🥀MDW-Pernikahan🥀

1K 33 2
                                    

"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara Kalingga Gave Nagendra bin Daniel Eliseo Nagendra dengan anak saya yang bernama Lily Ainsley Abigail binti Ethan Yahya Lyman dengan mas kawin uang sebesar 20 miliar, 50 gram emas, dan seperangkat ala...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Saya nikahkan dan saya kawinkan engkau saudara Kalingga Gave Nagendra bin Daniel Eliseo Nagendra dengan anak saya yang bernama Lily Ainsley Abigail binti Ethan Yahya Lyman dengan mas kawin uang sebesar 20 miliar, 50 gram emas, dan seperangkat alat sholat di bayar tunai."

"Saya terima nikahnya dan kawinnya Lily Ainsley Abigail binti Ethan Yahya Lyman dengan mas kawin tersebut di bayar tunai." sahut sang mempelai pria, dengan raut datar. Semenjak mendudukkan diri di depan penghulu, tidak ada sedikit pun senyum yang terbit di kedua sudut bibir. Sedangkan sang mempelai perempuan, sedari tadi hanya menundukkan kepala ke bawah, sesekali mendongakkan kepala, menatap penghulu.

"Bagaimana para saksi, sah?"

"Sah..." jawab para tamu undangan. Para orang tua dari kedua pengantin saling tersenyum bahagia, anak mereka akhirnya bisa menikah juga.

Fiona Elizabeth Nagendra, ibu dari Gave memeluk besannya, Arabella Briana, penuh akan rasa terharu. Akhirnya, janji lama mereka terkabul juga. Fiona sudah lama sekali berteman dengan Ana, semenjak SMP sampai sekarang. Mereka dulu pernah berjanji semisal mempunyai anak, maka mereka akan dijodohkan. Oleh karena itulah, mereka sampai meneteskan air mata bahagia.

Namun, tidak bagi Gave. Lelaki itu awalnya menolak perjodohan ini. Ia jijik pada Lily yang notabe-nya hanya anak dari pembantu, padahal dirinya berharap akan menikahi wanita yang sederajat dengannya, tentunya juga, tidak kelihatan norak. Tapi, ibunya memaksa dirinya agar mau. Gave yang tidak tega sama sang ibu yang terus memohon, terpaksa mengabulkan permintaannya, padahal dalam hati ia tidak sudi menikahi wanita yang berada di kalangan rendah itu.

"Ini, sudah selesai 'kan?" pertanyaan Gave barusan membuat seisi ruangan saling melempar pandang, penuh keheranan. Pasalnya, tiap pengantin baru pasti akan lebih bersenang-senang, tetapi Gave malah sebaliknya. Tidak ada tanda ramah di balik wajah tampannya. Ia betul-betul ingin pergi dari tempat itu sekarang juga, tanpa mempedulikan bisikan-bisikan orang kepadanya.

"Gave, kenapa bicara begitu? Ini belum selesai." jawab Daniel, tak habis fikir dengan pertanyaan anaknya tersebut.

Gave membuang muka, ia betul-betul muak. "Yang penting ijab-kabul sudah selesai, iyakan?"

"GAVE!" Daniel sudah tidak bisa menahan lagi, hingga tanpa sadar nada bicaranya meninggi.

Gave membuang nafas kasarnya, tanpa permisi, ia beranjak pergi begitu saja. Meninggalkan tamu undangan, serta istrinya. Lily semakin menundukkan kepala ke bawah, sembari meremas gaun putih pengantin yang dikenakan. Tidak ada sebuah ciuman di dahi ataupun  dibacakan doa kebaikan dari sang suami kepada istrinya, Gave pergi tanpa ada niatan melirik Lily barang sedikit saja.

Fiona buru-buru bangkit dari duduknya dan menyusul putra sulungnya. Saat masuk kamar, Gave membuka jasnya dan melemparnya asal. "Menjijikan," gumamnya, ketika melihat kelopak bunga merah yang bertaburan di atas ranjang, membentuk gambar hati.

Tangan kekarnya dengan cepat membuang taburan kelopak bunga tersebut, sampai tak bersisa sedikitpun. Beberapa hiasan indah yang menghiasi kamar itu, secara kasar ia melepaskannya, lalu di buang ke luar jendela, sampai kamarnya betul-betul bersih dari hiasan yang sudah ditata rapi, sampai tulisan namanya juga nama sang istri yang berada di dinding kamar disobek-sobek olehnya disertai akan perasaan jijik.

"Gave, kamu ini kenapa? Tidak sopan ngomong begitu tadi." Tiba-tiba saja Fiona masuk ke dalam kamar anaknya yang mana pintunya tidak sedang tertutup. Tak segan, ia menegur putranya yang memutar kedua bola matanya, malas menanggapi. Terlebih lagi melihat kondisi kamar, membuat Fiona geleng-geleng kepala, tidak habis fikir.

"Gave!" Kali ini Fiona membentak, membuat Gave membalikkan badan, menghadap sang ibu.

"Apa? Aku capek, pengen cepat istirahat. Lagian juga, sudah selesai 'kan? Ngapain juga lama-lama." jawab Gave, menjadikan Fiona membuang nafas kasarnya.

"Kamu itu tidak menghargai tamu, terlebih lagi pada Lily, yang sekarang sudah menjadi istrimu." Fiona berusaha agar tetap tenang, menghadapi putranya yang keras kepala itu, persis seperti almarhum ayahnya.

"Ck! Aku mau menikahi dia juga demi mama, padahal sama sekali aku tidak mau menikahinya. Aku heran sama mama, apa coba istimewanya dia? Dia itu anak pembantu. Lihat saja gayanya, norak, seperti ketinggalan zaman. Mau diletak dimana mukaku kalau teman-temanku tahu soal pernikahan ini?" Ingin sekali rasanya Fiona menampar pipi sang anak. Namun, sekuat mungkin ia menahannya, tidak mau membuat keributan.

"Kamu tidak boleh ngomong begitu Gave, walaupun Lily itu tidak sederajat dengan kita, tapi dia itu anak yang baik. Dengar, mama tidak mungkin memilihkanmu istri sembarangan, mama tau persis Lily itu orangnya bagaimana. Selain ramah, dia rajin, cantik, perhatian sama orang tua, apa kurangnya dia? Lama-kelamaan juga kamu akan menyukainya, mama minta tolong sama kamu, jaga Lily dengan baik. Orang tuanya sudah yakin menitipkan anaknya ke kamu, maka dari itu, kamu harus bisa menjaga Lily, bagaimanapun juga dia sekarang adalah istri sahmu." terang Fiona, berusaha membuka hati Gave. Ia meraih kedua tangan anaknya, dan menatapnya penuh harap.

"Mama mohon Gave, tolong ya, terima Lily. Kamu jaga keyakinan orang tuanya yang sudah menitipkan anaknya ke kamu. Kamu harus menyayangi Lily seperti bagaimana kamu menyayangi mama." lanjutnya lagi, Gave hanya diam, sambil menatap dalam mata ibunya.

Sebentar ia membuang nafas beratnya, lalu menganggukkan kepala. Senyum Fiona seketika merekah, segera dipeluknya putranya itu. "Terimakasih, Nak." ucapnya, sembari mengusap punggung Gave beberapa kali. Sementara laki-laki itu lagi-lagi memasang ekspresi datar dan dingin saat berada dalam pelukan. Sorot matanya yang tajam, membuat siapa saja pasti tidak akan berani menatapnya.

"Menyebalkan," batin Gave, kesal.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
My Doll Wife [End]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang