66. Rembulan Kemerahan

69 16 16
                                    

Alice saat itu tengah sibuk mengobati para prajurit yang terluka, mengerahkan seluruh kemampuan terbaiknya sebagai wadah Prismor untuk memberikan energi tambahan bagi mereka yang telah kehabisan tenaga setelah bertempur.

Di luar sana, jauh sekali dari tenda medis. Alice tahu bahwa Helena tengah turun tangan dan membereskan semuanya, dan gadis itu tentu amat percaya terhadap kawannya itu. Tentu saja Ophalia juga berada di sana, dan Alice tak henti-hentinya memanjatkan harap agar kedua temannya itu senantiasa dilindungi.

Tak boleh ada kabar kehilangan lain yang mendatangi mereka, tak boleh. Alice akan menutup telinga terhadap seluruh kabar buruk, itulah mengapa gadis itu tak henti-hentinya terus berpindah tempat dari satu tenda ke tenda lainnya hanya demi mengobati para prajurit.

Beberapa Ishvela Szihla yang memang memiliki tangan penyembuh beberapa kali meminta Alice untuk beristirahat, dan janganlah terlalu memaksakan diri, tetapi Alice tidak bisa jika ia hanya duduk dan diam.

Maka, ketika Merlin kemudian mendatangi tenda pengobatan, Alice yang baru saja dipaksa duduk dan berhenti menggunakan kemampuannya seketika tentu saja langsung berdiri dan menghampiri Merlin yang memangku Veora di punggungnya.

Wajah lelaki itu begitu pucat, dan ia terburu-buru membaringkan Veora ke atas bangsal. Jemarinya bergetar, dan ia dengan cepat langsung mendongak menatap Alice dengan tatapan memohon.

"Tolong ... tolong selamatkan," gumamnya tak henti-hentinya.

Alice mendekat perlahan, Veora tengah memejamkan matanya. Napasnya begitu pelan, hingga jika tidak teliti sedikit saja, orang-orang pasti akan mengira gadis itu telah tiada.

Dengan pelan, Alice memeriksa beberapa titik nadinya. Aliran energi di dalam tubuh Veora masih terasa, tak ada hal yang mengkhawatirkan. Fisiknya tak terluka, dan ia juga tidak kelelahan, lantas apa yang terjadi padanya?

"Apa yang terjadi?"

Merlin menggelengkan kepalanya tidak mengerti, ia menggenggam salah satu tangan Veora erat, takut apabila terlepas Veora akan pergi begitu saja.

"Dia sepertinya terkena sejenis serangan dari para penyihir. Situasi sangat menggila beberapa saat yang lalu. Para penyihir persis seperti laron yang terbang tak beraturan menghampiri sinar, mereka tak sadarkan diri dan menjerit ketakutan. Kekuatan mereka mungkin sulit dikendalikan saat itu. Terlebih para pasukan-baik pasukan Dellway dan pasukan musuh-pun sama cemas dan paniknya. Keadaan di sana tak jauh berbeda daripada neraka."

Alice yang mendengar penjelasan Merlin hanya bisa menatapnya dengan tatapan hampa. Ia tidak tahu harus berekspresi seperti apa, situasi tentu saja tidak mungkin menyenangkan di kala keadaan tengah seperti ini.

"Bagaimana dengan Ophalia-apa kau melihatnya?"

Merlin menggeleng pelan, "Aku tidak menyadari sekitarku, Alice. Aku tidak tahu ke mana yang lainnya, aku hanya fokus pada diriku dan menyelamatkan Veora, maafkan aku."

"Tidak, kenapa kau harus meminta maaf?" Alice menyanggah ucapan maaf yang terlontar dari lisan Merlin.

Setelahnya suasana menjadi hening. Hening yang juga berisik oleh pikiran masing-masing. Alice menggenggam salah satu pergelangan tangan Veora, mencoba melacak hal janggal yang terjadi pada tubuh gadis itu, tetapi sayangnya tak ada.

Alice ragu jika memang tak ada hal buruk yang masuk ke dalam tubuh Veora-itu sangat tidak mungkin, bukan?

Sedangkan di sisi lain, Merlin masih mengendalikan dirinya dari jemari yang bergemetar. Masih terasa begitu jelas tadinya tatkala Merlin mencoba menjaga kesadaran Veora agar tetap terjaga, hingga hal buruk setidaknya bisa dihindari.

THE AUDUMA MASKEN : Whispers Of Heirlooms ✔Where stories live. Discover now