61. Strategi Pengamat

54 15 1
                                    

"Yang Mulia." Evan menunduk hormat kepada Aaron, ia lalu memberi isyarat kepada Raja Cartland tersebut untuk meluangkan waktu terkait dengan kabar yang hendak pria itu sampaikan.

Aaron menyadari isyarat tersebut, ia berdeham dan meminta kepada beberapa bangsawan yang tengah menghadiri diskusi dengannya untuk memberinya ruang pribadi bersama dengan tangan kanannya. Para bangsawan itu mengerti, mereka bergegas pamit setelah sebelumnya membungkuk hormat.

"Ada apa?" Aaron beranjak dari tempat duduknya, ia membenarkan jubah miliknya dan bergerak mendekati jendela.

Evan mengikuti langkah Aaron, ia lalu berucap pelan. "Ini tentang pengamatan yang dilakukan di perbatasan. Seperti dugaan anda, seseorang telah mengirim beberapa pasukan batalyon ke Roseline secara ilegal."

Aaron melirik pelan ke arah Evan, "Apa maksudmu? Seseorang mengirimkan pasukan tanpa seizinku?"

Evan mengangguk pelan. Dari tempat pria itu berdiri, ia bisa melihat bagaimana Aaron mengeraskan rahangnya, dengan tatapannya yang lurus mengarah ke halaman istana yang berada di luar sana, jelas Raja Cartland itu tengah menahan amarahnya.

Ini adalah tindakan pengkhianatan. Bahkan meskipun memang Cartland kini adalah negara bawahan Roseline, apakah mesti keberadaan Aaron sebagai Raja justru diabaikan dengan semudah itu?

"Siapa yang dengan lancang mengirim mereka?" Aaron bertanya dengan intonasi dingin, dengan cepat Evan menunduk dan menjawab.

"Kami sedang melakukan penyelidikan, Yang Mulia. Tetapi masih belum ada terduga—"

"Lakukan penyelidikan dari mereka yang berkomunikasi dengan Roseline, atau bahkan mereka yang sebelumnya mendatangi Roseline, atau sedang berada di Roseline."

Evan mendongak.

"Tidak mungkin orang itu dengan inisiatif selancang itu melangkahi wewenangku, jika bukan berasal dari tekanan langsung negeri penjajah tersebut," lanjut Aaron. Ia lalu menoleh ketika pintu ruangan tiba-tiba terbuka.

Altheia berjalan memasuki ruangan, ia menaikkan kedua alisnya, "Apa aku mengganggu perbincangan kalian?"

Sorot mata Aaron seketika melembut, ia menghampiri Ratu Cartland tersebut dan mengecup keningnya lembut, "Kenapa kau berkeliaran? Kau harus banyak beristirahat."

Altheia mendecak, "Kau selalu bicara seperti itu. Seolah jika aku melangkah sedikit saja bayi kita akan merengek di dalam kandunganku." Wanita itu lalu menambahkan, "Justru aku semakin khawatir jika aku terus menerus berdiam di ruanganku."

Aaron menghela napas mendengarnya, ia lalu menuntun istri terkasihnya itu untuk segera duduk. Altheia tersenyum dan mengucap terima kasih, ia lalu kembali berucap. "Kau sudah mendengar kabar itu?"

"Kabar apa?" Kening Aaron berkerut.

Kini, Raja Cartland tersebut bisa mendapati dengan jelas raut wajah Altheia yang berubah dalam sepersekian detik. Ada rasa khawatir serta cemas, kegelisahan dan amarah.

"Roseline sudah mulai melakukan penyerangan terhadap Dellway. Aku langsung teringat tentang pesan yang disampaikan Alice padamu."

Aaron membulatkan matanya, "Apa maksudmu? Kau ingin aku melakukan pemberontakan terhadap kakakmu? Itu sulit ..."

Altheia menggigit bibirnya sejenak, "Aku tidak berkata demikian. Aku juga tidak ingin terang-terangan melawan kakakku dan memulai konflik. Hal itu juga bukanlah pembenaran atas apa yang kakakku hendak lakukan. Ekspansi untuk menaklukkan negeri-negeri di Auduma adalah tindakan egois, meskipun aku sendiri berasal dari Roseline."

"Lantas apa yang akan anda lakukan, Yang Mulia Ratu? Pesan yang disampaikan oleh Alice menyiratkan harapan agar Cartland memberontak terhadap Roseline, sedangkan situasi sekarang sangatlah tidak mudah." Evan turut dalam perbincangan.

THE AUDUMA MASKEN : Whispers Of Heirlooms ✔Where stories live. Discover now