57. Dedaunan dan Manisan

70 15 2
                                    

Hardin melirik ketika di belakangnya terdapat Luca yang masih berjalan mengekorinya, "Bagaimana persiapannya?"

Luca menengadah terkejut, ia lalu berdeham pelan dengan tanpa menghentikan langkahnya, terus membuntuti gerak jalan sang Kaisar.

"Mereka sudah sampai di tempat, Baginda. Persiapan sudah hampir siap sepenuhnya. Mungkin sekitar tiga hari lagi hal itu bisa dilakukan."

Senyum tipis tampak samar dari kedua ujung bibir Hardin, lelaki itu memasuki ruangannya dengan langkah ringan. Rencana yang satu ini akan sangat menyenangkan.

Segala persiapan memang sudah dilakukan sejak jauh-jauh hari. Tetapi rencana yang satu ini, menurut Hardin pribadi, adalah rencana yang paling berpengaruh.

Seperti menyiram air panas di lubang semut. Antara mereka akan panik berlari tak karuan, atau mati di dalam sana dan tak bisa berkutik.

"Ada lagi?"

Luca terdiam, pertanyaan itu terlontar tepat ketika Hardin mengistirahatkan tubuhnya dengan bersandar pada kursi sofa empuk di ruangannya. Sedang Luca hanya mengerutkan keningnya, sempat tidak tahu harus menyampaikan apa lagi.

Terdapat hening yang sempat membuat Hardin kemudian lupa akan kehadiran Luca yang masih berdiri di belakangnya, lelaki itu menoleh, merasa diabaikan sebab pertanyaannya tak langsung terbalas.

Pria itu terkesiap kecil, ia lalu berdeham pelan. "Untuk sementara, hanya itu yang bisa saya sampaikan mengenai keberlanjutan rencana yang anda pertanyakan. Ada beberapa kabar lain di luar hal tersebut, yang barangkali mungkin anda berkenan mendengarnya."

Hardin terdiam, ia menarik napasnya pelan. Benar juga, ada banyak hal yang harus Hardin ketahui selain rencana-rencana yang ia atur tersebut. Lelaki itu mengangguk.

"Kabar terbaru berasal dari Evaleen, Baginda. Seperti biasa, di awal musim gugur mereka akan mengadakan festival panen sebagai bentuk rasa syukur mereka. Semua berjalan cukup lancar, mungkin sekitar dua hari lagi festival itu akan diadakan di pusat kota."

"Ah," Hardin terdengar tidak tertarik, ia lalu menoleh ke arah Luca. "Kenapa kau sampaikan itu padaku? Biarkan saja rakyat berlaku sesuka hati mereka." Lelaki itu kembali mengalihkan pandangannya, seringaian terbit ketika ia melanjutkan ucapannya, "Mereka harus banyak bersyukur sebab aku tidak menyengsarakan mereka."

Luca terdiam, ia menunduk dan mengangguk. Setelahnya, beberapa kabar lain pria itu sampaikan pada Kaisar Roseline. Hardin hanya mendengarkannya sekilas, karena semua yang Luca sampaikan adalah hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan rakyat.

Dari keseluruhan, tak ada hal buruk yang terjadi di bawah sana. Hardin menyebutnya di bawah sana, karena memang benar para rakyat tinggal di sana.

Jangan berpikir Hardin adalah penguasa yang kejam dan memandang rendah rakyat yang tinggal di tanahnya. Hardin memang menganggapnya lemah dan rendah, itu karena Hardin tak pernah diajarkan untuk hal itu.

Ingat, Hardin bahkan sangat asing akan hal yang berkaitan afeksi, mungkin itu juga yang membuat kelakuannya memang sedikit kaku dan berbeda. Itu bukan salahnya, dan sayangnya memang tidak ada yang bisa disalahkan.

Sebagai penguasa Roseline, Hardin cukup peduli akan kehidupan rakyatnya—ini memang terdengar mengejutkan—tetapi bagaimanapun ia adalah seorang pemimpin di wilayah ini, setidaknya ia harus menjalankan kewajibannya untuk menjamin kehidupan orang-orangnya.

Hardin tidak merasa tertarik, karena selama Roseline berada di bawah kuasanya, Hardin tak akan membiarkan permasalahan terjadi di bawah sana.

Rakyat harus hidup damai, sejahtera, tak boleh ada keluhan. Kejahatan pun sebisa mungkin diminimalisir sehingga laporan tidak akan sampai ke telinganya. Tidak boleh ada permasalahan dalam berbagai sektor, terutama ekonomi, pertanian dan mobilitas yang terjadi di bawah sana.

THE AUDUMA MASKEN : Whispers Of Heirlooms ✔Where stories live. Discover now