demi tetes bulir air dari langit turun membasahi jalanan. Suara rintikannya mulai terdengar jelas di atas genteng, Lily menyalakan lampu untuk menerangi rumahnya yang gelap.

Hujan turun semakin deras, hawa dingin juga berhasil menusuk badan si pemilik rumah. Lily pergi ke dapur, diambilnya dua lembar roti dari dalam lemari, juga setoples selai coklat. Diletakannya roti tawar tersebut ke atas piring, kemudian ia mulai membuat susu putih panas. Terlihat asapnya mengepul di udara, bergerak-gerak kesana kemari, layaknya penari.

Lily menarik kursi, sehingga menimbulkan bunyi decitan yang memecahkan kesunyian di ruangan tersebut. Dilahapnya roti yang sudah ia olesi selai itu, sembari menatap ke arah depan. Dimana ada jendela kaca yang terkena percikan air hujan. Lily tersenyum sendiri, mengingat dulu waktu kecil ia dan kedua orang tuanya saling berkumpul saat hujan turun begitu derasnya, sembari bercanda ringan dan bermain bersama. Mengingatnya, membuat Lily rindu akan masa lalu. Ingin rasanya ia mengulang waktu kembali, tapi tidak mungkin.

Lily kecil pernah berfikir untuk cepat-cepat dewasa, karena ia kira pasti sangat menyenangkan. Akan tetapi semakin bertambahnya tahun, ia tahu apa itu yang namanya dewasa. Dewasa yang anak-anak pikir menyenangkan padahal adalah kebalikannya.

 Dewasa yang anak-anak pikir menyenangkan padahal adalah kebalikannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
My Doll Wife [End]✓Where stories live. Discover now