🥀MDW-Dibuat Bingung🥀

438 25 1
                                    

'Tok!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

'Tok!

'Tok!

'Tok!

"Gave, Lily." Suara panggilan dari luar terdengar tidak asing, seseorang yang sedang mengetuk pintu itu tidak lain ialah Fiona seorang. Memang, sehabis keluarga jauhnya itu sudah pulang dan mau pergi ke tempat keluarganya yang lain, Fiona buru-buru pergi ke rumah sakit tanpa berkabar lebih dulu.

Di dalam, baik Gave maupun Emily langsung dibuat gelagapan, terlebih lagi Livy. Raut wajahnya sudah menujukkan kepanikan yang tak terkira, Emily langsung bangkit dari duduknya, dan meletakkan jari telunjuknya tepat di tengah-tengah bibir, mengisyaratkan mereka agar tidak bersuara. Lily hanya diam, sambil memperhatikan mereka bertiga yang sama-sama nampak kalang kabut, hal itu menyebabkan dahi Lily mengkerut bingung.

"Cepat sembunyi!" ucap Gave tegas, meski berbisik. Emily menganggukan kepala, segera ia menarik pergelangan tangan Livy yang bengong di tempat.

"Em, sudahlah, biar aja tante Fiona tahu," sahut Livy, disertai akan ekspresi kesal.

"Nggak bisa Vy!"

"Ak---" Belum sempat Livy meneruskan kalimatnya, suara ketukan pintu kembali terdengar, bersamaan dengan suara panggilan lagi. Sontak saja mereka menoleh ke arah pintu, dimana knop-nya terlihat lagi diputar.

Emily melotot melihatnya, tanpa berbicara lagi, ia menarik cepat tangan Livy. Yang ditarik langsung melawan, tidak mau kalau dirinya harus sembunyi. Emily menatap Livy dengan tatapan penuh permintaan. "Please, Vy," ucapnya, memohon.

Melihatnya, Livy hanya bisa menghela nafas kasar, lalu menuruti kemauan temannya itu. Secepat kilat Emily menyuruh Livy agar bersembunyi di dalam toilet.

'Cklek!

Tepat ketika pintu terbuka, Emily baru saja menutup pintu toilet. Segera ia melemparkan senyum paksa kepada Fiona, upaya menyembunyikan reaksi aslinya. Fiona membalas senyuman itu, dan mendekati Gave yang baru saja mengelus dada lega. Sedikit lagi, ibunya akan tahu bahwa Livy ada di dalam ruangannya.

"Lho, lho, kenapa ini mimik wajahnya kayak lagi ngerahasiain sesuatu," tegur Fiona, ketika mendapati ekspresi Gave maupun Emily nampak lebih jelas kelihatan gelagapan, alias seperti sedang menyembunyikan sesuatu darinya.

"Oh, enggak ada yang disembunyikan kok Tan." Emily terkekeh pelan, rupanya berhasil meyakinkan Fiona. Wanita paruh baya itu hanya bisa tersenyum tipis sambil geleng-geleng kepala kecil.

"Gimana keadaanmu Gave?" tanya Fiona, sembari meletakkan tas kecilnya ke atas meja.

"Baik, Ma. Bagaimana tadi di rumah?" tanyanya balik.

"Aman, mama juga sudah bilang kalau kamu tidak bisa datang karena lagi sakit. Awalnya mereka pengen jenguk kamu, tapi tidak sempat, mereka mau berkunjung ke tempat keluarganya yang lain. Kalau mereka nginep, bisa jenguk kamu, tapi anak mereka harus sekolah besok. Jadi, kapan-kapan kita akan bertemu lagi dengan anggota keluarga yang lengkap," terang Fiona, menjelaskan, yang ditanggapi Gave berupa anggukan kecil.

Di dalam toilet, Livy sedang mendekatkan daun telinganya tepat di pintu. Berusaha menangkap isi pembicaraan mereka, seakan tidak mau melewatkan satu katapun. Terlalu asyik menguping, tanpa sadar ia menyenggol sebotol sabun cuci tangan yang terletak di wastafel, yang berada persis di samping kirinya. Sontak saja hal itu menimbulkan bunyi yang lumayan nyaring, sebab berada di dalam ruangan tertutup tanpa jendela.

Livy menutup mulutnya yang menganga lebar akibat ulahnya. Di luar toilet, ketiganya spontan menoleh ke tempat dimana suara benda itu terjatuh. Emily tidak bisa berkata-kata lagi, ia hanya bisa menggigit bibir bawahnya.

'Aduh, kenapa ceroboh banget sih Livy,' batin Emily, gugup. Terlebih lagi saat melihat kerutan pelipis dari Fiona.

"Siapa di dalam toilet?" Pertanyaan yang dilontarkan Fiona berhasil membuat Gave juga Emily gugup bukan main.

Tetapi tidak bagi Lily, gadis itu juga semakin dibuat kebingungan akan keadaan sekarang, karena ia sendiri juga tidak tahu mengapa Livy harus sembunyi dari ibu mertuanya itu? Terlintas dalam benaknya, apa mungkin pernah terjadi sesuatu hal yang mengakibatkan mereka saling bermusuhan? Beberapa pertanyaan memenuhi otaknya. Ingin rasanya bertanya, tapi tidak akan dilakukan sekarang, mungkin nanti.

Karena tidak ada yang menyahut, Fiona membuang nafas kasar sebentar. "Apa ada seseorang di dalam situ? Siapa?" Lagi, Fiona bertanya. Kali ini nada bicaranya agak menaik.

Livy yang masih berada dalam toilet seketika tubuhnya seakan terpaku di tempat. Ia tidak bergerak barang sedikit saja dari tempatnya. "Bodoh kau Livy!" ocehnya ke diri sendiri, berupa gumaman yang sangatlah pelan.

Kesal tidak dijawab pertanyaannya, Fiona langsung melangkahkan kaki menuju toilet tersebut. Emily ingin mencegatnya, namun tenggorokannya bagaikan ditahan oleh sesuatu. Saat Fiona ingin menggapai ganggang pintu, Gave langsung angkat suara.

"Ma, berhenti!"

Atas teguran itu, mengolah Fiona membatalkan untuk membuka pintu. Ia lantas berbalik badan, menatap putranya dengan salah satu alis yang terangkat, seolah bertanya 'apa?

Setetes keringat dingin keluar begitu saja dari pelipis Gave, tentu saja hal itu terjadi karena takut ibunya berhasil menemui Livy. Maka sudah bisa diprediksi, ibunya akan marah besar.

"Di dalam toilet itu ada tikus, tadi Emily saja tidak jadi masuk, iya 'kan Em?" ucapnya, disertai akan pertanyaan yang mengarah pada sahabatnya itu.

"I ... iya, Tan. Jangan dibuka, nanti keluar tikusnya, aku geli. Melihat tikusnya tadi saja sampai sekarang masih terbayang, ini aku juga mau pergi ke belakang, mau ke toilet," sahut Emily, berbicara lancar di penghujung.

'Aku menjadi semakin penasaran, ada apa kiranya yang terjadi sebenarnya disini? Nanti aku akan menanyakannya ke Gave,' batin Lily. Sedari tadi ia tidak mengeluarkan suara, sebab ia tidak tahu harus berbicara apa. Istilahnya, ia seperti terjebak di putaran orang-orang asing.

"Benarkah? Astaga, rumah sakit ini elit, masa iya ada tikus? Padahal tiap hari dibersihkan, kok bisa-bisanya itu tikus masuk, lewat mana coba?" Fiona geleng-geleng kepala, menanggapi.

"Bisa jadi tikus itu masuk dari ventilasi," jawab Gave, mewakili Emily.

"Ini tidak bisa dibiarkan, mama akan kasih tah---"

"Jangan!" Kompak mereka berdua mengatakan hal yang sama. Kedua alis Fiona langsung bertaut jadinya.

"Kenapa jangan?" Fiona bertanya, sambil bersedikap dada, dan memasang raut wajah seperti tengah mengintimidasi.

"Karena Emily sudah memberi tahu ke cleaning servis-nya soal ini," jawab Gave, berusaha santai, berusaha mengolah ibunya percaya.

Mendengarnya, Fiona menurunkan tangan dari atas bidang dadanya, kemudian mulai menjauhi toilet tersebut, dan duduk di kursi samping Gave. Emily langsung memutar kepala sedikit ke samping, sembari membuang nafas lega.

"Em, kenapa masih ada disini? Bukannya mau ke toilet?"

"Ah, i ... iya, sampe lupa. Aku keluar dulu sebentar," ucap Emily sopan, yang diangguki oleh Fiona. Lekas Emily berjalan keluar, padahal dirinya tidak ada urusan ke toilet saat ini.

Note : Kalau ada typo, tolong kasih tahu, please🙏

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Note : Kalau ada typo, tolong kasih tahu, please🙏

My Doll Wife [End]✓Where stories live. Discover now