60. Genderang Perang

56 13 2
                                    

Matthias berjalan menaiki anak tangga dengan langkah gontai. Sudah dua hari ia tidak bisa tidur, tentu saja-siapa yang bisa tidur dengan nyenyak jika langit sejak beberapa malam yang lalu begitu merah menyala, dan asap masih mengganggu pernapasan.

Lelaki itu menarik napas dalam, ia baru kembali ke kediamannya, sedari pagi buta hingga siang hari Matthias disibukkan dengan mengurus berbagai macam pekerjaannya, dan diakhiri dengan menghadiri rapat besar bersama para petinggi Dellway untuk membahas strategi.

Perang sudah di depan mata. Sebagai negeri yang sama sekali tidak memiliki niat terhadap Roseline, Idrina memberi titah untuk fokus saja dalam peningkatan pertahanan.

Sebisa mungkin jangan sampai Roseline bisa memasuki Dellway, serang sebisa mungkin bahkan desak hingga prajurit musuh bisa melangkah mundur.

Tentu saja itu bukan bagian Matthias. Andreas dan yang lainnya yang bergerak di bidang militer yang harus mengurus hal-hal tersebut secara terperinci.

Dari hasil laporan pengintai, wilayah dari hutan yang terbakar masih terlalu berbahaya, masih ada beberapa dahan rapuh yang bisa patah kapan saja, terlebih asap pun masih memenuhi wilayah tersebut dan hanya akan menyesakkan paru-paru.

Sepertinya Roseline sengaja membakar hutan perbatasan dengan niatan untuk memberi kecemasan dan kegelisahan. Mungkin Roseline sudah menyadari niat Dellway sebelumnya untuk membangun markas dan barak di dalam hutan sehingga dapat dengan mudah memasang ilusi yang menjebak, pada akhirnya mereka membakar hutan tersebut dengan niat untuk memusnahkan benteng alami yang dimiliki Dellway sekaligus upaya konfrontasi agar bisa dengan mudah memasuki Dellway melalui wilayah yang telah terbakar tersebut.

Roseline membuat medan perang mereka sendiri, dengan mengorbankan sebagian dari wilayah Dellway yang berada di perbatasan.

Para pengintai juga menyampaikan laporan bahwa para prajurit musuh telah menduduki wilayah Anneliana dan membangun barak di tepi wilayah yang terbakar.

Dellway seperti dikepung, tetapi tentu saja negeri ini masih memiliki banyak akal untuk mempertahankan dirinya.

"Tuan," panggil seorang pelayan pria, ia mengangguk hormat ketika berjumpa dengan Matthias di ambang pintu sebelum Matthias memasuki ruangannya.

Pelayan itu membungkuk dan menyerahkan secarik surat pada Matthias.

"Apa ini?"

Pelayan itu tidak langsung menjawab, ia terdiam sejenak. "Ini surat yang datang dari mata-mata yang berada di Roseline."

Netra Matthias membulat saat itu juga. Kabar yang dinantikan akhirnya datang juga. Lelaki itu dengan cepat mengambil surat tersebut dan membiarkan pelayan tersebut untuk pergi. Tak perlu berlama-lama, Matthias membuka pintu ruangannya, duduk dan membuka surat tersebut.

Degup jantung Matthias berdebar tidak karuan, terdapat sedikit rasa takut dan cemas terhadap mereka yang berada di Roseline. Matthias berharap mereka semua baik-baik saja, mereka semua masih selamat.

Semoga Roseline tidak menangkap mereka, semoga keberadaan mereka tidak disadari oleh negeri terkutuk itu.

Maka, tatkala netra Matthias akhirnya bergerak mengikuti huruf demi huruf yang ia baca, jantung lelaki itu tak lagi terasa berdetak. Alih-alih, tangannya justru terasa lemas saat itu juga. Matthias mengerutkan keningnya, dadanya terasa sesak, dan ia berharap bahwa apa yang ia baca adalah kesalahannya dalam membaca, atau kesalahan penulisan, atau halusinasi, atau hanya sekadar mimpinya.

Tapi Matthias tidak tidur selama dua hari, dan Matthias yakin ia terjaga sepenuhnya dan mungkin berhalusinasi, tulisan itu begitu jelas, berkali-kali Matthias membacanya hal sama pula yang lelaki itu dapati. Makna dari tulisan itu tidak berubah, melainkan justru rasa sakit yang semakin hebat setiap kali Matthias membacanya ulang.

THE AUDUMA MASKEN : Whispers Of Heirlooms ✔Where stories live. Discover now